Kuartal II 2025, Kinerja Perekonomian Indonesia Bertahan Stabil
Espos.id
Jenis Media: Ekonomi

Espos.id, JAKARTA - Kinerja perekonomian Indonesia tetap bertahan stabil pada kuartal II-2025 meski berada di tengah gejolak global.
“Dari hasil pertemuan berkala Komite Stabilitas Sistem Keuangan [KSSK] yang ketiga tahun 2025, stabilitas sistem keuangan triwulan II tahun 2025 tetap terjaga di tengah ketidakpastian global yang masih tinggi,” kata Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dalam konferensi pers seusai pertemuan KSSK di Jakarta, Senin (28/7/2025).
Dia menjelaskan ketidakpastian perekonomian global pada triwulan II tetap tinggi akibat kebijakan tarif resiprokal Amerika Serikat (AS) dan ketegangan geopolitik di Timur Tengah. Kedua gejolak itu menyebabkan perekonomian global diperkirakan melambat, termasuk pemain ekonomi utama AS, Eropa dan Jepang.
China pun diperkirakan mengalami perlambatan pada triwulan II sebesar 5,2% secara tahunan, lebih rendah dibandingkan kuartal I yang tercatat sebesar 5,4%. Penurunan itu disebabkan oleh menurunnya ekspor China ke AS.
Dari sisi aliran modal, terjadi pergeseran dari AS ke aset yang dianggap aman, terutama aset keuangan di Eropa dan Jepang serta komoditas emas. Pergeseran modal ke negara berkembang juga berdampak pada pelemahan dolar AS terhadap mata uang global.
Dengan perkembangan itu, Bank Dunia merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi global yang turun dari 3,2% menjadi 2,9%. Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD) pun menurunkan prediksi dari 3,1% menjadi 2,9%.
Meski begitu, KSSK optimistis pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan II tetap terjaga, seiring dengan konsumsi dan daya beli masyarakat yang masih positif. Aktivitas dunia usaha juga disebut tetap tangguh berkat dukungan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang berfungsi sebagai countercyclical maupun dalam memperbaiki distribusi dan efektivitas pasar.
Selain itu, pemerintah juga telah menyediakan bantalan berupa bantuan sosial (bansos) untuk masyarakat rentan serta sektor yang dianggap rentan.
“Kami dari KSSK akan terus memperkuat koordinasi dan sinergi agar kebijakan antarlembaga dapat terus memastikan terjaganya stabilitas sistem keuangan, namun juga sekaligus mendorong pertumbuhan ekonomi,” ujar Sri Mulyani.
Dia juga menyebut kesepakatan tarif dagang antara Indonesia dengan Amerika Serikat (AS) mendorong kinerja sejumlah sektor di dalam negeri. Sri Mulyani menyebut keberhasilan pemerintah atas negosiasi penurunan tarif resiprokal AS untuk Indonesia dari 32% menjadi 19% diperkirakan mendorong kinerja sektor padat karya, seperti tekstil, alas kaki dan furnitur.
“Di sisi lain, impor dengan tarif 0% atas produk AS diperkirakan mendorong harga produk migas [minyak dan gas] dan pangan Indonesia menjadi lebih rendah,” ujar Sri Mulyani.
Sentimen: neutral (0%)