Sentimen
Negatif (98%)
3 Jan 2023 : 21.30
Informasi Tambahan

Kab/Kota: bandung, Cimahi, Gunung

Kasus: zona merah

Tokoh Terkait
Newstagar

Newstagar

Bukan Hanya Sesar Lembang, Sesar Cileunyi-Tanjungsari dan Cicalengka Ancam Gempa di Bandung Raya

3 Jan 2023 : 21.30 Views 11

Ayobandung.com Ayobandung.com Jenis Media: Nasional

Bukan Hanya Sesar Lembang, Sesar Cileunyi-Tanjungsari dan Cicalengka Ancam Gempa di Bandung Raya


LENGKONG, AYOBANDUNG.COM-- Cekungan Bandung merupakan daerah dengan potensi kebencanaan cukup tinggi, salah satunya adalah gempa yang diakibatkan sesar atau patahan.

Kawasan cekungan bandung yang terdiri dari Kota Bandung, Kabupaten Bandung, Kota Cimahi, dan Kabupaten Bandung Barat dikepung oleh sejumlah patahan dengan potensi gempa mencapai Magnitudo 6,8.

Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Kelas 1 Bandung Teguh Rayahu mengatakan, ada beberapa sesar yang berpotensi menimbulkan gempa di wilayah Bandung.

Baca Juga: Mengenal Sesar Cileunyi Tanjungsari, Sesar Aktif di Bandung Timur

Di wilayah utara, terdapat sesar Lembang yang membentang sepanjang 30 kilometer mulai dari daerah Cilengkrang Kabupaten Bandung hingga Padalarang Kabupaten Bandung Barat.

Di wilayah timur terdapat dua sesar yang diduga masih aktif, yakni sesar Cileunyi-Tanjungsari dan Sesar Cicalengka.

Sesar Cicalengka juga pernah tercatat menimbulkan gempa, tepatnya pada 18 Agustus 2000 dengan kekuatan sebesar Magnitudo 4. Kemudian pada 2 Oktober 2022 terjadi gempa berkekuatan Magnitudo 2,7 yang diakibatkan pergerakan Sesar Cileunyi-Tanjungsari.

Baca Juga: Wisata Alam Tebing Keraton yang Masuk Zona Merah Sesar Lembang, Terpopuler Lengkap Beserta Tiket Masuknya!

Di wilayah Barat terdapat sesar Cimandiri yang membentang dari Pelabuhanratu, sampai Gunung Burangrang dan Gunung Tangkubanparahu. Sesar ini memiliki potensi gempa Magnitudo 6,7.

Di selatan, terdapat dua sesar yakni Garsela yang memiliki dua segmen yakni segmen Rakutai dan segemen Kencana.

"Yang menjadi perhatian banyak pihak memang Sesar Lembang," tutur Teguh kepada AyoBandung, Selasa 3 Januari 2023.

Baca Juga: Apa yang Terjadi Jika Sesar Lembang Bergerak? Ini Ancaman Bahaya dan Dampaknya di Wilayah Jawa Barat

Meski Sesar Lembang mendapat perhatian banyak pihak, namun perlu juga diwaspadai keberadaan sesar lain, baik yang berada di wilayah Cekungan Bandung maupun daerah lain di Jawa Barat.

Teguh mengatakan, terdapat sejumlah sesar di Jawa Barat, seperti Baribis-Kendeng dan Sesar Ciremai.

"Potensi getaran bisa juga dirasakan hingga Bandung apabila sesar lain di Jawa Barat melepaskan energinya," ungkapnya.

Baca Juga: Pergerakan Sesar Lembang Bisa Bikin Jantungan, PVMBG Sebut Bahaya Ini

Selain Sesar Lembang, ada Sesar Cileunyi Tanjungsari yang aktif dan menjadi ancaman warga Bandung dan sekitarnya (Silitonga, 1973)

Sejarah Kegempaan

Pencatatan gempa relatif baik, dimulai sejak 1963. Hal ini, kata Teguh, setelah instrumen kegempaan atau seismograf telah banyak dipasang di wilayah Jawa Barat.

"Sejak 1963 sampai 2020, tercatat 29 kali gempa bumi yang diakibatkan oleh sesar-sesar yang ada," katanya.

Sebanyak 29 kali gempa tersebut dikategorikan merusak. Sementara gempa-gempa kecil tercatat sangat banyak. Setiap tahunnya tercatat ratusan gempa terjadi.

Misalnya, rentang 2012 sampai 2015 rata-rata terjadi 76 kali gempa setiap tahunnya. Pada 2016 terjadi peningkatan menjadi 230 kali dan 2017 menjadi 514 kali. Pada 2018-2021 tercatat 636 pertahun dan 2022 sampai November tercatat 1.133 kali gempa yang diakibatkan oleh sesar-sesar di Jawa Barat.

Baca Juga: Aktivitas Sesar Lembang Perlu Diwaspadai, BMKG: Berpotensi Gempa 6-7 Magnitudo

Beberapa sejarah kejadian gempabumi yang pernah terjadi di sekitar wilayah Bandung yang diakibatkan oleh pergerakan sesar, antara lain gempa Patahan Lembang dengan kekuatan Magnitudo 6,8 semenjak 2.000 tahun lalu dan berlanjut gempa Magnitudo 6,6 yang terjadi sekitar 500 tahun lalu.

"Selain gempa besar itu, juga tercatat gempa lain berskala kecil dari tahun 1972, 1999, 2000, 2003,  2005 hingga 2011. Kurun waktu 2010 sampai dengan 2011 ada 9 kali gempabumi akibat Sesar Lembang, pada tanggal 18 Mei 2017 kembali lagi terjadi gempabumi dengan kekuatan Magnitudo 2,9 yang juga diakibatkan oleh Sesar Lembang," paparnya.

