Sentimen
Positif (57%)
17 Jan 2023 : 15.59
Informasi Tambahan

Institusi: Universitas Indonesia

Kab/Kota: Tiongkok

Kasus: covid-19

Tokoh Terkait

Menkes Klaim Kondisi COVID-19 di Indonesia Stabil Pasca PPKM Dicabut

17 Jan 2023 : 15.59 Views 9

Merahputih.com Merahputih.com Jenis Media: News

Menkes Klaim Kondisi COVID-19 di Indonesia Stabil Pasca PPKM Dicabut

MerahPutih.com - Dua pekan sudah Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) dihapuskan.

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyebut kondisi COVID-19 di Indonesia sejak PPKM dicabut relatif terkendali.

Baca Juga:

Pelaku Wisata Jangan Sampai Kehilangan Momentum Pencabutan PPKM

Dua keberhasilan di baliknya adalah tes genome sequencing dan riset antibodi COVID-19. Antibodi atau kekebalan masyarakat terkait COVID-19 terus meningkat.

Jika dirinci sejak awal Januari 2022, saat itu 87 persen warga Indonesia sudah memiliki daya tahan tubuh di titer antibodi 400-an.

Kemudian, enam bulan setelahnya, sudah 98 persen populasi Indonesia yang memiliki kekebalan melawan COVID-19 di level titer antibodi dua ribuan.

"Berbeda dengan kejadian di Eropa atau sekarang di Jepang dan Tiongkok, Jepang sampai 200 ribu per hari, itu karena ada XBB dan BQ.1, di kita masuk, kita bisa lewati," jelas Budi dalam Rakornas Kepala Daerah dan Forkopimda Tahun 2023, yang disiarkan di YouTube Kemendagri, Selasa (17/1).

Terbaru, hasil riset antibodi COVID-19 yang dilakukan Kemenkes RI bersama tim Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia bakal dirilis beberapa pekan mendatang.

"Sekarang lagi jalan hasilnya, mudah-mudahan keluar sekitar 1-2 minggu lagi sehingga kita bisa tahu daya tahan masyarakat kita di level apa, " ujar Budi.

Baca Juga:

Pemerintah Tidak Lagi Keluarkan Aturan Anyar Setelah PPKM Dicabut

Sebagai gambaran, data terakhir COVID-19 per Senin (16/1) tercatat sebanyak 225 kasus baru, 530 kasus sembuh, dan 12 kematian.

Budi lantas berbicara soal perjalanan Indonesia menghadapi pandemi COVID-19.

"Kita bisa mengendalikan COVID karena kita tahu musuhnya siapa. dengan metode namanya genome sequence," ungkapnya.

Ia menambahkan, kenaikan kasus Omicron beberapa waktu lalu bukan disebabkan mobilitas Lebaran atau tahun baru. Namun ia disebabkan oleh varian baru.

Menkes mengatakan, di negara lain juga terjadi dua gelombang besar. Yaitu Omicron varian BA425 di sekitar Juli-Agustus, lalu yang terakhir Omicron BQ1 dan XBB.

"Selain tahu variannya kita mesti tahu daya tahan masyarakat kita. Kekuatan ini dilakukan Indonesia, satu dari beberapa negara di dunia yang mengukur kekuatan daya tahan setiap enam bulan," sambungnya. (Knu)

Baca Juga;

PPKM Dicabut, Penumpang KRL Tetap Wajib Pakai Masker

Sentimen: positif (57.1%)