Jember (beritajatim.com) – Partai Persatuan Pembangunan (PPP) mengandalkan kaum perempuan agar tak tereliminasi dalam Pemilihan Umim 2024. Partai berlogo ka’bah ini berada di peringkat paling buncit dalam perolehan suara partai yang lolos parliamentary threshold pada Pemilu 2019.

Ketua Umum Wanita Persatuan Pembangunan Ema Umiyyatul Chusnah mengingatkan agar semua kader PPP bekerja keras pada pemilu mendatang, setelah hanya memperoleh 6.323.147 suara (4,52 persen) dan menguasai 19 kursi.

“Kami berharap kita berdayakan perempuan. Tidak hanya sebagai pemenuhan kuota (calon legislator) 30 persen, tapi juga diberdayakan menjadi saksi (penghitungan suara),” kata Ema, saat membuka acara pendidikan politik untuk kader perempuan PPP dan pembukaan pendaftaran calon legislator, di gedung bioskop Kota Cinema Mall (KCM) Kabupaten Jember, Jawa Timur, Minggu (25/12/2022).

Ema yakin kaum perempuan memiliki jaringan pergaulan sosial luas. “Saya yakin di desa-desa (para kader perempuan PPP) pasti mengikuti (pengajian) rutin yasinan, diba’an, tahlilan. Banyak kalau mau mencari perempuan untuk membantu menjadi saksi. Insya Allah minimal guru TK, guru PAUD, guru RA, bisa kita jadikan saksi daripada direkrut partai lain,” katanya.

Perempuan memiliki keunggulan dibandingkan kaum pria saat menjadi saksi penghitungan suara. “Loyalitas dan militansinya lebih luar biasa daripada lelaki, karena perempuan lebih istiqomah ketika diberi tugas dan tanggung jawab. Dia juga bisa lebih amanah bila diberi tanggung jawab sebagai saksi. Pengalaman dan fakta di lapangan, saksi-saksi laki-laki hanya beberapa jam di TPS, tiga jam berikutnya tidak ada di TPS. Kalau perempuan dipercaya, insya Allah dari awal hingga akhir penghitungan suara tidak akan beranjak dari TPS,” kata Ema.

Ema juga menginginkan semua calon legislator perempuan PPP bisa duduk di gedung parlemen semua tingkatan. “Saatnya perempuan PPP bisa bergerak bersatu meraih kemenangan. Salah satunya dengan memberikan edukasi kepada caleg perempuan untuk bisa menjadi petarung luar biasa,” katanya.

Menurut Ema, jika perempuan terpilih menjadi legislator dan berhasil memperjuangkan aspirasi rakyat, pandangan miring terhadap politisi perempuan bisa ditepis. “Ketua DPR RI kita perempuan, gubernur kita perempuan. Ada yang jadi bupati, wakil bupati, dan hari ini perempuan di legislatif lumayan banyak meskipun belum memenuhi target (kuota) 30 persen,” katanya. [wir/kun]