200 Tahun Perang Jawa, Perpusnas Promosikan Koleksi tentang Pangeran Diponegoro
Espos.id
Jenis Media: News

Esposin, JAKARTA -- Perpustakaan Nasional Republik Indonesia atau Perpusnas mengangkat dan mempromosikan koleksi terkait Pangeran Diponegoro dalam serangkaian program bertajuk Martabat yang digelar untuk memperingati dua abad meletusnya Perang Jawa (1825-1830).
Sekretaris Utama Perpusnas, Joko Santoso, menegaskan Perpusnas memandang penting momentum 200 tahun Perang Jawa sebagai upaya membangun ingatan kolektif bangsa.
"Kami ingin mengingatkan kembali bahwa pernah ada perjuangan besar melawan penjajahan yang dipimpin Pangeran Diponegoro. Melalui Rangkaian ini, kami mengajak generasi muda mengenal dan mengapresiasi pemikiran, sikap, dan nilai-nilai suri teladan beliau," ujarnya kepada awak media di Jakarta, Jumat (18/7/2025), seperti dikutip Espos dari laman perpusnas.go.id.
Joko Santoso menambahkan lewat acara itu Perpusnas juga ingin menyebarluaskan nilai-nilai penting nasionalisme dan sikap kerelawanan kepada masyarakat luas. "Salah satu upayanya adalah dengan mempromosikan koleksi-koleksi terkait Perang Jawa dan Pangeran Diponegoro yang telah diakui oleh UNESCO sebagai Memory of the World [MoW]," imbuhnya.
Joko melanjutkan dalam pameran yang digelar Perpusnas akan menampilkan Koleksi dari Museum Nasional, Keraton Yogyakarta, serta koleksi dari Belanda. Beberapa koleksi yang akan dipamerkan, di antaranya replika pelana kuda, dan keris.
Dalam pameran yang berlangsung pada 20 Juli-20 Agustus 2025 itu juga ditampilkan babak-babak penting seperti Mustahar (masa kecil sang pangeran), Perang Sabil, Muslihat, hingga Lentera Bangsa. "Pameran ini juga dihadirkan dalam versi digital melalui platform Google Arts & Culture, memungkinkan akses global terhadap warisan sejarah bangsa," lanjutnya.
Kegiatan lainnya ada peluncuran buku Babad Diponegoro dan Sketsa Perang Jawa. Selain buku, lanjutnya, Perpusnas juga akan meluncurkan 25 judul komik bertema Babad Diponegoro. "Komik ini agar masyarakat terutama anak-anak dapat membaca dan mengetahui nilai-nilai penting dalam Babad Diponegoro," jelasnya.
Merenungi Nilai-nilai Perjuangan Diponegoro
Sementara itu, Plt Deputi Bidang Pengembangan Bahan Pustaka dan Jasa Informasi, Ofy Sofiana, menyampaikan acara puncak akan digelar pada Minggu, 20 Juli 2025. "Kami juga menyelenggarakan lomba dan pertunjukan teater sebagai rangkaian kegiatan. Kami mengajak seluruh masyarakat hadir, merenungi kembali nilai-nilai perjuangan Diponegoro,” ujarnya.
Sementara itu, Kepala Perpustakaan Nasional (Perpusnas) E Aminudin Aziz menyampaikan peringatan 200 tahun Perang Jawa yang mengenang perjuangan Pangeran Diponegoro sebagai pahlawan bangsa mencerminkan martabat Tanah Air.
Aminudin mengemukakan ketika pertama bertemu sejarawan sekaligus penulis berkebangsaan Inggris, Peter Carey, yang salah satu karyanya fokus pada Babad Diponegoro, salah satu esensi perang Jawa adalah semangat Diponegoro agar Indonesia mendapatkan penghormatan dari negara lain.
"Peter menyatakan dari sudut pandang Pangeran Diponegoro, esensi perang itu dapat dirangkum dalam satu kalimat pendek 'I want respect!' [Saya ingin dihormati]," katanya di Jakarta seperti dilansir Antara, Minggu (20/7/2025).
Aminudin mengemukakan kalimat tersebut dapat menggugah kesadaran masyarakat yang berkelindan dengan semangat transformasi Perpusnas. "Sejak awal tahun 2025 ini, saya kibarkan sebuah visi baru, visi perubahan yang diharapkan menjadi doktrin baru perjuangan pengabdian insan-insan perpustakaan. Visi itu adalah Perpustakaan Hadir Demi Martabat Bangsa," ujar dia.
Ia menegaskan kobaran semangat dan cita-cita Sang Pangeran untuk meraih keluhuran martabat bangsa adalah roh yang senantiasa hidup dalam raga bangsa Indonesia, bahkan jauh sebelumnya dan akan terus abadi menyala.
Warisan Dokumenter Nusantara
"Kita semua yakin dan percaya bahwa derajat kemartabatan dan harga diri bangsa sangat ditentukan oleh keluasan dan kekuatan penguasaan ilmu pengetahuan, yang secara hakikat mencerminkan tingkat kecakapan literasi warga bangsa itu," paparnya.
Terkait dengan kemajuan literasi bangsa, menurutnya, peringatan 200 tahun perjuangan Diponegoro termasuk salah satu program Perpusnas dalam kerangka besar pemajuan naskah Nusantara sebagai ingatan kolektif bangsa.
Di tengah kebijakan efisiensi, ia menegaskan Perpusnas tetap berkomitmen untuk menyajikan hal terbaik yang menjadi hak warga masyarakat untuk mengetahuinya, utamanya melalui gerakan pengarusutamaan warisan dokumenter Nusantara.
"Salah satu upaya pengarus-utamaan itu dilakukan melalui penerbitan buku bacaan anak dalam bentuk buku cerita bergambar dan komik berbasis kisah Babad Diponegoro. Insyaallah buku anak ini akan bisa dinikmati masyarakat luas pada tahun ini juga," tuturnya.
Terpisah, Menteri Kebudayaan Fadli Zon mengemukakan ke depan kisah-kisah dalam Babad Diponegoro akan ditayangkan dalam bentuk film sebagai salah satu ekspresi budaya.
"Saya kira kita akan mengarah ke sana. Kita berharap cerita-cerita sejarah dan juga tokoh-tokoh pahlawan diangkat di dalam film karena film adalah platform ekspresi budaya yang paling lengkap mulai dari seni peran, tari, musik ada di situ. Sastra juga ada di situ, bahkan sampai busana, hingga kuliner bisa masuk di situ," ucap Fadli seperti dilansir Antara.
Ia mengemukakan cuplikan kisah dari Babad Diponegoro akan dibuat secara lebih aktual dengan memanfaatkan kemajuan teknologi dengan menggaet produser-produser ternama dari Indonesia.
Sentimen: neutral (0%)