Sentimen
Informasi Tambahan
Agama: Kristen
Club Olahraga: Barcelona
Kab/Kota: Salatiga
Kasus: kebakaran, kecelakaan
Tokoh Terkait
Tangis Haru di Wisuda UKSW, Orang Tua Mahasiswa Ternyata Korban KM Barcelona V
Espos.id
Jenis Media: Jateng

Esposin, SALATIGA -- Tangis haru mengiringi prosesi wisuda Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) Salatiga, Jawa Tengah, pada Kamis (24/7/2025). Di tengah sambutan resmi, cerita pilu dari salah satu wisudawan membuat suasana mendadak emosional.
Adalah Shintia Pricilla Tundunaung, mahasiswi Fakultas Teologi UKSW, yang kisahnya menyentuh hati seluruh tamu yang hadir. Kedua orang tuanya, Jemi Tundunaung dan istri, ternyata merupakan korban selamat dari tragedi terbakarnya Kapal Motor (KM) Barcelona V di perairan Pulau Talise, Kabupaten Minahasa Utara, Sulawesi Utara.
Rektor UKSW Prof. Intiyas Utami menyampaikan apresiasi luar biasa kepada keluarga Shintia dalam pidatonya.
“Bapak ibu Jemi berjuang luar biasa untuk hadir dalam wisuda hari ini, beliau berdua melakukan perjalanan dari Talaud, menggunakan kapal motor Barcelona V yang mengalami kecelakaan dan terbakar di perairan Pulau Talise,” kata Prof. Intiyas.
Cerita itu sontak memecah suasana. Isak tangis dan tepuk tangan menghiasi Balairung Universitas, tempat digelarnya acara wisuda tersebut.
Menurut keterangan, awalnya Jemi dan istrinya berencana datang bersama seorang anggota keluarga lain, yakni bibi Shintia. Namun nahas, sang bibi mengalami luka-luka saat kejadian kebakaran dan harus dirawat di rumah sakit, sehingga tak bisa melanjutkan perjalanan ke Salatiga.
Meski sempat mengapung di laut hanya dengan jaket pelampung, Jemi dan istrinya akhirnya berhasil selamat dan tetap melanjutkan perjalanan demi menghadiri momen penting anak mereka.
“Mereka harus berjuang dengan mengapung di laut menggunakan baju pelampung. Dan puji Tuhan ketiganya selamat,” jelas Rektor Intiyas.
Tak hanya memberikan panggilan khusus dalam pidato, pihak rektorat dan pimpinan UKSW juga menyampaikan dukungan dan penguatan secara langsung kepada Shintia dan orang tuanya di atas panggung. Momen itu disambut dengan gemuruh tepuk tangan dan air mata haru.
Usai acara, Shintia mengaku masih diliputi rasa syukur dan haru. Ia sempat cemas saat mengetahui kapal yang ditumpangi orang tuanya tertunda keberangkatannya karena cuaca buruk.
“Saya agak lega karena kapal bisa berangkat pada pukul 24.00 WIB. Tapi pada esoknya hari, saya mendapatkan informasi kapal yang ditumpangi mama sama papa itu mengalami kebakaran. Di situ saya sudah mulai syok,” terang Shintia.
Kini, setelah semua badai terlewati, Shintia bisa merayakan hari kelulusannya bersama orang-orang tercinta. Sebuah kisah perjuangan, harapan, dan keajaiban yang tak hanya menyentuh hati—tapi juga menjadi inspirasi bagi banyak orang.
Sentimen: neutral (0%)