Esposin, MAGETAN – Fenomena FOMO (fear of missing out) rupanya merambah dunia pendakian. Libur panjang sekolah dan momen menjelang HUT ke-80 Republik Indonesia menjadi ajang unjuk eksistensi para remaja yang ingin “ikut-ikutan” mendaki gunung.

Lonjakan ini turut mendatangkan berkah bagi usaha persewaan alat mendaki di kawasan kaki Gunung Lawu. Salah satunya dirasakan Ika Yuliana, pemilik rental alat pendakian di Kecamatan Sidorejo, Kabupaten Magetan, Jawa Timur. Dia menyebut terjadi peningkatan penyewa selama musim liburan mencapai dua kali lipat dibanding hari biasa.

“Sekarang banyak anak muda ikut tren mendaki karena viral di media sosial. Mereka tektok, enggak nginep. Yang paling laris disewa itu trekking pole, hydro pack, sepatu gunung, sama jaket,” ujarnya, Kamis (7/8/2025).

Dia mengungkap, mayoritas penyewa adalah pelajar dan mahasiswa dari daerah sekitar seperti Ngawi, Bojonegoro, Pati, hingga Blora. Dalam sepekan terakhir, Ika memprediksi jumlah penyewa tembus lebih dari 100 orang. Jumlah tersebut naik sekitar 50 persen dari rata-rata harian.

“Biasanya 20 sampai 30 orang per hari, sekarang bisa lebih dari 50. Dalam seminggu [sepekan] bisa ratusan. Mungkin karena banyak yang enggak mau ketinggalan tren, jadi ikut naik gunung walau baru pertama kali. Untuk omzet juga otomatis naik sekitar 50 persen,” jelasnya.

Fenomena ini terlihat dari banyaknya pendaki pemula yang menyewa perlengkapan lengkap hanya untuk perjalanan singkat. Salah satunya adalah Chelsea Najwa Ramadhani, 18, pelajar asal Madiun yang akan mendaki Gunung Lawu bersama lima temannya.

“Rencana naik Sabtu ini, tapi cuma tektok aja, enggak nginep. Ini pertama kali saya naik gunung,” kata Chelsea saat ditemui di tempat penyewaan.

Dari enam orang dalam rombongannya, hanya dua yang pernah mendaki sebelumnya. Mereka memilih jalur Cemoro Kandang yang dikenal lebih ramah bagi pemula.

“Kami sewa jaket, jas hujan, sama trekking pole. Cuma penasaran aja rasanya naik gunung,” ucapnya sambil tersenyum.