Sentimen
Informasi Tambahan
Kab/Kota: Joglo, Solo, Sukoharjo
Partai Terkait
Tokoh Terkait
Rumah Pahlawan Slamet Riyadi di Solo Rusak Parah, Keluarga Harap Pemkot Peduli
Espos.id
Jenis Media: Solopos

Esposin, SOLO– Kondisi kediaman Pahlawan Nasional Brigadir Jenderal (Brigjen) Slamet Riyadi di Jl Tejonoto, Danukusuman, Serengan, Solo, tampak kurang terawat dan memprihatinkan. Bahkan saat hujan rumah ini bocor di beberapa titik. Pihak keluarga berharap ada perhatian dari Pemerintah Kota (Pemkot) Solo.
Kondisi Rumah Pahlawan Slamet Riyadi yang Memprihatinkan
Pantauan Espos, Sabtu (9/8/2025) rumah pahlawan dengan nama lengkap Ignatius Slamet Riyadi ini tepatnya berada di belakang Masjid Cokro Soekarno RT 001 RW 005 Danukusuman. Rumah berkelir hijau muda itu dikelilingi pagar beton berwarna putih dan diberi gerbang besi berwarna hijau tua.
Di area teras depan, plafon dari anyaman bambu atau gebyok tampak lapuk dan jebol di beberapa titik. Sementara itu rangka atap dan tiang-tiang kayu penyangga rumah bergaya Joglo juga mulai lapuk.
Tembok-tembok rumah yang dibangun 1848 itu juga mulai keropos dan berjamur. Sedangkan lantai rumah yang menempati lahan luas 1.000 meter persegi itu masih plester dan belum berkeramik.
Masuk ke area ruang utama, tidak banyak perabotan peninggalan pahlawan yang lahir di Kelurahan Tipes, 26 Juli 1927 itu. Hanya ada beberapa foto seperti, Slamet Riyadi sewaktu bertugas sebagai tentara, Kapal Republik Indonesia (KRI) Slamet Riyadi, anggota keluarga, dan Piagam Penghargaan Pahlawan Nasional yang ditandatangani Presiden ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono pada 2007 silam.
Di balik ruang utama masih ada kamar bekas Slamet Riyadi yang kerap digunakan untuk bersiasat, menyusun strategi menentang kependudukan Belanda hingga untuk bertirakat. Kamar itu hanya ada satu buah dipan kayu lama dan meja. Guna mencegah kebocoran air saat hujan, plafon anyaman bambu kamar tersebut dilapisi plastik.
Keluarga Mandiri Merawat Rumah dan Harap Perhatian Pemkot Solo
Keponakan Brigjen Slamet Riyadi, Gunawan Wibisono, 53, mengatakan sejak dulu belum ada perhatian dari Pemkot Solo terhadap rumah pamannya tersebut. Untuk perawatan dan perbaikan minor, ia lakukan bersama keluarga besar secara mandiri atau tanpa bantuan pihak lain.
“Secara bangunan ini masih utuh dari dulu. Hanya ditambahi tiang beton di depan [teras] itu soalnya tiang kayunya sudah tidak kuat lagi. Kalau cat hijau ini baru 2-3 tahun lalu agar tampak lebih segar sedikit. Terus terang memang dari dulu tidak ada perhatian dari Pemkot,” kata dia kepada Espos, Sabtu.
“Kalau saya sendiri tidak begitu mampu [dalam hal ekonomi] jadi ya saya coba merawat sebisa dan semampu saya saja,” imbuh dia.
Dia menuturkan kondisi rumah bertambah parah tatkala musim penghujan tiba. Pasalnya rumah ini mengalami kebocoran di banyak titik. Sebagai solusi sementara, ia biasanya hanya melakukan tambal sulam genting.
Gunawan berharap Pemkot Solo memberi perhatian terhadap kondisi rumah peninggalan Slamet Riyadi tersebut. Karena bagaimanapun ia adalah pahlawan asli Solo dan punya jasa besar dalam memperjuangkan dan mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia.
Menurutnya salah satu langkah kecil yang bisa diupayakan Pemkot Solo adalah memberikan pembebasan bea pajak bumi dan bangunan (PBB) bagi rumah pahlawan seperti kebijakan yang dilakukan Pemprov DKI Jakarta beberapa waktu lalu.
“Tapi misal Pemkot Solo seolah tidak mau tahu (dengan kondisi kediaman Slamet Riyadi) ya tidak apa-apa. Karena Pak Slamet itu punya slogan jangan tanyakan balasan apa dari negara, tapi tanyakan apa yang bisa kami berikan kepada negara,” ungkap dia.
Rumah ini, lanjut dia, sehari-hari kosong atau tidak ada yang menempati. Namun secara hak milik adalah kepunyaan bibinya yang ada di Jakarta.
Beberapa kegiatan yang beberapa kali digelar di rumah ini adalah arisan atau forum warga. Selain itu, juga kerap dikunjungi mahasiswa untuk keperluan tugas perkuliahan, prajurit tentara Kopassus, dan tamu-tamu lainnya.
“Kalau Pemkot Solo malah belum pernah ke sini. Yang sering dan pasti satu tahun ke sini itu malah dari Kopassus (Kandang Menjangan Sukoharjo), Universitas Slamet Riyadi (Unisri) Solo, dan Rumah Sakit DKT Slamet Riyadi,” beber pria yang menjaga rumah tersebut usai ibunya meninggal dunia sekitar dua tahun lalu itu.
Janji Gibran soal Rumah Slamet Riyadi

Wakil Presiden, Gibran Rakabuming Raka, saat menjadi Wali Kota Solo pada 2022 lalu mengaku pernah mendapat laporan mengenai kondisi rumah Slamet Riyadi di Danukusuman, Serengan, yang rusak dan memprihatinkan itu. Meski demikian, hingga kini belum ada tindak lanjut atas laporan itu.
“Kemarin sudah dilapori, nanti ditindaklanjuti ya, rumahnya ya,” kata Gibran pada 10 November 2022 silam. Ditanya apakah rumah pahlawan Slamet Riyadi di Solo masuk pada bangunan cagar budaya, Gibran mengaku belum tahu pasti.
Namun rumah yang dibangun pada 1848 itu seharusnya menjadi bangunan cagar budaya. Gibran juga akan mengecek surat yang kabarnya disampaikan oleh keluarga Slamet Riyadi berisi permohonan keringanan pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) ke Pemkot Solo.
Sejarah dan Jasa Brigjen Slamet Riyadi sebagai Pahlawan Nasional
Slamet Riyadi menjadi pahlawan nasional berkat perjuangannya melawan penjajahan Belanda. Ia dan pasukannya memberikan perlawanan sengit kepada tentara Belanda di Ambarawa pada 1947. Lalu ia juga memimpin serangan umum empat hari melawan Belanda di Solo pada 7-10 Agustus 1949.
Pada 1950, Slamet Riyadi dikirim ke Maluku untuk memerangi pemberontakan Republik Maluku Selatan (RMS) dan pada 4 November 1950, ia gugur karena tertembak. Pangkat terakhirnya Brigadir Jenderal dan dianugerahi gelar pahlawan nasional pada 9 November 2007.
Slamet Riyadi gugur dalam usia yang masih sangat muda yakni 23 tahun.
Sentimen: neutral (0%)