Sentimen
Negatif (61%)
21 Jan 2023 : 12.17
Informasi Tambahan

Kab/Kota: Incheon

Kabur dari Wajib Militer, Kisah Pemuda Rusia yang 2 Bulan Telantar di Bandara Korea

21 Jan 2023 : 12.17 Views 13

Akurat.co Akurat.co Jenis Media: News

Kabur dari Wajib Militer, Kisah Pemuda Rusia yang 2 Bulan Telantar di Bandara Korea

AKURAT.CO Sudah 2 bulan Vladimir Maraktayev tinggal di ruang tunggu keberangkatan bandara. Kisah pemuda Rusia itu dimulai pada 24 September setelah ia menerima dokumen pemanggilan wajib militer ke Ukraina selama 'mobilisasi bertahap' Rusia.

Dilansir dari Reuters, pemuda 23 tahun itu kabur dari rumahnya di Kota Ulan-ude di Siberia dan melintasi perbatasan ke negara tetangga, Mongolia. Setelah pergi ke Filipina, ia terbang ke Korea Selatan pada 12 November. Maraktayev berharap mendapat status pengungsi di negara yang dianggapnya salah satu negara demokrasi paling stabil di Asia.

Mahasiswa linguistik tersebut mengajukan status pengungsi pada saat kedatangan. Sayang, otoritas Korea Selatan menolak permohonannya karena melarikan diri dari wajib militer bukan alasan yang sah untuk diberikan suaka.

baca juga:

Setelah 6 hari berada di pusat detensi, ia dibawa kembali ke bandara. Di sanalah ia terlunta-lunta sejak saat itu.

Maraktayev telah mengajukan banding atas putusan tersebut. Artinya, ia belum bisa dideportasi dari Korea selatan dan wajib tetap berada di dalam gedung terminal sambil menunggu hasilnya.

Tak sendirian, ada 4 pria Rusia lainnya yang saat ini terdampar di bandara internasional utama negara itu, Incheon, untuk menunggu putusan suaka mereka.

"Hidupku seperti marmot tanah," keluh Maraktayev.

Ia mengaku menghabiskan hari-harinya dengan berjalan-jalan di sekitar ruang tunggu bandara. Pemuda itu juga mencoba membaca buku dan belajar bahasa Korea.

"Pada dasarnya, saya tak melakukan apa-apa sepanjang hari," tambahnya.

REUTERS

Mereka berlima tinggal di sebuah ruangan kecil di luar ruang tunggu keberangkatan bandara. Di sana, mereka tidur di atas selimut di atas lantai yang ditinggikan. Mereka juga bisa mandi, tetapi air panasnya terbatas dan harus mencuci dengan tangan.

Uang Maraktayev pun tinggal sedikit lantaran kartu bank Rusia sebagian besar tak lagi bisa digunakan di beberapa negara asing. Untungnya, makanan disuplai oleh kementerian kehakiman Korea Selatan.

"Yang saya miliki dalam waktu cukup lama adalah uang tunai yang saya ambil ketika saya pergi dari rumah. Pada Tahun Baru, saya membeli kopi untuk diri saya sendiri karena saya merasa harus mentraktir diri sendiri," tuturnya.

Meski nasibnya terombang-ambing, ia mengaku lebih baik tinggal di bandara daripada kembali ke Rusia. Maraktayev pun yakin akan ditangkap sesampainya di Rusia.

Daerah asalnya, Buryatia, mengalami salah satu mobilisasi paling agresif di Rusia. Maraktayev bercerita salah satu teman dekatnya semasa sekolah telah meregang nyawa di Ukraina.

"Baru 2 minggu lalu saya mendapat kabar dari teman SMA saya bahwa ia meninggal pada musim gugur. Mereka bahkan tak tahu apakah jasadnya dapat diambil atau tidak. Kabar ini tak pernah saya harapkan, bahkan untuk musuh terjahat saya sekalipun," pungkasnya.[]

Sentimen: negatif (61.5%)