Sentimen
Positif (50%)
29 Des 2022 : 06.25
Informasi Tambahan

Kab/Kota: Gunung, Himalaya, Salatiga

Kisah Andika Kusuma Wardhana, Pendaki Indonesia Susah Payah Sampai di Puncak Lobuche East Himalaya

29 Des 2022 : 06.25 Views 10

Ayobandung.com Ayobandung.com Jenis Media: Nasional

Kisah Andika Kusuma Wardhana, Pendaki Indonesia Susah Payah Sampai di Puncak Lobuche East Himalaya

AYOBANDUNG.COM -- Air mata menetes dari pelupuk mata, Andika Kusuma Wardhana, 28 tahun, saat kedua kakinya menginjak Puncak Lobuche East Himalaya, pada Kamis 29 September 2022.

Pendaki asal Kota Salatiga, Jawa Tengah itu senang bercampur haru, bisa mencapai salah satu titik tertinggi di Bumi. Cita-cita sejak SMA membentangkan merah putih di Gunung Everest akhirnya terbayar tuntas.

"Senang dan haru, tidak menyangka saya meneteskan air mata setelah perjuangan pendakian berhari-hari. Momen paling berkesan selama pendakian akhirnya terwujud yaitu berdiri di puncak membentangkan sang merah putih," tutur Andika bercerita, Rabu 28 Desember 2022.

Baca Juga: Andika Kusuma Wardhana Capai Lobuche Peak di Himalaya

Mencapai Puncak Lobuche tentu tidaklah mudah, perlu biaya besar serta persiapan khsus untuk sampai ke sana. Trek dan cuaca ekstrem di pegunungan Himalaya memerlukan persiapan fisik serta keahlian teknikal, lantararan di jalur pendakian terdapat tanjakan vertikal yang mencapai 45 derajat.

Andika sendiri mempersiapkan fisik tak kurang sampai 2 bulan lamanya. Pria mantan Anggota Pecinta Alam Gaspea SMA Labscool Salatiga ini harus melakukan simulasi penyesuaian suhu agar bisa bertahan dan membiasakan diri dalam pemakaian oksigen dalam metabolisme aerob maximum atau VO2max.

Persiapan yang tak kalah penting dan memerlukan waktu panjang yakni biaya. Pendaki asal Indonesia harus memiliki uang minimal Rp100 juta. Angka ini bisa lebih besar, tergantung agen perjalanan, kebutuhan hidup, serta lama perjalanan.

Baca Juga: Garam Himalaya Lebih Sehat dari Garam Biasa? Ini Faktanya!

"Persiapan panjang yakni mengumpulkan biaya. Selain itu persiapn fisik karena harus meningkatkan VO2max dengan olahraga cardio serta dengan berlatih di kondisi yang dingin," jelas Andika.

Susah Payah Sampai di Puncak

Andika memulai pendakian tanggal 19 September 2022 dari Bandara Lukla, Nepal. Di bandara yang jadi pintu masuk ke Himalaya itu ia ditemani oleh 1 porter dan 1 trekking guide dan seorang pendaki lain asal lndonesia, untuk sampai ke Everest basecamp.

Ujian pertama datang, teman perjalanan dari Indonesia gagal melanjutkan perjalanan ke Everest basecamp karena penyakit altitude mountain sickness (ams), sehingga harus dirawat. Karena kondisi memburuk kawan Andika harus dievakuasi helikopter ke ibu kota Kathmandu mendapat perawatan intensif.

Baca Juga: Letusan Gunung Krakatau Tahun 535 Ciptakan Selat Sunda

Melihat kejadian itu, Andika tak mau menyerah, ia memutuskan untuk melanjutkan perjalanan bersama Sherpa (climbing guide) ke Highcamp Lobuche.

"Pada dini hari sekitar pukul 01.00 pagi tanggal 29 September saya dan Sherpa memulai summit attack. Dimulai dari tenda kami di highcamp, saat itu udara sangat dingin berkisar -20 celcius," paparnya.

Andika berjuang menembus gelap malam dan sengatan udara dingin. Bersama Sherpa menyusuri jalur licin dan kadang tertutup oleh salju. Bukan cuma itu, ia harus bertarung nyawa karena oksigen sangat terbatas. Di puncak Lobuche dengan ketinggian lebih dari 6.000 meter, pendaki hanya bisa menghirup sekitar 40 persen oksigen dibanding jika berada di ketinggian rendah.

Baca Juga: Mendaki Tangkuban Parahu Juli 1804

"Kondisi ini sangat riskan bagi tubuh kita, apalagi jika kita terkena altitude mountain sickness (ams) yang bisa berakibat fatal," jelas dia.

Setelah 2 jam perjalanan dari highcamp, pendakian sampai di tanjakan curam bersalju dengan kemiringan 45 derajat. Dari berjalan biasa, Andika kini harus menggunakan fixed lines. Dengan perlahan menggunakan ascender atau jumar Andika menaiki tanjakan itu.

"Total kami menghabiskan waktu sekitar 3 jam di tanjakan tersebut dan akhirnya sekitar jam 7 pagi kami mencapai Puncak Lobuche," jelasnya.

Suasana Lobuche East Himalaya (Dokumentasi pribadi Andika Kusuma Wardhana)

Pria yang sempat menaklukkan beberapa gunung di Queensland Australia ini mengaku banyak mendapat hal berkesan serta pelajaran paling berharga selama mendaki Himalaya.

Baca Juga: Waspada, Cuaca Ekstrem Berpotensi Terjadi saat Perayaan Tahun Baru

Dari semua itu pengalaman paling berkesan tentu saja saat berhasil mengibarkan merah putih di Puncak Lobuche dan bertemu banyak teman serta mengenal kaum Sherpa yang tinggal di Pegunungan Nepal.

"Pelajaran dari pendakian yang berat ini adalah untuk menghargai proses, sejatinya mencapai puncak adalah bonus dalam menjalani proses pendakian, sedih susah senang dan segala pengorbanan adalah bagian dari perjalanan yang harus kita lalui," tuturnya

"Sebenarnya tidak masalah jika kita tidak mencapai puncak, pelajaran sesungguhnya adalah yang kita dapat dari menjalani proses pendakian itu sendiri," ucap Andika menutup cerita.

Sentimen: positif (50%)