Sentimen
Informasi Tambahan
Kab/Kota: Cianjur, Indramayu
Kasus: Kemacetan, kecelakaan
Tokoh Terkait

Agung Nugroho
Indramayu Diterjang Gelombang Pasang, Warga Pesisir Utara Terpaksa Mengungsi
Pikiran-Rakyat.com
Jenis Media: Nasional

PIKIRAN RAKYAT - Gelombang pasang disertai angin kencang menerjang kawasan pesisir utara Kabupaten Indramayu pada akhir tahun 2022, Sabtu, 31 Desember 2022.
Akibatnya, sejumlah rumah rusak dan ratusan warga mengungsi ke beberapa tempat.
Hingga Minggu, 1 Januari 2023 siang, gelombang pasang masih berlangsung dan diperparah dengan tiupan angin yang kencang.
Akibat gelombang pasang itu, sejumlah rumah rusak parah, beberapa di antaranya ambruk.
Baca Juga: 3 Tahun Banjir Rob Terjang Kandanghaur Indramayu, Warga Minta Solusi Pemerintah
Angin kencang juga menumbangkan beberapa pohon besar. Sejauh ini belum ada laporan korban luka dan korban jiwa.
Kondisi terparah dialami warga Desa Eretan Kulon, Kecamatan Kandanghaur. Gelombang pasang menerabas jauh hingga menyentuh jalan utama pantura. Beberapa rumah di sana, terendam.
Malah, sejumlah rumah yang jaraknya dekat dengan pantai pun rusak dan ambruk.
Ratusan warga Eretan Kulon pun memilih keluar dari permukiman karena rumah tersapu gelombang pasang.
Baca Juga: Air Laut Pasang di Awal 2023, BMKG Peringatkan Banjir Rob di Sejumlah Wilayah Pesisir Indonesia
Mereka berkumpul di pinggir jalan pantura. Kondisi tersebut sempat membuat lalu lintas tersendat karena banyaknya warga berkumpul sehingga pengguna jalan memperlambat kendaraan.
"Keadaan ini terjadi sejak Jumat malam sampai saat ini. Ngeri banget, ombaknya sangat besar, anginnya juga kencang," ujar Rohman, warga setempat.
Kepala Pelaksana BPBD Indramayu, Dadang Oce Iskandar mengatakan, sekira 2.095 rumah rumah warga di Desa Eretan Kulon, Kecamatan Kandanghaur, terendam air pasang.
Ketinggian air di daerah terdampak gelombang pasang sekitar 50-130 sentimeter.
Baca Juga: Antisipasi Cuaca Ekstrem dan Bencana Alam di Tol, Tim Khusus Diterjunkan demi Minimalisir Kecelakaan
Selain itu, laporan yang diterimanya menyebutkan, ada 3.027 keluarga atau mencapai 9.060 orang terpaksa meninggalkan rumah dan pindah ke tempat pengungsian.
”Imbas gelombang pasang, jalur pantura terendam dan sempat mengalami kemacetan. Selain itu, 7 sarana pendidikan, 9 sarana peribadatan, terendam banjir. Lalu, 17 rumah rusak parah dan 16 rumah rusak ringan,” ucap dia.
Gelombang pasang juga menerjang Desa Dadap, Kecamatan Juntinyuat. Dilaporkan, bangunan pasar ikan ambruk dan sebuah perahu nelayan terbalik.
Di desa lain di Kecamatan Juntinyuat, dilaporkan ada puluhan pohon tumbang.
"Kami masih mendata dampak kerusakan akibat gelombang tinggi dan angin kencang di wilayah kami," kata Kapolsek Juntinyuat, Inspektur Satu Dedi Wahyudi.
Sementara itu, Bupati Indramayu, Nina Agustina yang mengunjungi korban banjir di Desa Eretan Kulon, mengatakan, breakwater yang rusak tidak lagi mampu menahan gempuran ombak dan gelombang pasang.
Hal itu mengakibatkan beberapa rumah warga yang berdiri di sepanjang pantai, mengalami kerusakan bahkan hancur.
"Kita akan upayakan perbaikan breakwater dan memberikan bantuan rehab rutilahu untuk rumah yang rusak akibat gelombang pasang,” ujar Nina.
Bupati juga berencana merelokasi permukiman warga yang berada di bibir pantai.
Namun, rencana relokasi itu masih perlu peninjauan ulang. Soalnya, butuh lahan khusus untuk merealisasikan rencana tersebut.
"Kita akan lihat kembali, karena kemarin saya ketemu dengan Menteri Sosial. Insyaallah akan dibantu Kementerian Sosial untuk relokasi tapi untuk tempatnya atau apapun, kita harus pikirkan kembali," ujar Nina.
Menurut dia, karena Kabupaten Indramayu punya garis pantai sepanjang 147 kilometer, tidak menutup kemungkinan ada titik-titik rawan bencana alam. Apalagi, ditambah cuaca ekstrem yang terjadi saat ini.
Pemerintah Kabupaten Indramayu menerapkan status siaga bencana cuaca ekstrem sesuai dengan prediksi BMKG. Kesiapsiagaan dilakukan hingga Selasa, 3 Januari 2023.
Trauma
Sementara, berdasarkan hasil asesmen Ikatan Konselor Indonesia (IKI) di lokasi terdampak gempa Cianjur pada Desember 2022 lalu, diketahui bahwa para korban yang selamat dari gempa bumi di Kabupaten Cianjur tersebut masih mengalami trauma berat.
”Hasil asesmen menggunakan DSM 5. Yang mengalami trauma berat masih berada di atas 50 persen,” kata salah seorang relawan, Dr Idat Muqodas, Kons, Minggu, 1 Januari 2023.
Trauma yang dialami warga Cianjur merupakan dampak langsung dari bencana gempa bumi bermagnitudo 5,6 yang terjadi pada 21 November 2022 lalu.
Mereka diduga ketakutan setelah menyaksikan fenomena alam yang menyebabkan kerusakan pada ribuan bangunan hingga menimbulkan ratusan korban jiwa.
”Walaupun kejadian sudah lebih dari 30 hari, banyak yang masih mengalami guncangan psikologis. Hal ini terlihat dari kepanikan yang luar biasa ketika ada gempa susulan,” Idat.
Pada kesempatan itu, IKI bekerja sama dengan sejumlah perguruan tinggi menggelar kegiatan konseling traumatik untuk membantu para korban gempa bumi di Cianjur. *** (Agung Nugroho, Hilmi Abdul Halim)
Sentimen: negatif (100%)