Sentimen
Negatif (100%)
4 Jan 2023 : 23.14
Informasi Tambahan

Grup Musik: APRIL

Kab/Kota: bandung, Gunung, Jati, Cianjur, Sumedang

Jarang Lepaskan Energi, Masyarakat Diminta Waspada Pergerakan Sesar Cileunyi-Tanjungsari

4 Jan 2023 : 23.14 Views 2

Ayobandung.com Ayobandung.com Jenis Media: Nasional

Jarang Lepaskan Energi, Masyarakat Diminta Waspada Pergerakan Sesar Cileunyi-Tanjungsari

LENGKONG, AYOBANDUNG.COM--Masyarakat perlu mewaspadai pergerakan Sesar Cileunyi-Tanjungsari meski jarang melepaskan energi.

Sesar Cileunyi-Tanjungsari merupakan patahan aktif yang baru tercatat menyebabkan gempa pada 1972 silam. Pada waktu itu, gempa berkekuatan 4,9 magnituto diakibatkan oleh pelepasan energi dari sesar ini. Disusul pada 2010 yang juga sempat melepaskan energinya.

Koordinator Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Supartoyo, mengatakan Sesar Cileunyi-Tanjungsari memiliki dua segmen, yakni segmen barat dan segmen timur.

Baca Juga: Bukan Hanya Sesar Lembang, Sesar Cileunyi-Tanjungsari dan Cicalengka Ancam Gempa di Bandung Raya

"Di sesar ini pernah terjadi gempa bumi dengan kedalaman dangkal. Pada 1972 dan 2010 di segmen barat dan pada Oktober 2022 kemarin di segmen timur. Jadi ini harus diwaspadai," tutur Supartoyo, Rabu 4 Januari 2023.

Menurutnya, literasi mengenai keberadaan sesar yang membentang dari Cileunyi Kabupaten Bandung sampai Tanjungsari Kabupaten Sumendang ini masih terbilang sedikit. Penelitian dan pemetaaan yang dilakukan juga belum begitu banyak. Literasi yang tidak terlalu banyak ini harus menjadi kewaspadaan tersendiri.

"Yang harus menjadi perhatian adalah potensi gempa maksimum mencapai sekitar Magnitudo 6," ujarnya.

Guncangan yang ditimbulkan memang tidak terhitung besar. Namun ada hal lain yang harus diwaspadai yakni adanya risiko dampak dari gempa apabila sesar ini melepaskan energinya.

Baca Juga: Apa yang Terjadi Jika Sesar Lembang Bergerak? Ini Ancaman Bahaya dan Dampaknya di Wilayah Jawa Barat

Di zona sepadan sesar ini banyak pemukiman penduduk yang kurang begitu memperhatikan struktur bangunan tahan terhadap gempa. Penduduk yang tinggal di zona tersebut juga cukup banyak.

"Zona sepadan Sesar Cileunyi-Tanjungsari juga berkontur perbukitan," katanya.

Apabila melepaskan energi dengan kekuatan maksimum, hal yang perlu diwaspadai adalah bencana lanjutan yang diakibatkan oleh gempa. Salah satunya adalah longsor di area perbukitan.

Dengan kondisi perbukitan, menurut Supartoyo, terjadi kemungkinan gempa akan memicu longsor yang juga bisa menyebabkan banjir bandang dan lainnya. Hal ini seharusnya menjadi perhatian seluruh pihak, baik pemerintah maupun masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan.

Baca Juga: 5 Sesar Aktif di Bandung Rawan Gempa, Salah Satunya Sesar Jati dan Sesar Lembang

Mitigasi yang Masih Kurang

Berkaca dari kejadian gempa Cugenang akhir 2022 kemarin, mitigasi bencana harus menjadi perhatian lebih. Dalam hal ini, Supartoyo mengatakan terdapat tiga hal yang harus dilakukan oleh pemerintah untuk mengurangi risiko dampak bencana yang ditimbulkan dari gempa bumi.

"Tingkatkan upaya mitigasi baik struktural maupun nonstruktural," ujarnya.

Dia menjelaskan, mitigasi struktural adalah tidak membangun bangunan yang kurang ramah terhadap gempa. Hal ini penting untuk dilakukan supaya apabila terjadi gempa, bangunan masih bisa bertahan dan tidak ambruk yang bisa menyebabkan korban jiwa.

Sementara, mitigasi non struktural berkaitan dengan pendidikan kegempaan kepada masyarakat. Baik itu melatih masyarakat menghadapi bencana gempa, maupun penyiapan jalur evakuasi.

Baca Juga: LIPKHAS GEMPA: Peristiwa Gempa Sesar Baribis di Jawa Barat

"Gempa Cugenang kemarin, itu karena masyarakatnya tidak siap. Artinya tidak tahu apa yang harus dilakukan ketika terjadi gempa," ujarnya.

Laiknya olah raga, kata Supartoyo, memberi pendidikan dalam menghadapi bencana kepada masyarakat akan membuat dampak risiko dari bencana geologi semakin rendah. Karena masyarakat sudah mengetahui apa yang harus dilakukan ketika bencana datang.

Hal kedua yang harus disiapkan pemetaan kawasan di daerah rawan gempa bumi dan zona sepadan sesar. Pemetaan ini harus diakomodir dalam tata ruang wilayah, supaya menjadi peringatan bagi masyarakat kalau terdapat potensi bencana, juga sebagai dasar dalam mengatur bangunan agar tidak ada bangunan tidak ramah gempa di sepadan sesar.