Pada 2011 merupakan salah satu bukti kalau keberadaan Sesar Lembang harus diwaspadai. Pada 18 agustus 2011, Kampung Muril Rahayu, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung Barat porak poranda akibat gempa dengan kekuatan Magnitudo 3,3. Pegerakan Sesar lembang dengan titik gempa dangkal tersebut membuat ratusan rumah hancur.

Baca Juga: Pengacara Putri Candrawati Keceplosan Siapa Penembak Yosua, Pengakuan Ferdy Sambo Tak Ikut Tembak Terbantah?

Warga Diminta Waspada Gempa

Adanya potensi bencana gempa yang diakibatkan oleh patahan di wilayah sekitar maupun daerah lain di Jawa Barat, membuat Bandung harus meningkatkan kewaspadaan.

"Dengan keberadaan sumber gempa (baik subduksi maupun sesar) di wilayah Jawa Barat terkhusus wilayah Bandung, yang harus dipersiapkan adalah dengan upaya mitigasi atau pengurangan risiko dampak bencana," ujar Teguh.

Ada sejumlah hal yang bisa dilakukan oleh masyarakat maupun pemerintah untuk mengurangi risiko dampak bencana.

Baca Juga: Kapan Gempa Besar Sesar Lembang Tak Bisa Diprediksi, Warga di 4 Wilayah Ini Harus Waspada Siang dan Malam

Dalam hal ini, ada tiga rekomendasi yang bisa dilakukan, yakni short-term atau kurang dari 1 tahun, rekomendasi mid-term atau 2-3 tahun dan rekomendasi long-term atau 5 tahun.

Untuk jangka waktu kurang dari 1 tahun, yang bisa dilakukan adalah sosialisasi dan penyiapan peta, jalur evakuasi yang memadai, edukasi kepada masyarakat serta peningkatan koordinasi dan sinergi antar-lembaga terkait. Juga penguatan kapasitas BPBD dan tim siaga bencana untuk beroperasi 24 jam dalam 7 hari.

"Penyusunan rencana kedaruratan dan sop evakuasi serta pelatihan atau gladi
evakuasi secara rutin dan memadai, dan penambahan pemasangan sensor di
wilayah Jawa Barat, juga harus dilakukan," katanya.

Baca Juga: Apa Dampak Sesar Lembang Jika Hantam Wilayah Jawa Barat? Catat! Ini Daerah yang Wajib Diwaspadai

Dalam kurun waktu 2-3 tahun, harus juga dilakukan penyempurnaan tata ruang dengan memperhatikan peta multi bahaya, pengecekan bangunan stratgeis atau vital untuk memastikan tahan terhadap gempa bumi dengan magnitudo sesuai skenario sesar darat dan subdiski.

"Rekomendasi long-term antara lain evaluasi dan monitoring implementasi sistem mitigasi multi bencana, penyempurnaan tata ruang dan
penyempurnaan kebijakan daerah untuk mitigasi multi bencana," terangnya.

Namun, ironisnya beberapa hal yang menjadi rekomendasi tersebut belum sepenuhnya dilakukan di seluruh wilayah Cekungan Bandung.

Di Kecamatan Cimenyan, misalnya, masih banyak masyarakat yang belum mengetahui keberadaan Sesar Lembang.

Baca Juga: LIPKHAS GEMPA: Peristiwa Gempa Sesar Baribis di Jawa Barat

Begitupun dengan pelatihan kepada masyarakat yang rutin dan memadai. "Pelatihan memang ada, tapi itu juga terbatas bagi satu atau dua orang. Untuk masyarakat secara keseluhan kepada masyarakat, seingat saya dalam beberapa waktu terakhir tidak pernah ada," ujar Kepala Desa Mekarmanik, Kecamatan Cimenyan, Kabupaten Bandung, Nanang Suryana.

Termasuk dengan peta kerawanan dan jalur evakuasi, di wilayah Sesar Lembang nyaris tidak ada jalur evakuasi yang dikhususnya untuk mitigasi dari keberadaan patahan tersebut.

Pun dengan bangunan yang ada, karena kurangnya pendidikan kegempaan, membuat masyarakat tidak memperhatikan struktur bangunan rumah yang bisa tahan terhadap gempa.

Termasuk masih banyak masyarakat yang membangun rumah justru di wilayah garis dari sesar, baik itu di daerah lintasan Sesar Lembang, Sesar Cileunyi-Tanjungsari, juga Sesar Cicalengka.

Padahal, kata Teguh, daerah di sekitar zona patahan atau sesar merupakan daerah yang terlarang untuk bangunan tempat tinggal maupun bangunan permanen lainnya.

Hal ini dikarenakan sesar yang sewaktu-waktu renta) mengalami pergeseran atau deformasi sehingga menimbulkan getaran dan kerusakan lahan serta bangunan di sekitar.

Baca Juga: LIPKHAS GEMPA: Sesar Baribis Sampai ke Jakarta?

"Area sepanjang lintasan atau garis sesar sebaiknya harus dikosongkan dari peruntukkan pemukiman sehingga ketika terjadi gempabumi tidak ada korban jiwa dan kerugian materiil," kata Teguh.

Daerah lintasan sesar masih bisa dimanfaatkan untuk keperluan pertanian, perkebunan, kawasan konservasi, lahan resapan maupun destinasi wisata dengan konsep ruang terbuka tanpa bangunan permanen.

Kenyataan di lapangan, masih banyak masyarakat yang dibiarkan mendirikan bangunan di daerah lintasan sesar yang mengepung Cekungan Bandung.

Sentimen: negatif (98.5%)