Esposin, SOLO -- Wali Kota Solo Respati Ardi meminta Satpol PP melakukan patroli 24 jam di titik-titik tertentu selama masa tanggap darurat untuk menjaga situasi dan mencegah terjadinya perusakan aset oleh orang atau kelompok tak dikenal. 

Respati kini bahkan selalu membawa HT atau handy talkie untuk berkoordinasi serta memantau kondisi Solo. Respati mengatakan membawa satu unit HT milik Satpol PP Solo untuk komunikasi.

Ia meminta petugas Satpol PP Solo untuk memantau titik-titik tertentu selama 24 jam. Hal itu dilakukan untuk mengantisipasi kericuhan hingga aset pemerintah yang dirusak.

Respati menjelaskan salah satu faktor gedung Sekretariat DPRD Solo terlambat diselamatkan karena unit Dinas Pemadam Kebakaran (Damkar) Solo dihalangi massa yang menggelar aksi.

Menurutnya, setiap instansi tidak menggunakan frekuensi yang sama untuk komunikasi, yakni ada yang Ultra High Frequency (UHF) dan ada yang menggunakan Very High Frequency (VHF) sehingga komunikasi lintas instansi terhambat.

"Ini keliru, harus diubah. Satpol PP, Damkar, TNI, Polri, kita belajar, mau menyelamatkan DPRD kemarin telat karena bingung mau masuknya petugas itu enggak bisa koordinasi. Karena sudah dihalang massa yang anarkistis kemarin. Itulah yang menyebabkan kebakarannya enggak bisa diantisipasi cepat-cepat,” jelas dia kepada wartawan di UNS, Solo, Senin (1/9/2025).

Menurut dia, kerugian materi akibat aksi massa yang berujung kericuhan dan perusakan di Kota Solo pada Jumat-Sabtu (29-30/8/2025) lalu ditaksir mencapai Rp13,8 miliar. Sejumlah fasilitas yang rusak di antaranya 27 halte di beberapa jalan Kota Solo.

Sebelumnya, Gedung Sekretariat Dewan (Setwan) di Kompleks DPRD, Jl Adi Sucipto, Solo, hangus dibakar massa pada Sabtu (30/8/2025) dini hari. Gedung Setwan DPRD Solo hangus dan bagian atapnya hancur. Gedung itu kondisinya tak bisa digunakan lagi karena rusak.