Sentimen
Informasi Tambahan
Agama: Kristen
Kab/Kota: Salatiga
Tokoh Terkait
Pupuk Semangat Konservasi, Peserta OMB 2025 UKSW Tanam Ratusan Bibit Pohon
Espos.id
Jenis Media: News

Esposin, SALATIGA - Teguhkan semangat kepedulian lingkungan, peserta Orientasi Mahasiswa Baru (OMB) Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) 2025 tanam 210 bibit pohon.
Bertajuk Pengabdian Masyarakat (Pengmas), kegiatan ini dilaksanakan selama dua hari, yakni Jumat dan Sabtu (29-30/8/2025). Pada hari pertama, sebanyak 200 peserta OMB melaksanakan aksi tanam pohon di lingkungan Asrama Notohamidjojo. Sejumlah 100 bibit pohon berjenis Spathodea atau Kecuprut menjadi simbol komitmen semangat konservasi civitas academica.
Sementara pada hari kedua, pelaksanaan Pengmas di Lapangan Pule Salatiga diikuti 220 peserta OMB yang terdiri dari 11 kelompok. Mengundang Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Salatiga, sejumlah 110 bibit pohon varietas pengikat air berjenis Spathodea dan Damar, diharapkan dapat menjadi penopang ekosistem air tanah dan menyuplai kebutuhan oksigen.
Dalam acara penanaman pohon di Lapangan Pule Salatiga, hadir di antaranya Rektor UKSW Profesor Intiyas Utami, Wakil Rektor Bidang Kerja Sama dan Kealumnian Profesor Yafet Yosafet Wilben Rissy, Sekretaris DLH Kota Salatiga Kusdiyanto, S.H., Koordinator Pengabdian Masyarakat (Pengmas) OMB 2025 Yesaya Sandang, S.H., M. Hum, Ph.D., Sekretaris Kelurahan Mangunsari Agus Priyanto S.H., serta jajaran RT dan RW Tegalsari Salatiga.
Interdependent Co-Arising

Dalam sambutannya, Rektor Intiyas mengungkapkan pentingnya pohon dalam kehidupan, mengusung konsep Interdependent Co-Arising yakni keterkaitan dan keterikatan satu sama lain, beliau menekankan pentingnya aksi konservasi untuk memastikan kelestarian bumi.
“Ada konsep bernama Interdependent Co-Arising, satu dengan yang lainnya saling berkaitan. Hari ini kalau tidak ada pohon, kita tidak bisa menghasilkan kertas. Mari kita jadikan kegiatan ini sebagai tonggak untuk menjaga, melestarikan, memastikan bumi ini tetap ada,” ungkapnya.
Di samping itu, Sekretaris DLH Kusdiyanto mengutarakan pentingnya sinergitas antar institusi guna merawat kelestarian lingkungan, terutama penanaman pohon varietas pengikat air. Ia mendorong aksi penanaman sebagai investasi bagi masa depan.
“Maka dengan menanam kita investasikan sesuatu yang luar biasa untuk masa depan, untuk lingkungan dan bumi, semoga kerja sama ini dapat terus dilakukan,” tuturnya.
Dipandu langsung oleh staf Bidang Pemeliharaan dan Pengembangan Lingkungan Hidup DLH Kota Salatiga Pujiono S.P., dan Mega Nora Budiana S.T., M.T., aksi penanaman pohon ini sekaligus menegaskan kembali komitmen kerja sama UKSW bersama DLH guna menjaga dan melestarikan lingkungan hidup.
Sementara Wakil Rektor Bidang Pengajaran, Akademik, dan Kemahasiswaan Profesor Ferdy S. Rondonuwu dalam sambutannya pada Jumat (29/08/2025), menyampaikan budaya menanam telah mengakar kuat sebagai tradisi tahunan. Maka menjaga serta merawat ekosistem lingkungan hidup adalah tanggung jawab moral bersama.
Eco Green Campus
Koordinator Pengmas Yesaya Sandang mengungkapkan konsep eco green sebagai tonggak filosofis kampus Satya Wacana. Selain menciptakan ekosistem hutan kampus yang selaras dengan visi civitas academica, semangat konservasi ini juga merepresentasikan karakter creative minority yang berdaya cipta.
“Pohon itu berakar kuat, yang menunjukkan lokalitas kita pada isu-isu lokal di kota tempat kita hidup. Tapi pohon juga tumbuh besar, mengayomi, melindungi, meneduhi, dan memberi manfaat bagi ekosistem yang lebih luas. Itu merepresentasikan dampak positif yang kita tanamkan pada mahasiswa agar mereka bertumbuh menjadi lulusan creative minority yang berdaya cipta,” tuturnya.
Salah satu peserta dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Komunikasi (FISKOM) Program Studi (Prodi) Hubungan Internasional Mikhael Zergiand, mengaku senang dan bangga menjadi bagian dari keluarga Satya Wacana yang mendorong eco green campus.
“Kontribusi UKSW sangat luar biasa seperti yang disampaikan oleh pimpinan UKSW menuju green campus untuk menghijaukan kampus dan membuat UKSW lebih hijau lagi, sehingga memberikan dampak bagi lingkungan kampus dan Kota Salatiga,” tuturnya.
Melalui kegiatan ini, UKSW menunjukkan dukungan nyata terhadap pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs), khususnya SDGs ke-4 pendidikan berkualitas, dan SDGs ke-17 kemitraan untuk mencapai tujuan.
Sebagai Perguruan Tinggi Swasta (PTS) terakreditasi Unggul, UKSW telah berdiri sejak 1956 dengan 15 fakultas dan 64 program studi di jenjang D3 hingga S3, dengan 32 Prodi Unggul dan A. Terletak di Salatiga, UKSW dikenal dengan julukan Kampus Indonesia Mini, mencerminkan keragaman mahasiswanya yang berasal dari berbagai daerah. Selain itu, UKSW juga dikenal sebagai "Creative Minority" yang berperan sebagai agen perubahan dan inspirasi bagi masyarakat. (NA)
Sentimen: neutral (0%)