Sentimen
Informasi Tambahan
Kab/Kota: Sukoharjo, Solo
Musim Kemarau Datang Debit Air Bengawan Solo Turun
Krjogja.com
Jenis Media: News

Ilustrasi (pixabay)
Krjogja.com - SUKOHARJO - Debit air Sungai Bengawan Solo mengalami penurunan signifikan setelah beberapa hari tidak hujan. Kondisi cuaca di Kabupaten Sukoharjo panas dengan meningkatnya suhu udara.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sukoharjo terus melakukan pemantauan dan koordinasi dengan BMKG terkait cuaca. Masyarakat juga diminta bersiap menghadapi musim kemarau.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sukoharjo Ariyanto Mulyatmojo, Minggu (12/3/2023) mengatakan, suhu udara di Kabupaten Sukoharjo sejak beberapa hari mengalami kenaikan dimana cuaca sangat panas.
Selain itu, juga curah hujan mengalami penurunan yang berdampak pada debit air Sungai Bengawan Solo ikut menurun.
"Terus kami pantau dan koordinasikan dengan BMKG terkait perubahan cuaca. Yang jelas cuaca beberapa hari sangat panas dan curah hujan menurun. Debit air Sungai Bengawan Solo juga turun signifikan," ujarnya.
BPBD Sukoharjo belum bisa memastikan kondisi sekarang sudah masuk musim kemarau. Sebab dibeberapa wilayah masih terlihat mendung dan hujan dengan curah sedang dan ringan.
"Kemungkinan sekarang masuk peralihan dari hujan ke kemarau. Dampak yang akan ditimbulkan nanti tetap kami antisipasi," lanjutnya.
Pemantauan masih akan terus dilakukan BPBD Sukoharjo disemua wilayah terkait perubahan cuaca. Termasuk dampak yang bisa ditimbulkan akibat datangnya musim kemarau bagi warga.
BPBD Sukoharjo memantau utama kondisi di wilayah aliran Sungai Bengawan Solo. Meski sudah ada penurunan, namun debit air masih cukup tinggi untuk ukuran pada masa peralihan cuaca.
Beberapa wilayah rawan banjir masih tetap diminta waspada bencana alam karena potensi tersebut dikatakan Ariyanto masih ada meski cukup kecil. Prioritas utama antisipasi dilakukan terkait kekeringan.
"Banjir tetap masih kami waspadai. Karena cuaca sulit ditebak bisa berubah kapan saja. Tapi kami juga prioritaskan antisipasi dampak kekeringan selama kemarau. Sebab warga terdampak bisa kekurangan air bersih karena sumur kering," lanjutnya.
BPBD Sukoharjo sudah meminta kepada para camat, kepala desa dan lurah untuk membantu pemantauan dan melaporkan kondisi wilayahnya masing-masing. Hal ini untuk mempermudah penanganan baik banjir akibat musim hujan maupun kekeringan kekurangan air bersih saat kemarau.
Laporan secara berkala akan dijadikan acuan bagi BPBD Sukoharjo bertindak. Pada awal masa peralihan musim diperkirakan belum ada warga kekurangan air bersih.
Namun demikian pergerakan debit air sumur warga di wilayah rawan kekeringan terus dipantau melibatkan camat, lurah dan kepala desa serta tokoh masyarakat.
Ariyanto menjelaskan, dampak cuaca baik musim hujan dan kemarau dirasakan banyak orang. Termasuk kekeringan saat kemarau tidak hanya dirasakan warga dengan kekurangan air bersih, namun juga bagi peternak dan petani. Kebutuhan air untuk hewan ternak dan tanaman padi harus terpenuhi untuk keberlangsungan hidup.
"Perlu melibatkan pihak terkait dan koordinasi lanjutan dalam menghadapi musim kemarau nanti. Sebab konsentrasinya tidak hanya memenuhi air bersih warga di wilayah terdampak kekeringan. Tapi juga sektor peternakan dan pertanian mengingat pemerintah sedang gencar meningkatkan stok pangan," lanjutnya.
BPBD Sukoharjo mencatat beberapa desa rawan kekeringan saat musim kemarau berada di wilayah selatan Kabupaten Sukoharjo meliputi Kecamatan Tawangsari, Weru dan Bulu.
Di wilayah tersebut Pemkab Sukoharjo sebenarnya telah menyediakan sumur dalam untuk membantu penyediaan air bersih warga dan petani, namun demikian debit air saat musim kemarau sering mengalami penurunan dan berdampak kelurahan untuk memenuhi kebutuhan warga. (Mam)
Sentimen: negatif (99.2%)