Sentimen
Informasi Tambahan
Kab/Kota: Yogyakarta
Tokoh Terkait
Muhammadiyah Ungkap Pancasila Luar Biasa, Tegaskan Keberagaman Jadi Nafas Kehidupan
Krjogja.com
Jenis Media: News

YOGYA - Saat ini masih ada pihak yang mempertentangkan antara agama dengan Pancasila sebagai dasar negara. Padahal realitas menunjukkan bahwa dalam negara majemuk seperti Indonesia, memiliki dasar negara Pancasila haruslah disyukuri.
Pancasila merupakan penengah bahkan dijadikan pedoman hidup berbangsa dan bernegara. Dengan demikian menegaskan posisi Indonesia sebagai negara yang religius meski bukan sebagai negara agama tertentu.
Hal tersebut disampaikan Muhammad Afnan Hadikusumo pada acara Sosialisasi Empat Pilar Bernegara di Aula Kantor PD Muhammadiyah Kota Yogyakarta (27/3/2023). Sebagai Cucu Pahlawan Nasional Ki Bagus Hadikusumo yang juga salah satu pembahas Pancasila, Afnan mengatakan bahwa agama dan Pancasila sama-sama saling melengkapi.
"Nilai-nilai agama mewarnai dalam setiap butir Pancasila yang selanjutnya dipakai sebagai panduan dan acuan kehidupan bernegara. Buah pikiran Ki Bagus Hadikusumo sebagai Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah pada waktu pembahasan Pancasila, muncul atas kegalauan organisasi yang dipimpinnya melihat situasi sosial masyarakat yang mayoritas pada saat itu meng-alami kemiskinan, keterbelakangan, dan kebodohan. Ditambah lagi, bangsa Indonesia terjajah secara politik. Beliau berpikir bahwa harus ada landasan bernegara yang harus disepakati guna menjaga persatuan dan kesatuan bangsa," ungkap Afnan.
Menurut Afnan, daripada mempertentangkan agama dengan Pancasila, lebih baik semua elemen bangsa fokus bagaimana mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. "Ini yang lebih penting, karena Pancasila itu luar biasa. Kita harus bersyukur punya Pancasila," lanjutnya.
Dalam kesempatan yang sama, Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kota Yogyakarta DR. H. Ahmad Nur Ghozali, M.A., mengatakan kontribusi Muhammadiyah dalam membentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia sangat besar, sehingga tidak mengherankan jika Muhammadiyah berhasil mencetak para pejuang yang kemudian diangkat menjadi pahlawan nasional. KHA Dahlan, Nyai Walidah, Ir. Soekarno, Fatmawati, Jenderal Soedirman, Ir. Djuanda, H. Fachrodin, KH Mas Mansur. Ki Bagus Hadikusumo, Kahar Muzakkir, Kasman Singodimedjo, Gathot Mangunprojo, Buya Hamka, Adam Malik, Nani Wartabone, Andi Sulthan Daeng Radja, Teuku H. Moehammad Hasan, Lafran Pane, Otto Iskandardinata, Agus Salim, dan Abdurrahman Baswedan menjadi bukti nyata.
Menurut dia saat ini, Muhammadiyah di bidang pendidikan dasar dan menengah memiliki 7.651 sekolah dan madrasah, di bidang pendidikan tinggi 174 universitas, sekolah tinggi, institut, dan akademi. Di bidang pelayanan kesehatan dan kesejahteraan masyarakat terdapat rumah sakit 457, panti asuhan 318 buah, panti jompo 54 buah, dan rehabilitasi cacat 82 buah.
Untuk bidang sarana ibadah terdapat masjid dan musalla sebanyak 11.198. Di samping itu, sejumlah Baitut Tamwil Muhammadiyah (BTM), Koperasi Matahari, minimarket, semakin memperlihatkan geliatnya yang signifikan. Dengan gerak yang begitu banyak, peran Muhammadiyah menjadi makin penting dalam mengokohkan kecintaan terhadap NKRI, menguat¬kan kehidupan kebangsaan, dan menempatkan bangsa sebagai ladang amal.
Bagi kami di Muhammadiyah ini, keberagaman dalam kehidupan berbangsa dan bernegara tidak lantas membuat masyarakat saling sikut. Warga Muhammadiyah telah dewasa dengan menjunjung tinggi sikap keberagaman dan akan selalu memberikan yang terbaik bagi bangsa," pungkas dia. (Fxh)
Sentimen: positif (100%)