Sementara, langkah ketiga yang harus disiapkan adalah regulasi berkaitan dengan kebencanaan. "Tanpa adanya regulasi, akan sedikit sulit untuk mengurangi risiko dampak dari bencana khususnya gempa yang diakibatkan oleh pergerakan sesar aktif," imbuhnya.

Baca Juga: Waspada! Puluhan Sekolah Berada Dalam Jalur Sesar Lembang, Pemerintah Daerah KBB Gerak Cepat

Salah satu yang bisa dilakukan oleh Pemkab Bandung maupun Pemkab Sumedang adalah membuat Perda yagn berkaitan dengan keberadaan sesar Cileunyi-Tanjungsari.

Dalam perda tersebut harus tertuang batasan aktivitas pembangunan di daerah rawan tinggi. Juga mengakomodir jalur evakuasi supaya ketika terjadi bencana, masyarakat bisa mengetahui harus lari ke arah mana.

Namun, kondisi tersebut kurang begitu diperhatiakn oleh Pemkab Bandung. Di daerah Cileunyi misalnya, tidak terdapat peringatan mengenai adanya sesar Cileunyi-Tanjungsari, juga jalur evakuasi termasuk titik kumpul masyarakat berupa lapangan.

Bahkan, di derah tersebut masih terdapat jalanan kecil yang akan membahayakan apabila terjadi bencana khususnya gempa.

"Penyiapan harus dilakukan mulai dari sekarang. Baik itu memberi edukasi kepada masyarakat melalui pelatihan-pelatihan kegempaan, membuat jalur evakuasi juga pemberitahuan keberadaan sesar," katanya.

Baca Juga: Sejarah Gempa Sesar Cimandiri Tahun 1910, Hancurkan Rumah dan Rel Kereta di Bandung Barat

Begitupun dengan penyiapan regulasi yang berkaitan dengan kebencanaan, harus mulai dilakukan dan diterapkan dengan baik di lapangan. Hal ini untuk mencegah terjadinya korban jiwa dalam jumlah banyak apabila terjadi bencana.

Sebelumnya, berdasarkan penelitian Pusat Survei Geologi pada 2008, di bagian timur laut Cekungan Bandung ditemui adanya Sesar Cileunyi-Tanjungsari.

Dalam penelitian tersebut, Marjiyono dan rekan peneliti lainnya menyebut Sesar Cileunyi Tanjungsari sebagai sesar yang aktif. Penelitian lebih lanjut untuk mengidentifikasi sesar ini kemudian dilakukan tim Penyelidik Bumi Madya di Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Supartoyo dkk.

Dalam hasil penelitian yang dimuat dalam Buletin Vulkanologi dan Bencana Geologi (BVBG) Volume 14, Nomor 2 Tahun 2020 tersebut dikatakan Sesar Cileunyi Tanjungsari mulai jadi perhatian publik dan para ahli kebumian sejak munculnya serangkaian guncangan tanah yang terjadi mulai 19 April 2010 hingga 10 Mei 2010.

Baca Juga: Mengenal Sesar Cugenang, Pemicu Gempa Cianjur Magnitudo 5.6

Guncangan yang kemudian disimpulkan sebagai gempa bumi tersebut melanda Kampung Babakansirna, Tanjungsari Permai Desa Raharja, Kampung Gordah Desa Margajaya, Kecamatan Tanjungsari, Kabupaten Sumedang.

"Sejak saat itu lokasi guncangan tersebut dikaitkan dengan aktivitas sesar aktif yaitu sesar Cileunyi Tanjungsari," tulis Supartoyo dalam penelitiannya.

Serangkaian guncangan tersebut kemudian dianalisis oleh tim PVMBG lewat pemasangan empat alat sensor getaran pendeteksi gempa yakni seismometer dan akselerograf. Selain itu, metode Ground Penetration Radar (GPR) untuk mengukur retakan tanah di permukaan, geolistrik, dan GPS deformasi juga dilakukan.

"Dari sana disimpulkan bahwa guncangan tersebut merupakan kejadian gempa bumi dengan magnitudo kecil dan mengakibatkan terjadinya retakan tanah," ungkap Supartoyo.

Sesar Cileunyi-Tanjungsari terbagi menjadi dua segmen. Masing-masing segmen berpotensi menghasilkan gempa bumi dengan kekuatan yang berbeda.

Baca Juga: Sesar Cileunyi-Tanjungsari Membentang dari Bandung Timur hingga Sumedang

Segmen pertama adalah segmen barat dengan panjang 6,69 km. Potensi gempa bumi yang dihasilkan maksimal mencapai magnitudo 6,08 Mw.

Sementara segmen kedua adalah segmen timur dengan panjang 11,28 km. Potensi gempa bumi yang dihasilkan maksimal mencapai magnitudo 6,3 Mw.

"Analisis morfotektonik memperlihatkan adanya seretan morfologi dan pergeseran mengiri berkisar antara 214 m hingga 533 m. Pergeseran tersebut memotong breksi gunung api termasuk pada satuan batuan gunung api tua berumur sekitar 1,1 juta tahun," paparnya.

Data ini, dia menyebutkan, menunjukan bahwa Sesar Cileunyi Tanjungsari memiliki nilai laju geser atau slip rate sekitar 0,19 – 0,48 mm per tahun.

Sentimen: negatif (100%)