Sentimen
Netral (96%)
16 Nov 2022 : 15.03
Informasi Tambahan

Kab/Kota: bandung

Angklung, UNESCO Bisa Cabut Statusnya sebagai Warisan Budaya Asal Indonesia dan Jadi Milik Negara Lain

16 Nov 2022 : 15.03 Views 23

Pikiran-Rakyat.com Pikiran-Rakyat.com Jenis Media: Nasional

Angklung, UNESCO Bisa Cabut Statusnya sebagai Warisan Budaya Asal Indonesia dan Jadi Milik Negara Lain

PIKIRAN RAKYAT - Angklung harus dipandang sebagai budaya konvensional tradisional masyarakat Sunda, bukan hanya sebagai kesenian tradisional berikut nilai ekonominya.

Untuk menyelamatkan angklung sebagai warisan budaya takbenda kemanusiaan (representative list of intangible cultural heritage of humanity), harus dilakukan perlindungan, pemeliharaan, promosi, dan regenerasi.

Guru Besar Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung, Prof. Dr. Arthur S Nalan mengungkapkan, selama ini kehadiran angklung lebih banyak dipandang sebagai salah satu bentuk kesenian tradisional ketimbang bagian dari kehidupan atau budaya Sunda.

“Karena pandangan angklung sebagai kesenian, bukan sebagai budaya konvensional tradisional yang sarat nilai, jadi hanya dianggap sarana hiburan,” ujarnya pada Sawala Budaya Angklung Budaya Sunda di Bandung, Selasa 14 Januari 2020 silam.

Karena minimnya pengetahuan akan angklung sebagai budaya yang tumbuh dan berkembang di masyarakat, menurut Arthur, sudah waktunya pemerintah, akademisi, dan pelaku seni mendokumentasikan angklung sebagai budaya asli Sunda.

”Jangan sampai seperti pencak silat, saat ini lebih dikenal sebagai bela dirinya ketimbang budaya tradisional yang sarat nilai dalam setiap gerakannya,” ujar Arthur.

Sependapat dengan Arthur, Direktur Saung Angklung Udjo, Taufik Hidayat Udjo mengatakan bahwa sebagai budaya yang sarat nilai, angklung harus diselamatkan.

“Sebagaimana yang disyaratkan UNESCO yang menjadikan angklung warisan budaya takbenda kemanusiaan karena sebagai budaya yang kaya akan nilai-nilai filosofinya, bukan sebagai kesenian,” katanya.

Karena pandangan pemerintah—sebagai pengambil kebijakan—atau sebagian besar masyarakat terhadap angklung, Taufik khawatir, nilai-nilai yang terkandung dalam angklung makin tidak dikenal. Suatu saat, UNESCO bisa mencabut status angklung sebagai warisan budaya takbenda kemanusiaan.

”UNESCO sudah mengisyaratkan bahwa angklung akan tetap menjadi warisan budaya dunia asal Indonesia bila angklung masih terlindungi, terpelihara, terpromosikan, dan teregenerasikan,” ujar Taufik.

Bambunya langka, senimannya juga

Rahmat, seniman angklung, mengungkapkan bahwa pendokumentasian dan penyelamatan angklung sebagai budaya tradisional Sunda berikut menyelamatkan status yang diberikan UNESCO tidak ada artinya bila bambu bahan baku angklung serta pembuatnya tidak ikut diselamatkan.

”Saat ini, untuk mencari bambu hitam, apus, surat, atau gombong yang jadi bahan baku angklung sudah sangat sulit. Karena sulitnya, pembuat angklung pun makin berkurang,” katanya.

Terhadap kondisi angklung, baik sebagai seni maupun budaya tradisional masyarakat Sunda, seniman senior, Yoyo C. Durachman menyoroti kebijakan yang diambil pemerintah sebagai fasilitator.

”Saat ini, makin minim kegiatan yang diselenggarakan maupun fasilitasi pemerintah sehingga pelaku seni harus berusaha sendiri. Kalau sikap pemerintah kita masih seperti ini, pelaku seni akan kelelahan,” tuturnya.***

Sentimen: netral (96.8%)