Green Impact Festival: Erick Thohir Ajak Anak Muda Jadi Agen Perubahan Indonesia
Espos.id
Jenis Media: News

Esposin, JAKARTA -- Menteri BUMN Erick Thohir mengajak anak muda turut menjadi pemain dalam membangun Indonesia yang lebih hijau, bersih, dan digital. Perubahan besar hanya bisa terjadi kalau generasi muda mau bergerak dan berkolaborasi.
Erick menyampaikan hal itu di hadapan ratusan peserta Green Impact Festival di Djakarta Theater, Jakarta, Kamis (24/7/2025). Acara ini merupakan kolaborasi Rakyat Merdeka dengan Society of Renewable Energy (SRE). Hadir dalam acara CEO Rakyat Merdeka Group Kiki Iswara dan founder SRE Zagy Yakana Berian.
Dalam pidatonya, Erick bicara blak-blakan soal tantangan masa depan. Mulai dari polusi, energi, hingga digitalisasi yang tak ramah konten lokal. Ketua Umum PSSI itu mengawali paparannya dengan isu sampah. Menurut dia, isu sampah ini luar biasa. Bukan cuma bikin lingkungan kotor, tapi juga bikin pemerintah keluar duit lebih banyak buat biaya kesehatan. "Belum lagi polusi udara, energi kotor, dan ketergantungan impor BBM. Semua ini harus kita ubah,” kata Erick, dilansir rm.id.
Dia mencontohkan langkah kecil yang sudah dilakukan di Kementerian BUMN. Misalnya melarang botol plastik sekali pakai, menerapkan sistem dokumen paperless, hingga memasang sensor otomatis untuk lampu di kantor. “Hasilnya? Konsumsi listrik kantor kami turun 18 persen,” ucap Erick, disambut tepuk tangan.
Tak cuma urusan dalam negeri, Erick juga menyinggung proyek energi besar yang digarap BUMN. Salah satunya adalah pembangunan floating solar panel di Danau Cirata, proyek tenaga surya terapung terbesar di Asia Tenggara.
“Masalah solar panel itu tanah. Padahal, 70 persen wilayah Indonesia itu air. Maka kami ubah kebijakannya. Sekarang sampai 20 persen luas danau boleh dipakai buat panel surya. Bayangkan kalau diterapkan di seluruh danau di Indonesia. Bisa nyalain listrik hijau untuk ratusan ribu rumah,” beber Erick.
Di sektor pangan, Erick menyebut pihaknya sudah mulai trial untuk mengolah tebu menjadi bioetanol di Banyuwangi. Di sisi pertanian, BUMN mulai migrasi ke teknologi benih yang bisa mengurangi penggunaan pestisida.
Digitalisasi juga tak luput dari sorotan. Erick mengungkapkan, Indonesia jadi pasar digital besar dunia: pengguna TikTok nomor satu dunia, Facebook nomor tiga, Instagram nomor empat.
“Masa kita mau jadi market terus? Ayo dong, kita buat kebijakan supaya platform digital ramah sama konten lokal. Bukan anti asing, tapi harus fair play,” ujar Erick.
Ia juga menyinggung perlunya movement dari masyarakat. Katanya, kebijakan dan investasi sehebat apa pun akan sia-sia kalau tidak didukung perubahan perilaku.
Erick lantas mencontohkan Jepang. Dulu orang Jepang ogah minum kopi. Tapi produsen kopi masuk lewat permen kopi untuk anak-anak. Lama-lama jadi budaya. Sekarang Jepang salah satu pasar kopi terbesar dunia.
“Artinya apa? Sekuat apa pun investasi, kalau masyarakat nggak berubah, ya percuma,” ujarnya.
Erick mengaku kagum pada gerakan anak muda seperti Pandawara. Dulu diremehkan, kini diakui sebagai penggerak bersih-bersih lingkungan yang punya dampak nyata.
“Di sepak bola pun kita ikut. Ada gerakan ‘pergi bersih, pulang bersih’. Jangan sampai stadion kita jadi sorotan karena kotor. Kita tunjukkan, Indonesia bangsa yang bersih,” katanya.
Menutup pidatonya, Erick berpesan agar generasi muda tidak hanya ikut arus, tapi mengambil peran sebagai agen perubahan.
“Kalau kita tidak saling menyalahkan tapi saling mendukung, maka semua program akan jadi gerakan yang unstoppable. Visi itu bukan cuma mimpi, tapi harus diimplementasikan,” tegas Erick.
Ia mengakui, kebijakan dari para senior seperti dirinya tak akan berarti tanpa dukungan anak muda. “Banyak juga kebijakan kami yang salah. Kalian yang harus berani mengoreksi. Karena ini semua untuk perbaikan bangsa kita,” tutupnya.
Sentimen: neutral (0%)