Sentimen
Undefined (0%)
22 Jul 2025 : 21.20
Informasi Tambahan

Hewan: Kambing

Kab/Kota: Semarang

Tokoh Terkait

Sedekah Laut Mangunharjo: Tradisi Nelayan Lawan Dampak Perubahan Iklim

22 Jul 2025 : 21.20 Views 26

Espos.id Espos.id Jenis Media: Jateng

Sedekah Laut Mangunharjo: Tradisi Nelayan Lawan Dampak Perubahan Iklim

Esposin, SEMARANG -- Di tengah hantaman abrasi dan cuaca ekstrem, nelayan Mangunharjo di Kecamatan Tugu, Kota Semarang, tetap setia melarung doa ke laut. Bagi mereka, sedekah laut bukan sekadar tradisi tahunan, melainkan napas harapan yang tak pernah padam, cara untuk bersyukur, sekaligus bertahan di tengah laut yang kian tak bersahabat.

Setiap tahun, warga pesisir Mangunharjo berkumpul dalam prosesi pelarungan sesaji ke tengah laut. Pada Selasa (22/7/2025), langit cerah menaungi iring-iringan warga yang membawa tumpeng, bunga, dan kepala kambing menuju sebuah perahu kecil yang akan dilarung. Doa-doa dilantunkan dalam suasana sakral, berpadu dengan suara ombak dan semilir angin laut.

“Ini bukan cuma ritual, tapi cara kami menyambung hidup,” ujar Suhudi, 54, seorang nelayan yang telah melaut sejak remaja.

Bagi Suhudi, sedekah laut adalah bentuk komunikasi spiritual antara manusia dan alam. Tradisi ini menjadi pengingat bahwa laut adalah ruang hidup yang tak boleh dilupakan atau dieksploitasi tanpa batas.

Namun, kondisi laut kini tak lagi seperti dulu. Perubahan iklim, abrasi, dan cuaca ekstrem telah mengubah pola melaut dan menurunkan hasil tangkapan nelayan. Suhudi bahkan menyebut penurunan hasil tangkapan bisa mencapai 25 persen dibanding tahun-tahun sebelumnya.

“Kita ini hidup dari laut, tapi lautnya makin berubah. Kalau enggak kuat-kuat iman dan sabar, mungkin banyak yang sudah menyerah,” tuturnya.

Setelah perahu sesaji menghilang di cakrawala, para nelayan menyiram air laut ke perahu masing-masing sebagai simbol pembersihan dan perlindungan. Mereka kemudian mengelilingi titik larungan sebelum kembali melaut, meski tak ada yang tahu apa yang bisa mereka bawa pulang.

Wakil Wali Kota Semarang, Iswar Aminuddin, turut hadir dan memberikan apresiasi terhadap keteguhan warga pesisir menjaga tradisi dan harmoni dengan alam.

“Ini bukan hanya warisan budaya, tapi juga bentuk solidaritas dan kesadaran ekologis. Kita belajar dari mereka soal bagaimana manusia bisa hidup berdampingan dengan alam,” katanya.

Ia menambahkan bahwa Pemkot Semarang tengah mengkaji strategi untuk menjadikan Mangunharjo sebagai kelurahan nelayan berdaya budaya, sekaligus memperkuat ketahanan ekonomi dan ekologi pesisir.

“Mangunharjo ini bisa kita branding sebagai kelurahan nelayan yang khas, dengan segala aktivitas budayanya. Ini akan jadi kekuatan kalau bisa disatukan, disokong bersama,” tegas Iswar.

Bagi masyarakat pesisir Mangunharjo, sedekah laut bukan sekadar rutinitas tahunan. Ia adalah perlawanan simbolik terhadap ketidakpastian zaman, ruang spiritual untuk memaknai kehidupan, dan warisan nilai-nilai lokal yang masih bertahan di tengah badai perubahan iklim global.

Sentimen: neutral (0%)