Sentimen
Undefined (0%)
24 Jul 2025 : 19.39
Informasi Tambahan

BUMN: PLN

Kab/Kota: Tiongkok

Tokoh Terkait

Zulhas Ajak Anak Muda Turun Tangan Garap Sektor Pangan dan Energi Terbarukan

24 Jul 2025 : 19.39 Views 28

Espos.id Espos.id Jenis Media: News

Zulhas Ajak Anak Muda Turun Tangan Garap Sektor Pangan dan Energi Terbarukan

Esposin, JAKARTA -- Menteri Koordinator Bidang Pangan Zulkifli Hasan menyoroti pentingnya peran generasi muda dalam mewujudkan ketahanan pangan. Ia pun mengajak generasi muda untuk turun tangan langsung menggarap sektor pangan dan energi terbarukan. 

Dua sektor ini, menurut dia, bukan hanya strategis untuk masa depan bangsa, tapi juga penuh peluang ekonomi asalkan dikelola dengan inovasi dan teknologi. 

Hal itu disampaikan Zulhas, sapaan Zulkifli, saat menjadi keynote speaker di panggung Green Impact Festival 2025 yang digelar Rakyat Merdeka bersama Society of Renewable Energy di Djakarta Theater, Jakarta, Kamis (24/7/2025). Hadir pula dalam acara itu, CEO Rakyat Merdeka Kiki Iswara dan founder SRE Zagy Yakana Berian. 

Dalam pidatonya, Zulhas mengatakan masa depan Indonesia ada di tangan generasi muda. 

"Yang muda harus jadi motor perubahan. Yang tua-tua ini sudah ruwet,” ujar Zulhas, setengah bercanda, disambut tawa hadirin.

Zulhas menegaskan, ketahanan pangan adalah bagian tak terpisahkan dari kedaulatan negara. Ia mengingatkan bagaimana krisis pangan saat perang membuat Indonesia kesulitan membeli beras, meski punya uang.

“Pangan bukan soal dapur ngebul, tapi soal kedaulatan. Tak ada negara maju tanpa swasembada pangan,” tegasnya.

Zulhas lalu menyoroti ketertinggalan produktivitas pertanian Indonesia dibanding negara lain. Ia menyebut Tiongkok bisa panen 10 ton padi per hektare, sementara Indonesia baru 5 ton. Begitu juga dengan komoditas lain seperti lengkuas dan tebu yang jauh lebih efisien di Brazil berkat teknologi.

“Kita tanam tebu, ongkosnya 80 sen per kilo gula. Brazil cuma 15 sen. Bedanya? Teknologi. Bibit mereka bisa panen 10 tahun, kita 2 tahun saja sudah harus ganti, itu pun kadang 20 tahun nggak diganti,” ungkapnya.

Zulhas menyebut teknologi pertanian bukan beban, tapi investasi. Ia menceritakan adopsi combine harvester di beberapa daerah yang mampu memangkas waktu tanam dari 24 hari jadi hanya 1 hari untuk lahan yang jauh lebih luas.

Dalam pidatonya, Zulhas juga menyoroti pentingnya peran koperasi. Ia menyampaikan bahwa pemerintah telah meluncurkan Koperasi Kelurahan Merah Putih (Kopdes Merah Putih) yang bukan sekadar koperasi simpan pinjam, tapi juga sebagai motor penggerak inovasi pangan desa.

“Koperasi bisa jadi pengolah, distributor, bahkan pusat energi baru terbarukan di desa. Kita bentuk satgas, ada political will dari pemerintah dan BUMN,” ujarnya.

Ia menyebut, pemerintah menargetkan membangun 80.000 Kopdes di seluruh Indonesia yang nantinya akan dilengkapi dengan fasilitas energi surya mandiri seluas 1–1,5 hektare per desa.

“Dengan sistem energi berbasis desa, kita tidak perlu lagi jaringan transmisi panjang seperti PLN. Empat tahun investasi, tahun kelima kita bisa bebas subsidi,” jelas Zulhas.

Di akhir pidatonya, Zulhas menantang anak muda untuk ikut dalam transformasi ini. Dari urban farming, agritech, hingga riset pangan dan pengelolaan limbah.

“Jangan anggap pertanian itu miskin. Pemilik kebun sawit, tebu, coklat, kelapa. Semuanya kaya raya dan berkelanjutan. Ini bukan dunia orang tua. Ini ladang peluang buat kalian,” tutupnya.

Sentimen: neutral (0%)