Sentimen
Undefined (0%)
31 Jul 2025 : 17.37
Informasi Tambahan

BUMN: Bank Mandiri, BNI, BRI

Kab/Kota: Shanghai

Kasus: pengangguran, zona merah

Tokoh Terkait

IHSG Ditutup Melemah, Dipengaruhi Respons Pasar Atas Sikap The Fed

31 Jul 2025 : 17.37 Views 22

Espos.id Espos.id Jenis Media: Bisnis

IHSG Ditutup Melemah, Dipengaruhi Respons Pasar Atas Sikap The Fed

Espos.id, JAKARTA - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Kamis (31/7/2025) ditutup melemah seiring pelaku pasar merespon kebijakan The Fed yang menahan tingkat suku bunga acuannya. IHSG ditutup melemah 65,55 poin atau 0,87% ke posisi 7.484,34. Sementara kelompok 45 saham unggulan atau indeks LQ45 turun 7,68 poin atau 0,96% ke posisi 790,47.

Dibuka melemah, IHSG betah di teritori negatif sampai penutupan sesi pertama perdagangan saham. Pada sesi kedua, IHSG masih betah di zona merah hingga penutupan perdagangan saham. Berdasarkan Indeks Sektoral IDX-IC, tiga sektor menguat yaitu dipimpin sektor barang konsumen primer yang naik sebesar 0,72%, diikuti oleh dan sektor barang konsumen non primer yang naik 0,53% dan sektor kesehatan yang naik 0,13%.

Sedangkan delapan sektor terkoreksi yaitu sektor infrastruktur turun paling dalam sebesar 2,41%, diikuti oleh sektor transportasi & logistik yang turun 2,36% dan sektor barang baku yang turun 2,33%.

Adapun saham-saham yang mengalami penguatan harga terbesar yaitu BBRC, BUVA, CGAS, KUAS dan COCO. Sedangkan saham-saham yang mengalami pelemahan harga terbesar yakni OASA, OKAS, KBLM, VAST dan PNGO.

Deretan saham dengan nilai transaksi tinggi mencatatkan pelemahan harga pada perdagangan hari ini. Saham bank jumbo misalnya kompak melemah. Harga saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk. (BBRI) turun 1,85%, PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) turun 1,19%, PT Bank Mandiri Tbk. (BMRI) turun 2,38%, dan PT Bank Negara Indonesia Tbk. (BBNI) turun 2,67%.

Deretan saham di sektor lainnya dengan transaksi tinggi juga bergerak lesu. Saham PT Bumi Resources Minerals Tbk. (BRMS) turun 5,29%, PT Solusi Sinergi Digital Tbk. (WIFI) melemah 3,11% dan ANTM turun 4,68%.

Terdapat sejumlah saham dengan kinerja paling jeblok atau top losers, seperti saham PT Maharaksa Biru Energi Tbk. (OASA) turun 15%, PT Ancora Indonesia Resources Tbk. (OKAS) turun 14,69%, dan PT Kabelindo Murni Tbk. (KBLM) turun 14,59%. Terdapat pula deretan saham yang mencatatkan kinerja harga paling kinclong atau top gainers yaitu saham PT Raja Roti Cemerlang Tbk. (BRRC) naik 34,48%, PT Bukit Uluwatu Villa Tbk. (BUVA) naik 34,02%, dan PT Citra Nusantara Gemilang Tbk. (CGAS) naik 34,02%.

Frekuensi perdagangan saham tercatat sebanyak 2.004.162 kali transaksi dengan jumlah saham yang diperdagangkan sebanyak 41,63 miliar lembar saham senilai Rp18,27 triliun. Sebanyak 228 saham naik, 412 saham menurun, dan 164 tidak bergerak nilainya.

Pantauan bursa saham regional Asia sore ini menunjukkan antara lain indeks Nikkei menguat 407,80 poin atau 1,00% ke 41.062,50, indeks Shanghai melemah 42,51 poin atau 1,18% ke 3.573,21, indeks indeks Hang Seng melemah 403,60 poin atau 1,60% ke 24.773,22, dan indeks Strait Times melemah 36,24 poin atau 0,86% ke 4.183,42.

"Bursa regional Asia bergerak melemah, seiring pelaku pasar merespon The Fed yang kembali menahan tingkat suku bunga untuk tidak berubah di level 4,25-4,5 persen," sebut tim riset Pilarmas Investindo Sekuritas dalam kajiannya. Ketua Dewan Gubernur The Fed Jerome Powell mengatakan level suku bunga acuan saat ini sudah tepat untuk mengelola ketidakpastian yang berkelanjutan seputar tarif dan inflasi di AS.

Pelaku pasar juga mempertimbangkan data AS yang lebih kuat dari perkiraan, dengan pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) dan lapangan kerja swasta yang melampaui perkiraan. Perhatian pelaku pasar kini tertuju pada data inflasi Price Consumer Index (PCI) dan klaim pengangguran yang akan dirilis pada Kamis (31/07), diikuti oleh laporan ketenagakerjaan Juli 2025 pada Jumat (1/8/2025).

Dari kawasan Asia, Bank Of Japan (BoJ) mempertahankan suku bunga acuan jangka pendeknya di level 0,5%, seiring keinginan melanjutkan normalisasi kebijakan moneter secara bertahap.

Pelaku pasar juga merespon rilis data ekonomi China, National Bureau Statistic (NBS) China menyampaikan PMI Manufaktur turun menjadi 49,3 pada Juli 2025 dari level tertinggi tiga bulan pada Juni 2025 yang sebesar 49,7, atau jauh di bawah ekspektasi dan menandai kontraksi aktivitas pabrik selama empat bulan berturut-turut.

PMI Non-Manufaktur NBS resmi China turun ke level 50,1 pada Juli 2025 dari level 50,5 pada bulan sebelumnya, atau menandai angka terendah sejak November 2024 dan lebih rendah dari konsensus pasar yang sebesar 50,3. Data terbaru mencerminkan tanda-tanda melemahnya momentum pertumbuhan dan meningkatnya ketidakpastian perdagangan di tengah tarif AS yang tinggi.

Dari dalam negeri, rebalancing indeks LQ45 yang efektif awal Agustus 2025, berpotensi menciptakan likuiditas yang lebih baik, namun rebalancing tersebut tentunya membuat pelaku pasar akan melakukan rotasi, sehingga perubahan konstitusi dapat membuat IHSG bergerak fluktuatif.

 

Sentimen: neutral (0%)