Sentimen
Informasi Tambahan
Kab/Kota: Yogyakarta
Kasus: Tawuran
Partai Terkait
Tokoh Terkait
Tren Gangguan Emosional Remaja Meningkat, Pemicu Tawuran dan Klithih
Solopos.com
Jenis Media: News

SOLOPOS.COM - Kepala BKKBN Hasto Wardoyo saat menjadi pembicara kunci dalam acara perayaan HUT ke-76 Megawati Soekarnoputri yang digelar DPC PDIP Kota Yogyakarta di Yogyakarta, Senin (23/1/2023). (ANTARA/HO/Istimewa)
Solopos.com, JOGJA – Gangguan mental emosional (mental emotional disorder) di Indonesia meningkat dari tahun ke tahun.
Data terakhir tercatat tahun 2018 di mana gangguan mental emosional pada remaja tercatat 9,8 persen, meningkat dari tahun 2013 sebesar 6,9 persen.
PromosiMayoritas Konsumen Pilih Tokopedia Jadi E-Commerce Paling Aman, Tepercaya dan Memuaskan
Ciri khas pada remaja dengan gangguan mental emosional ini sulit menunaikan tanggung jawab, cenderung seenaknya sendiri, dan kerap membolos.
“Di Kulonprogo (DIY) setiap 100 ada 4 sampai 5 orang yang mengalami hal ini. Kalau diberikan pekerjaan tidak selesai,” kata Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Hasto Wardoyo, saat menjadi pembicara kunci dalam acara perayaan HUT ke-76 Megawati Soekarnoputri yang digelar DPC PDIP Kota Jogja, Senin (23/1/2023).
Mantan Bupati Kulonprogo ini mengajak masyarakat ikut menekan kasus remaja dengan gangguan mental emosional ini.
Selain itu, gangguan mental emosional juga membuat banyak remaja yang bergabung dengan kelompok-kelompok tawuran dan pelaku klithih.
“Kondisi remaja kita itu ada yang setengah kopling, fenomena klithih dan lain lain penting diatasi bersama-sama,” ujar dia.
Untuk mencegah lahirnya anak atau remaja dengan gangguan mental, menurut dia, perlu disertai pola pengasuhan anak yang baik dan pemberian gizi yang cukup, serta menghindari pernikahan dini.
Ia berharap para remaja tidak berpikir soal pernikahan semata tapi juga berpikir apakah bapak ibunya sehat atau tidak atau berpikir juga pre konsepsi.
Hasto mengaku prihatin dan sedih kala mendapatkan informasi behwa ada anak-anak yang hamil di usia muda.
“Saya nangis mengetahui hal begini. Kawin usia muda tidak baik, tidak baik karena panggulnya belum siap, normalnya 10 cm, bisa saja nanti operasi, tapi bagaimana dengan mereka yang ada di daerah terpencil jauh dari faskes dan tenaga ahli dokter spesialis kandungan,” kata Hasto Wardoyo.
Sentimen: negatif (78%)