Sentimen
Undefined (0%)
6 Agu 2025 : 19.30
Informasi Tambahan

Event: Idul Adha 1441 Hijriah

Kab/Kota: Solo, Sukoharjo

Tokoh Terkait

Pengamat: Pertumbuhan 5,12 Persen Tak Cerminkan Aktivitas Ekonomi Sebenarnya

6 Agu 2025 : 19.30 Views 13

Espos.id Espos.id Jenis Media: Ekonomi

Pengamat: Pertumbuhan 5,12 Persen Tak Cerminkan Aktivitas Ekonomi Sebenarnya

Esposin, SOLO—Pengamat ekonomi yang juga dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, Mulyanto, menilai pertumbuhan ekonomi Indonesia triwulan II 2025 sebesar 5,12 persen tidak mencerminkan aktivitas ekonomi yang sebenarnya.  

Sebagaimana diketahui, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan ekonomi Indonesia pada triwulan II 2025 tumbuh sebesar 5,12 persen secara tahunan (yoy) ditopang terutama oleh konsumsi rumah tangga dan pembentukan modal tetap bruto (PMTB).

“Secara angka iya memang tinggi. Tapi kalau melihat ada dua pendekatan yang dipakai, yang pertama pendekatan produksi ekonomi dibagi sektor-sektor dan ada pendekatan pengeluaran, di mana ekonomi dihitung dari pengeluaran seperti konsumsi, investasi, pengeluaran pemerintah, ekspor-impor, dll. Sedangkan yang di situ [tumbuh 5,12 persen] yang jadi andalan kan angka konsumsi. Itu pastinya tinggi. Kan sebenarnya tidak mencerminkan aktivitas ekonomi yang sebenarnya,” ujar Mulyanto saat dihubungi Espos, Rabu (6/8/2025).

Artinya, lanjut Mulyanto, konsumsi besar masyarakat bisa berasal dari utang, uang bantuan sosial (bansos), dll. Sebaliknya, jika pertumbuhan dihitung berbasis sektor itu bisa memberikan menggambarkan yang lebih dekat. Misalnya ada sektor tertentu yang tumbuh disertai dengan adanya tenaga kerja yang terserap.

“Kalau pertumbuhan dihitung berbasis sektor itu kan bisa ada gambaran sektor yang tumbuh, ada tenaga kerja yang terserap. Itu kan jadi masalah kalau tumbuhnya yang terbesar dari konsumsi, sementara mengonsumsi itu sumber uangnya kan belum jelas apakah hasil kerja, hutang, atau dari bansos. Itu kan jadi masalah,” lanjutnya.

Ia merasa lebih sreg jika penilaian pertumbuhan ekonomi dilakukan melalui 17 sektor. Kemudian dilihat sektor apa yang pertumbuhannya besar dan kemudian dilihat lagi apakah sektor itu memberikan dampak kepada masyarakat lokal Indonesia.

“Misalnya yang memberikan sumbangan [pertumbuhan ekonomi] adalah industri manufaktur. Maka dilihat lagi industri manufaktur itu siapa yang mengerjakan. Kalau yang mengerjakan dari luar negeri, uangnya tentu untuk luar negeri. Tidak berdampak [kepada masyarakat Indonesia]. Lalu kalau sektornya besar tumbuhnya tapi padat modal, itu juga tidak berdampak ke jumlah tenaga kerja yang terserap,” ujarnya.

“Intinya kalau banyak perusahan yang tumbuh dengan baik dan menyerap tenaga banyak maka ini bisa dikatakan sebagai pertumbuhan yang tidak mengkhawatirkan. Artinya tumbuh disertai dengan pemeratan ini sangat bagus. Tapi kalau tumbuh dari sektor padat modal yang tidak diiringi dengan dampak kesejahteraan, maka ini perlu kajian mendalam tentang angka itu,” pungkasnya.

Bisnis Baru Bertumbuh

Di sisi lain, dalam lingkup yang lebih kecil seperti di tingkat kabupaten, terdapat perusahaan-perusahaan dengan bisnis baru yang terus mengalami pertumbuhan.

Salah satunya adalah PT Brigit Biofarmaka Teknologi, perusahaan maklon kosmetik dan asupan kesehatan yang berbasis di Kabupaten Sukoharjo.

Perusahaan yang didirikan pada 2015 ini sekarang sudah memproduksi 800 brand dengan jumlah mitra sekitar 600 orang dari berbagai wilayah di Indonesia. PT Brigit Biofarmaka Teknologi juga sudah memiliki beberapa anak perusahaan dengan jumlah total karyawan sekitar 1.800 orang. 

“Untuk Brigit Biofarmaka Teknologi dan grup, karyawannya sekarang totalnya ada 1.800-an orang. Kami sudah memproduksi 800 brand baik kosmetik maupun [suplemen] kesehatan dengan jumlah mitra 600 orang. Karena ada yang satu mitra punya lebih dari 1 brand,” ujar Komisaris Utama PT Brigit Biofarmaka Teknologi Machmud Lutfi Huzain, saat dihubungi Espos, Rabu (6/8/2025).

Ia mengatakan bisnis maklon tersebut terus mengalami pertumbuhan. “Capaian kami selalu di atas target. Tahun ini kami mengalami pertumbuhan produksi sebesar 30 persen dibandingkan tahun lalu,” ujarnya.

Di sisi lain, Machmud menjelaskan separuh lebih produk yang dipasarkan oleh mitranya dijual secara online melalui platform media sosial maupun e-commerce.

Menurutnya, kebiasaan masyarakat untuk berbelanja kini memang sudah bergeser jauh, dari yang sebelumnya offline kini menjadi belanja online.

Ia menilai berbagai kelebihan dan kemudahan belanja online ikut merangsang masyarakat untuk lebih kosumtif sehingga menggerakkan perekonomian.

“Memang behavior masyarakat sudah beralih. Dulu belanjanya ke pasar sekarang di sambil rebahan rumah sudah bisa belanja [secara online]. Produk kami sendiri hampir 60 persen dijual oleh mitra kami secara online,” ungkapnya.

Untuk diketahui, PT Brigit Biofarmaka Teknologi didirikan 2015 dan menjadi perusahaan publik pada 2025 dengan kode emiten OBAT. Perusahaan bergerak di bidang manufaktur jasa maklon produk-produk herbal, kosmetik, dan minuman fungsional dan botanikal.

Diberitakan sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan ekonomi Indonesia pada triwulan II 2025 tumbuh sebesar 5,12 persen secara tahunan (yoy) ditopang terutama oleh konsumsi rumah tangga dan pembentukan modal tetap bruto (PMTB).

Deputi Bidang Neraca dan Analisis Statistik BPS Moh Edy Mahmud dalam konferensi pers di Jakarta, Selasa (5/8/2025), mengatakan konsumsi rumah tangga menyumbang kontribusi terbesar terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) yakni sebesar 54,25 persen.

Sektor itu juga menjadi penopang utama pertumbuhan ekonomi dengan andil sebesar 2,64 persen dari total 5,12 persen pertumbuhan ekonomi nasional.

“Konsumsi rumah tangga terus tumbuh seiring meningkatnya belanja kebutuhan primer dan mobilitas masyarakat. Kebutuhan bahan makanan dan makanan jadi meningkat karena aktivitas pariwisata selama periode libur hari besar keagamaan dan libur sekolah,” ujar Edy seperti dilansir Antara.

Ia mengatakan momen-momen seperti Idulfitri, Waisak, Kenaikan Isa Almasih, Idul Adha, hingga libur sekolah mendorong peningkatan konsumsi untuk transportasi dan restoran.

Sentimen: neutral (0%)