Sentimen
Positif (99%)
25 Okt 2022 : 19.41
Informasi Tambahan

Kab/Kota: Yogyakarta

Gagal Ginjal Misterius, 4 Pasien Anak di Yogyakarta Sudah Boleh Pulang

25 Okt 2022 : 19.41 Views 25

Tempo.co Tempo.co Jenis Media: Nasional

Gagal Ginjal Misterius, 4 Pasien Anak di Yogyakarta Sudah Boleh Pulang

TEMPO.CO, Yogyakarta - RSUP Dr Sardjito Yogyakarta menyatakan dari 13 pasien anak gagal ginjal akut yang sedang ditangani, sebanyak empat pasien sudah diperbolehkan pulang dan bisa menjalani perawatan rawat jalan. Sedangkan dua masih dirawat dan tujuh lainnya sudah meninggal.

"Dari empat anak yang diperbolehkan pulang itu, tiga anak bebas dari hemodialisa (cuci darah) sedangkan satu anak masih membutuhkannya selama rawat jalan," kata dokter yang juga anggota Tim Medis Penanganan Gagal Ginjal Akut RSUP dr Sardjito Yogyakarta, Retno Palupi, Selasa 25 Oktober 2022.

Baca juga: Dokter Anak Ini Bilang Gagal Ginjal Akut Berefek Jangka Panjang di Masa Tua

Retno juga menjelaskan bahwa dua pasien anak yang masih dirawat berada di  ruang perawatan biasa atau non intensif. Satu ditangani dengan tindakan medis CAPD (Continuous Ambulatory Peritoneal Dialysis) atau pengobatan memanfaatkan lapisan perut atau perut untuk menyaring darah di dalam tubuh.

Sedangkan satu lainnya tetap menjalani cuci darah. "Sampai saat ini belum ada penambahan pasien baru dengan diagnosa gagal ginjal akut," kata Retno menambahkan.

Membaik tanpa Fomepizole

Dokter spesialis anak RSUP Sardjito, Kristia Hermawan, mengatakan, kondisi klinis para pasien anak membaik meski belum mendapatkan obat penawar Fomepizole. Seperti diketahui Kementerian Kesehatan telah mulai mengimpor obat jenis ini dan memberikannya kepada pasien anak kasus serupa di di RSCM Jakarta.

Baca juga: Anak Sembuh dari Gagal Ginjal Misterius, Dokter Tetap Awasi Ini

Yang dilakukan untuk pasien anak gagal ginjal akut di RSUP Sardjito, Kristia menerangkan, berupa pengobatan suportif hingga tindakan terapi pengganti ginjal. Metode dialisis yang dilakukan dapat berupa hemodialisis yaitu cuci darah dengan mesin atau peritoneal dialisis yaitu cuci darah dengan pemasangan selang pada rongga perut yang dapat dikerjakan tanpa mesin.

”Untuk satu pasien yang boleh pulang atau rawat jalan, cuci darahnya satu kali seminggu, sedangkan dua pasien yang rawat inap menjalani hemodialisis dua kali seminggu dan peritoneal dialisis,” kata Kristia.

Berburu Penyebab yang Masih Misterius

Untuk pelacakan penyebab gagal ginjal akut progresif atipikal, disebutkan Kristia, telah dilakukan sesuai petunjuk Kementerian Kesehatan. Diantaranya dengan menelusuri riwayat penggunaan obat sirup, serta pemeriksaan toksikologi untuk mengetahui ada tidaknya kadar etilen glikol atau dietilen glikol (EG/DEG) dalam darah atau urine pasien.

"Namun tim medis belum mendapat hasil penuh pemeriksaan karena sampel harus diperiksa di laboratorium kesehatan daerah DKI Jakarta," kata dia.

Tim medis juga telah melakukan biopsi atau pengambilan contoh jaringan ginjal pada beberapa pasien agar dapat mengidentifikasi profil kerusakan yang terjadi. Juga menelusuri penyebab kerusakan jaringan tersebut.

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Sentimen: positif (99.2%)