Sentimen
Undefined (0%)
1 Agu 2025 : 15.54
Informasi Tambahan

Kab/Kota: Klaten

Tokoh Terkait

Harga Gabah Tertinggi dalam Sejarah, Petani Klaten antara Senang dan Susah

1 Agu 2025 : 15.54 Views 18

Espos.id Espos.id Jenis Media: Solopos

Harga Gabah Tertinggi dalam Sejarah, Petani Klaten antara Senang dan Susah

Esposin, KLATENHarga gabah di tingkat petani kini disebut-sebut menjadi yang tertinggi dalam sejarah, termasuk di Kabupaten Klaten. Namun demikian, tak semua bisa tersenyum semringah dalam kondisi itu.

Di satu sisi sebagian petani menikmati hasil maksimal dari padi yang mereka tanam. Di sisi lain, ada petani yang kelimpungan lantaran padi yang ditanam habis dimakan tikus.

Di wilayah Kecamatan Delanggu, Klaten, harga gabah kering panen untuk varietas padi biasa saat ini di kisaran Rp7.000 per kilogram (kg). Hal itu diakui salah satu bakul atau pengepul gabah, Joko, 46, saat ditemui Espos di area pertanian wilayah Desa/Kecamatan Delanggu, Jumat (1/8/2025).

“Iya, sekarang ini harga gabah tertinggi. Kalau sebelumnya paling di bawah Rp6.500 per kg. Kalau sekarang ini sudah melangkah ke Rp7.000 per kg. Ini gabah basah. Kalau gabah kering itu sekarang sudah kepala delapan [mulai rentang harga Rp8.000 per kg],” kata Joko.

Disinggung harga tebasan untuk satu patok sawah ditanami padi di wilayah Delanggu, Joko mengungkapkan kini bisa mencapai Rp8 juta hingga Rp10 juta per patok luasan 2.200 meter persegi. Sebelumnya, harga tebasan per patok hanya di angka Rp4 juta hingga Rp5 juta.

“Dari sisi bakul, ya tentu saya senang dengan harga ini. Sama petani rembukannya juga enak. Ya tentu harapannya dengan harga gabah saat ini, pemerintah jangan sampai impor beras. Biar petani pada semangat. Kalau impor ya nanti harganya jadi anjlok,” urai Joko.

Terkait penyebab tingginya harga gabah, Joko mengungkapkan dipengaruhi berbagai faktor. Saat tanam serta panen di musim kemarau atau musim gadu, kondisi tanaman memiliki hasil panen maksimal. Hal itu membuat harga gabah bisa bersaing.

Hama Tikus

Selain itu, ada faktor serangan hama terutama tikus yang membikin panen padi terbatas. Serangan hama juga membuat sebagian petani gagal panen.

“Tadi habis panen di wilayah Keprabon [Kecamatan Polanharjo]. Kalau tadi yang dipanen harganya beda. Hanya Rp3,5 juta untuk satu patok. Karena sebagian sudah dimakan tikus. Ini tadi panen hanya sebagian sisanya saja yang tidak dimakan,” papar Joko.

Salah satu petani di Desa/Kecamatan Delanggu, Klaten, Harno, 64, mengakui harga gabah saat ini menjadi yang tertinggi untuk varietas biasa. Namun, kondisi itu tak dinikmati semua petani.

Harno menjadi salah satu petani yang tanam padi varietas Rojolele Srinuk. Dari sisi harga, dia menjelaskan harga gabah untuk panen varietas Srinuk di kelompoknya konsisten tinggi yakni Rp7.000 per kg.

Harno mengungkapkan tak bisa mendapatkan hasil panen maksimal atau bahkan mengalami gagal panen selama beberapa musim. Tak hanya Harno, gagal panen akibat serangan tikus juga dialami petani lain di desanya.

“Di tempat mbahe itu, hanya bisa laku Rp800.000 [untuk panen satu patok]. Juga tanam Rojolele Srinuk. Ya karena padi yang ditanam dimakan tikus,” kata Harno sembari menunjuk petani lainnya yang menggarap lahan di seberang lahannya.

Hasil itu tak sepadan dengan biaya produksi untuk tanam padi berkisar Rp1,5 juta hingga Rp2 juta untuk satu musim tanam. Harno mengungkapkan merebaknya hama tikus di wilayahnya sudah terjadi selama empat musim tanam.

Berbagai upaya sudah dilakukan petani di kelompoknya namun belum membuahkan hasil. Serangan tikus hingga kini menghantui petani di wilayah Desa Delanggu.

Tidak Kapok

Petani ya ora kapok, tetep nandur terus. Kene gaweane ya mung sawah. Ora duwe gawean liya [Petani ya tidak kapok, tetap terus tanam. Karena juga pekerjaannya hanya di sawah. Tidak punya pekerjaan lain],” kata Harno.

Petani lainnya, Eksan Hartanto, membenarkan saat ini harga gabah menjadi yang tertinggi sepanjang sejarah. Eksan mengungkapkan tingginya harga gabah itu dipengaruhi lantaran ketersediaan dan kebutuhan tak seimbang.

“Untuk gabah kering panen Rojolele itu Rp7.500 per kg. Kalau padi varietas biasa Rp7.000 per kg. Kalau tebasan per 2.000 meter persegi saat ini kisaran Rp8 juta hingga Rp10 juta,” ungkap Eksan yang juga pendiri Sanggar Rojolele Delanggu tersebut.

Kondisi itu terjadi lantaran serangan hama tikus di area pertanian terutama di daerah sentra wilayah Kabupaten Klaten. Salah satunya di wilayah Kecamatan Delanggu.

Eksan membenarkan di wilayah Desa Delanggu serangan hama tikus sudah terjadi selama 1,5 tahun terakhir. Berbagai upaya sudah dilakukan kelompok tani mulai dari pembersihan saluran irigasi, pengendalian hama secara serentak melalui menggunakan bahan kimia maupun organik. Selain itu, petani sempat mengistirahatkan lahan selama satu musim.

Eksan berharap pengendalian tikus bisa mendapatkan dukungan melalui dana desa. Selain itu, pengendalian membutuhkan upaya tanam serentak guna memutus mata rantai perkembangbiakan tikus. “Untuk cara ekstrem dengan setrum tidak dilakukan di tempat kami. Sanggar Rojolele melarang,” kata Eksan.

Kabid Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Klaten, Lilik Nugraharja, mengungkapkan secara total luas sawah yang diserang tikus di wilayah Kabupaten Klaten sekitar 1 persen dari total luas tanam. 

Sentimen: neutral (0%)