Sentimen
Negatif (100%)
4 Feb 2023 : 17.42
Informasi Tambahan

Club Olahraga: Persib Bandung, PSS Sleman

Kab/Kota: bandung, Sleman

Mitos atau Fakta Seputar Kanker, Pemicu Genetik, Gaya Hidup, hingga Asap Rokok

4 Feb 2023 : 17.42 Views 34

Pikiran-Rakyat.com Pikiran-Rakyat.com Jenis Media: Nasional

Mitos atau Fakta Seputar Kanker, Pemicu Genetik, Gaya Hidup, hingga Asap Rokok

PIKIRAN RAKYAT – Angka pengidap sekaligus kematian kanker di Indonesia telah lama menjadi salah satu momok bagi dunia kesehatan tanah air. Untuk itu, kenali mitos dan fakta penyakit tersebut supaya tidak salah kaprah menghadapi informasi yang kian marak beredar.

Dokter spesialis penyakit dalam konsultan hematologi onkologi di Santosa Hospital Bandung Central di Bandung, dr Fifi Akwarini menguraikan, salah satu alasan data pengidap kanker meningkat pesat di dalam negeri adalah karena akses fasilitas kesehatan yang dewasa kini semakin mudah didapat.

“Angka kanker semakin tahun semakin meningkat, apalagi setelah ada BPJS (di Indonesia, orang di pelosok yang tadinya mengalami kesulitan akses untuk rumah sakit sekarang sudah semakin mudah mendapatkannya,” ujar dia, dalam siaran langsung Instagram @pikiranrakyat dan @rssantosabdgcentral, untuk PRMN Talk ‘Peringatan Hari Kanker sedunia’.

Berikut daftar informasi seputar kanker yang beredar di tengah masyarakat sehingga perlu diketahui kebenarannya, apakah itu mitos atau fakta.

Baca Juga: Dede Yusuf Apresiasi Implementasi Nyata Program Kampus Merdeka di STT Bandung

Kanker Diturunkan secara Genetik

Salah satu faktor pemicu kanker yang sering kita dengar adalah faktor keturunan. Penyakit ini disebut dapat diturunkan secara genetik baik dari sisi ayah maupun ibu.

Fifi menyampaikan hal itu bukanlah mitos namun juga tidak selalu pasti. Dengan kata lain, persentase penularan kanker lewat genetik tidak 100 persen.

“Salah satu (faktor) resiko terkena kanker adalah keturunan, namun presentasenya tidak 100 penuh. Tentu anak dari orang tua yang mengidap kanker akan lebih beresiko memiliki penyakit yang sama dibanding dia yang tidak,” ucap dr Fifi, Sabtu, 4 Februari 2023.

Ia menambahkan, faktor genetik akan sangat kuat dalam menurunkan kanker payudara dan ovarium, sehingga resiko bagi perempuan cenderung lebih besar.

Gaya Hidup Picu Kanker

Kendati pemicu utama kanker adalah mutasi gen atau perubahan gen di dalam tubuh, banyak hal yang bisa mendorong atau bahkan mempercepat mutasi tersebut, salah satunya gaya hidup yang berantakan.

Baca Juga: Ketua PSSI Ucapkan Terima Kasih pada Kemenpora karena Persib Bandung vs PSS Sleman Boleh Dihadiri Penonton

“Selain perubahan gen, kanker dipengaruhi faktor lingkungan, seperti pola hidup, makanan yang mengandung pengawet, waktu usia muda mengalami pengobatan, obat-obatan, tapi tidak 100 persen. Akan berbeda-beda tiap orangnya,” kata dia.

Perlu diingat, dr Fifi mengatakan kasus kanker tiap individu akan sangat unik dan berbeda antara satu dengan lainnya.

“Satu orang badannya bisa memperbaiki (sel rusak), satu orang lainnya tidak, jadi di badan sendiri ada mekanisme pertahanan tubuh untuk memperbaiki. Mutasi gen itu juga tidak terjadi sekali minimal empat kali. Jadi banyak faktor orang kena kanker,” kata dia.

Apakah Tumor adalah Kanker?

Setiap benjolan yang tidak normal di dalam tubuh disebut tumor. Tumor dibagi menjadi dua, yaitu tumor jinak dan tumor ganas. Tumor ganas inilah yang disebut dengan kanker. Artinya, kanker itu bagian dari tumor yang tidak normal.

Baca Juga: Rekap Pertarungan Record of Ragnarok Season 1 dan 2, Umat Manusia Memimpin

Kanker dan Jenis Kelamin

Pada perempuan, kanker yang sering terjadi adalah serviks dan payudara. Maka untuk upaya deteksi dini, dr Fifi menyarankan para wanita agar rutin melakukan sadari (periksa payudara sendiri) atau metode pap smear untuk deteksi kanker serviks.

Di sisi lain, laki-laki lebih sering mengalami kanker paru-paru lantaran tingginya angka perokok di kalangan mereka. Meski tidak semua perokok lantas mengidap kanker paru-paru, pemeriksaan baiknya rutin dilakukan.

“Jadi laki-laki harus cek kesehatan secara berkala. Seperti foto paru-paru. Untuk usia 40 tahun ke atas mungkin setahun sekali harus cek. Medical check-up setahun sekali. Terutama laki-laku juga (disertai) pencegahan penyakit jantung dan stroke. Pemeriksaan darah, jantung, rontgen dada, itu harus setahun sekali minimal.

Perokok pasif

Seperti juga perokok aktif, perokok pasif sangat mungkin mengidap kanker lantaran menghirup asap rokok di sekelilingnya dalam jumlah yang banyak dan sering. Bukan hanya paru-paru, Fifi mengatakan bahwa zat dalam rokok bisa memicu segala jenis kanker dari ujung kepala hingga ujung kaki. ***

Sentimen: negatif (100%)