Sentimen
Negatif (57%)
4 Mar 2023 : 04.45
Informasi Tambahan

BUMN: PDAM

Hewan: Gajah

Kab/Kota: Solo

BBWSBS Tak Mau Disalahkan Terkait Banjir Solo, Pakar Lingkungan UNS Prihatin

4 Mar 2023 : 04.45 Views 6

Krjogja.com Krjogja.com Jenis Media: News

BBWSBS Tak Mau Disalahkan Terkait Banjir Solo, Pakar Lingkungan UNS Prihatin

Krjogja.com - SOLO - Banjir besar di Solo Raya hingga ribuan masyarakat mengungsi mendapat tanggapan dari Pakar Lingkungan Hidup.

Pakar Lingkungan Universitas Sebelas Maret, Prof Dr Ir Prabang Setyono, Ssi, Msi, CEIA, IPM mengkritik tajam jika ada banjir, para pemangku kebijakan kerap tumpang tindih dalam menjelaskan penyebabnya dan masing-masing terkesan mementingkan ego sektoral.

"Ego sektoral di masing-masing pemangku kepentingan ini masih sangat kental. Sehingga, banjir menjadi momok bagi masyarakat khususnya yang berdekatan dengan bantaran," tegas Prabang Setyono saat dikonfirmasi media baru-baru ini

Pakar Lingkungan dari UNS itu menambahkan, fenomena banjir di Kota Bengawan karena masalahnya sangat kompleks.

Prabang mengutarakan Kota Bengawan sebagai kota tua dengan sistem pengelolaan yang sudah terbentuk sejak zaman nenek moyang.

"Mengelola kota tua dengan berbagai permasalahan tentu jauh lebih sulit dibanding membuat kota baru yang berdiri di atas tanah kosong dimana semua sistemnya bisa diprogram sesuai kebutuhan kedepan," jelasnya.

Selain itu, Prabang juga menyayangkan banyaknya bangunan liar di kawasan aliran sungai. Dia mempertanyakan, kenapa justru ada bangunan di pinggiran sungai? Apalagi, bangunan-bangunan yang berdiri di bantaran dilengkapi dengan sertifikat, fasilitas air, listrik dan masih banyak yang lain. Seharusnya, bangunan-bangunan tersebut tidak bisa berdiri di kawasan itu jika masing-masing pihak berkoordinasi satu dengan yang lain.

"Jika salah satu sistem itu rusak, maka akan berpengaruh dengan sistem lainnya. Seperti permasalahan bangunan di pinggir aliran sungai, jika itu dibolehkan dan dilengkapi fasilitas. Tentunya, akan terus berkembang," tandasnya.

Perihal pemeliharaan sungai dan bantaran yang tidak diperbolehkan dibangun, hal itu, menurut Prabang, Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo (BBWSBS) punya peran penting sebagai leading sektor.

Seperti diberitakan sebelumnya, banjir pada Kamis (16/2), ada sekitar 21.000 warga Kota Solo terdampak, termasuk kurang lebih 4.000 warga mengungsi. Parahnya lagi, pihak terkait ogah disalahkan dan mengklaim bahwa hujan disebabkan lantaran tingginya curah hujan hingga air kiriman dari hulu. Disisi lain, ada pihak yang mengaku telah koordinasi sebelum membuka spillway atau pintu air di Waduk Gajah Mungkur (WGM) maupun alasan pompa air yang tak maksimal menjadi alasan pembenaran.

"Pembukaan air di Waduk Gajah Mungkur atas koordinasi dengan berbagai pihak terkait mulai dari BBWSBS, hingga Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) di wilayah yang dilintasi aliran Sungai Bengawan Solo. Bendungan WGM dibangun untuk pengendalian banjir sekaligus irigasi dan ketahanan air PDAM, serta pembangkit listrik. Karena hujan yang lebat selama beberapa hari kami melakukan penyeimbangan sehingga air bisa dimanfaatkan optimal namun tidak merusak," papar Pelaksana Harian (Plh) Perum Jasa Tirta I, Milfan Rantawi dalam jumpa pers, Senin (20/1/2023).

Adapun Kepala BBWSBS Maryadi Utama mengaku, banjir disebabkan curah hujan yang tinggi sehingga mengakibatkan luapan di Sungai Dengkeng, Sungai Samin dan sejumlah anak Sungai Bengawan Solo.

"Akibatnya level Bengawan Solo naik hingga siaga merah. Bisa dipompa tapi kerjar-kejaran," katanya.

Soal banjir, Walikota Solo, Gibran Rakabuming Raka sempat melontarkan pernyataan perihal penyebab banjir di Solo terjadi lantaran kiriman air dari WGM yang kemudian diperparah dengan tingginya curah hujan yang mengguyur kota bengawan kala itu.

"Banjirnya akibat WGM dibuka. Intensitas hujan di Solo juga tinggi ya dan menyebabkan banjir," kata Gibran. (*)

Sentimen: negatif (57.1%)