Sentimen
Informasi Tambahan
Kab/Kota: bandung
Stigma Masih Warnai Layanan Kesehatan Orang dengan HIV di Bandung
Tempo.co
Jenis Media: Nasional
TEMPO.CO, Jakarta - Berbagai kalangan menilai pelayanan kesehatan bagi orang dengan HIV di Kota Bandung kini semakin baik. Namun begitu, masih ada beberapa masalah terkait petugas layanan dan stigma atau cap buruk di fasilitas kesehatan. Dampaknya bisa ikut menambah angka kasus orang dengan HIV yang menghilang dari upaya terapi.
Nurul Huda alias Arul kaget. Saat mendampingi orang dengan HIV di sebuah rumah sakit swasta di Bandung, mereka tidak hanya mendapatkan obat Antiretroviral atau ARV yang diambil sebulan sekali. Petugas medisnya juga secara halus mengarahkan mereka untuk menikah. “Kembali ke jalan yang benar, disuruh tobat, dan ada yang ditakuti dengan dosa, masuk neraka dan lain-lain,” kata staf pendamping sebaya itu dari Female Plus, sebuah lembaga pendamping orang dengan HIV di Bandung, Senin, 17 Oktober 2022.
Stigma HIV Itu Dilakukan Petugas Medis Sendiri
Dia melihat sendiri kejadian itu sekitar sebulan lalu pada empat orang dengan HIV. Sambil menahan emosi, Arul beberapa kali mengingatkan petugas di rumah sakit itu agar tidak melakukan stigma. “Harusnya pelayanan lebih ke kesehatan pasien bukan ke ranah pribadi,” ujarnya. Kejadian tersebut dilaporkan ke koordinator kerjanya juga pegawai Dinas Kesehatan Kota Bandung secara pribadi.
Arul sendiri pernah mengalami stigma serupa ketika melakukan tes HIV di sebuah Puskesmas di Kota Bandung pada 2015 dan 2016. Tes itu dilakukan karena dia hidup bersama orang dengan HIV dan AIDS, dan hasilnya negatif. “Saya juga disuruh bertobat dan kawin,” ujarnya. Saat itu Arul menjadi konselor yang mengajak kalangan berisiko tertular HIV atau populasi kunci untuk melakukan konseling dan tes sukarela (VCT).
Simak: Terlambat Penanganan HIV Anak Pengaruhi Cara Pengobatannya
Sejak awal 2022, dia menjadi pendamping sebaya. Selain menampung curahan hati, Arul ikut menemani mereka berobat. Tiap Senin-Selasa jadwalnya di RS Santo Yusup dengan total dampingan 61 orang, Rabu dan Jumat di RS Muhammadiyah yang berjumlah 59 orang, lalu enam orang lainnya di Puskesmas Jalan Salam saban Kamis.
Usia dampingannya berkisar dari umur 5-60-an tahun, mayoritas 20-40 tahun. Beberapa dampingan, kata Arul, mengeluhkan kurang nyaman diceramahi petugas layanan. Akibatnya ada yang takut datang lagi untuk berobat atau konseling, pindah ke tempat layanan lain, sampai mogok datang. “Jumlahnya kurang dari 5 orang, sampai ada yang loss contact, tidak bisa dihubungi, pindah tempat tinggal,” ujarnya.
Plt. Kepala Dinas Kesehatan Kota Bandung Minta Maaf
Sentimen: positif (64%)