Bercermin Pada Filosofi Hidup Orang Bugis
Akurat.co
Jenis Media: News

AKURAT.CO Saat ini dunia memasuki era digitalisasi dan sudah banyak mengubah hampir seluruh sendi kehidupan manusia mulai dari hal kecil sampai besar.
Karena itulah, tantangan ke depan yakni soal perubahan perilaku yang harus direspons secara bijak, terutama dalam dunia politik.
“Jangan bohongi publik dengan narasi saja akan tetapi harus kita imbangi dengan relasi dan reputasi. Sekali Anda membohongi publik maka sulit untuk dipercaya dan itu yang dinamakan reputasi,” ujar Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat Barisan Pemuda Nusantara (DPP Bapera) Fahd El-Fouz A Rafiq kepada wartawan, Senin (3/4/2023).
baca juga:
Menurut Fahd, membangun relasi dan narasi itu pada ujungnya adalah bagaimana memperkuat reputasi.
“Dalam kultur lokal negeri ini, sikap semacam itu bisa bercermin pada filosofi hidup orang Bugis ‘duduki kedudukanmu, tempati tempatmu’. Filosofi ini bermakna mengambil sesuatu dari tempatnya dan menempatkan sesuatu pada tempatnya,” paparnya.
Mantan Ketum DPP KNPI ini menjelaskan, di era digital seperti saat ini, hubungan antara narasi dan relasi kadang kala tidak mudah untuk berselaras. Kerapkali, lanjutnya, ditemui persona-persona yang terlihat ramah, peduli atau humanis saat berkomunikasi di ruang virtual ternyata tidak seindah begitu sudah berinteraksi dalam kehidupan nyata mereka.
“Semua perilaku itu sesungguhnya tak lepas dari sifat dasar manusia yang selalu ingin terlihat baik. Naluri dasar itulah yang kemudian tersalurkan melalui beragam platform digital melalui akun sosial media,” tukasnya.
Dari paltform digital dan media sosial inilah, menurut Fahd, kemudian lahir candu beraktivitas di dunia digital yang pada akhirnya melumpuhkan kreativitas kebaikannya di dunia nyata. Kelumpuhan ini semakin bertambah akut ketika pola komunikasi yang dibangun itu hanya sebatas mengejar trending atau percakapan yang tinggi di dunia digital saja tapi menjadi acuh dalam kehidupan nyata.
“Tantangan perubahan perilaku inilah yang harus direspons secara bijak. Membangun narasi baik itu tentunya tak hanya cukup dalam ruang digital saja. Jauh lebih mendasar bagaimana kebaikan narasi itu bisa diwujudkan juga dalam implementasi kehidupan nyata, yang kelak bisa dilihat, disentuh atau juga dirasakan manfaatnya,” urai putra penyanyi dangdut tersohor A Rafiq tersebut.
Karena itu, lanjut Fahd, untuk memulai langkah tersebut, tentu saja harus dengan memotivasi diri untuk tidak membohongi publik.
Menurutnya, reputasi baik pada akhirnya melahirkan monumen-monumen kebaikan dalam bentuk narasi positif yang diperkuat oleh relasi yang baik dalam kehidupan nyata. Monumen-monumen inilah yang harusnya didorong untuk memperkuat reputasi para tokoh publik maupun lembaga.
“Sebaliknya, kerja-kerja nyata dalam kebaikan sudah selayaknya dinarasikan secara sepatutnya. Tentunya, mengabarkan kerja-kerja baik itu diniatkan sebagai wujud investasi untuk melahirkan generasi tanpa hipokrasi yang hanya gemar bernarasi baik tapi miskin relasi dan buruk reputasi,” tutup ketua Bidang Ormas DPP Partai Golkar itu.[]
Sentimen: positif (96.6%)