Sentimen
Informasi Tambahan
Kab/Kota: Pekalongan, Solo, Yogyakarta
Tokoh Terkait
Kenapa Pekalongan Dijuluki Kota Batik? Ini Sejarah dan Budaya Asalnya
Espos.id
Jenis Media: Jateng

Esposin, PEKALONGAN — Pekalongan, kota pesisir di utara Jawa Tengah, dikenal luas sebagai Kota Batik. Julukan ini bukan sekadar simbol, melainkan cerminan dari sejarah panjang, warisan budaya, dan peran penting batik dalam kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat setempat.
Asal Usul Tradisi Membatik di Pekalongan
Tradisi membatik di Pekalongan berkembang pesat sejak pertengahan abad ke-19. Letaknya yang strategis di jalur perdagangan pesisir Jawa membuat Pekalongan menjadi tempat masuknya pengaruh budaya dari berbagai wilayah, termasuk Solo dan Yogyakarta.
Batik di Pekalongan memiliki karakter berbeda dibanding batik keraton. Jika batik Solo dan Yogyakarta bersifat aristokratik dan sakral, maka batik Pekalongan tumbuh dari masyarakat pesisir yang terbuka, kosmopolitan, dan berjiwa dagang.
Peran Bangsawan dan Pengaruh Kolonial
Menurut buku Batik: Sejarah, Teknik, dan Pengembangannya karya Iwan Tirta, perkembangan batik di Pekalongan dipengaruhi oleh:
- Pengungsian bangsawan dan pengrajin batik dari Keraton Surakarta dan Yogyakarta akibat konflik politik seperti Perang Diponegoro (1825–1830).
- Mereka menetap di wilayah seperti Kauman, Buaran, dan Tirto, lalu mengajarkan teknik membatik kepada warga lokal.
- Kebijakan kolonial Belanda pada masa tanam paksa (Cultuurstelsel) juga membuka peluang perdagangan, menjadikan batik sebagai komoditas penting.
Pengaruh Budaya Multietnis di Pekalongan
Sebagai kota pelabuhan aktif sejak zaman VOC, Pekalongan menjadi tempat bertemunya berbagai etnis: Jawa, Tionghoa, Arab, Belanda, dan Jepang. Pengaruh ini memperkaya desain batik Pekalongan yang dikenal lebih bebas, cerah, dan adaptif terhadap selera pasar.
Beberapa contoh motif khas batik Pekalongan antara lain:
- Motif Jlamprang: Berasal dari pengaruh Timur Tengah dengan pola geometris.
- Motif Encim: Dipengaruhi budaya Tionghoa, menggambarkan bunga, naga, dan burung phoenix.
- Motif Belanda: Menampilkan flora-fauna Eropa seperti mawar dan angsa.
- Motif Hokokai: Muncul saat pendudukan Jepang, dengan nuansa kimono dan bunga sakura.
Dari Produksi Rumah Tangga ke Skala Industri
Memasuki abad ke-20, batik Pekalongan mulai diproduksi dalam skala besar. Pada 1930-an, laporan Koloniaal Verslag Hindia Belanda mencatat lebih dari 300 pengusaha batik aktif di Pekalongan.
Model produksi batik berbasis home industry, melibatkan perempuan dalam proses batik tulis, dan laki-laki dalam batik cap, distribusi, serta pemasaran.
Kampung Batik Kauman: Pusat Warisan Budaya
Salah satu kawasan tertua penghasil batik di Pekalongan adalah Kampung Batik Kauman. Wilayah ini dihuni oleh keturunan santri, saudagar, dan bangsawan yang sejak dulu mengembangkan batik sebagai ekspresi budaya sekaligus sumber ekonomi.
Hingga kini, Kampung Kauman tetap aktif sebagai sentra produksi sekaligus destinasi wisata edukatif, dengan berbagai pelatihan membatik untuk pelajar dan wisatawan.
Pengakuan UNESCO untuk Batik Pekalongan
Pada 2009, batik Indonesia ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda Dunia oleh UNESCO. Pekalongan menjadi salah satu kota yang menyumbang warisan ini lewat pelestarian dan kreativitas dalam dunia batik.
Lima tahun kemudian, UNESCO menetapkan Pekalongan sebagai anggota Creative Cities Network (UCCN) dalam kategori Crafts and Folk Art. Status ini menjadikan Pekalongan sebagai salah satu kota kreatif dunia dalam pelestarian seni tradisional.
Kenapa Pekalongan Dijuluki Kota Batik?
Julukan Kota Batik melekat pada Pekalongan karena sejarah panjang membatik yang dimulai dari perpindahan bangsawan, pengaruh etnis pelabuhan, hingga tumbuhnya industri kreatif. Motif batiknya yang khas dan beragam menjadikan Pekalongan sebagai pusat batik nasional dan internasional yang masih hidup hingga kini
Sentimen: neutral (0%)