Sentimen
Undefined (0%)
15 Jul 2025 : 20.22
Informasi Tambahan

Institusi: Universitas Diponegoro

Kab/Kota: Banjarnegara, Demak, Pekalongan, Purworejo, Rembang, Semarang

Jawa Tengah Hijau: Teknologi Ramah Lingkungan Atasi Bencana dan Dukung Ekosistem

15 Jul 2025 : 20.22 Views 29

Espos.id Espos.id Jenis Media: Jateng

Jawa Tengah Hijau: Teknologi Ramah Lingkungan Atasi Bencana dan Dukung Ekosistem

Esposin, SEMARANG -- Di tengah meningkatnya ancaman rob, abrasi, dan kekeringan akibat krisis iklim, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah (Pemprov Jateng) mengambil langkah progresif. Tak hanya dengan solusi konvensional, tetapi lewat sentuhan inovasi: teknologi ramah lingkungan, energi terbarukan, dan kolaborasi lintas sektor menjadi kunci menuju “Jawa Tengah Hijau”. Dari pesisir utara hingga perbukitan selatan, berbagai proyek berbasis keberlanjutan kini digerakkan untuk melindungi lingkungan sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Mangrove dan Teknologi Anyaman Beton Tanggulangi Abrasi

Salah satu upaya nyata adalah program Mageri Segoro, yakni rehabilitasi pesisir dengan penanaman mangrove. Lebih dari sekadar menanam, Pemprov Jateng menerapkan teknologi tepat guna seperti apo (anyaman bis beton) dan barikade bambu untuk menahan gelombang dan mempercepat pertumbuhan mangrove.

“Sedimen bisa tertahan dan menciptakan kondisi mendukung tumbuhnya bibit mangrove. Ini penting, terutama di kawasan rusak parah akibat abrasi,” jelas Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) Jateng, Widi Hartanto, kepada Espos, Selasa (15/7/2025).

Program ini juga dirancang inklusif, melibatkan petani hutan, pegiat lingkungan, NGO seperti Wetlands dan OISCA, hingga perusahaan swasta. Bahkan, masyarakat sekitar mendapat bantuan alat ekonomi produktif, seperti pengolah kopi mangrove dan tambak silvofishery yang mengintegrasikan budidaya ikan dengan pelestarian mangrove.

Desalinasi Gratis: Air Bersih dari Air Payau

Di Pekalongan, Demak, dan Rembang, Pemprov Jateng bersama Universitas Diponegoro (Undip) mengembangkan teknologi desalinasi air payau menjadi air tawar layak minum. Mesin desalinasi yang telah beroperasi di Rusunawa Slamaran, Pekalongan, mampu memproduksi hingga 6.000 liter air bersih per hari, yang diberikan gratis kepada warga.

“Ini sangat membantu mengurangi beban pengeluaran keluarga, terutama di daerah rawan kekeringan,” terang Asisten Ekonomi dan Pembangunan Setda Jateng, Sujarwanto Dwiatmoko.

Teknologi ini menjadi bukti bagaimana inovasi lokal bisa menjawab tantangan global, menyediakan air bersih di tengah ancaman kekeringan dan intrusi air laut.

PLTS Terapung: Menangkap Sinar, Membangun Masa Depan

Dua Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) terapung tengah dibangun di Waduk Kedungombo dan Waduk Gajahmungkur. Masing-masing ditargetkan menghasilkan daya hingga 100 Mega Watt. Proyek ini menjadi bagian dari Proyek Strategis Nasional dan simbol transisi menuju energi hijau.

“Ketika saya bertemu Dubes Uni Eropa, yang mereka tanya adalah ketersediaan green power. Ini jawaban konkret kita,” ujar Gubernur Jateng, Ahmad Luthfi.

Selain memperkuat ketahanan energi, proyek ini juga membuka lapangan kerja dan menarik minat investor asing di sektor ramah lingkungan dan pariwisata.

Vetiver: Rumput Ajaib Perkuat Tanggul dan Cegah Longsor

Tak hanya di pesisir, Pemprov Jateng juga fokus memperkuat wilayah daratan rawan longsor, seperti Purworejo dan Banjarnegara. Caranya melalui pendekatan vegetatif menggunakan rumput vetiver, tanaman dengan akar panjang yang mampu menahan struktur tanah di tanggul sungai.

“Penguatan tanggul lewat vetiver sangat efektif dan ramah lingkungan,” tambah Sujarwanto.

Kolaborasi Akademisi dan Startup: Kunci Inovasi Berkelanjutan

Keberhasilan berbagai program ini tak lepas dari kolaborasi aktif antara Pemprov, perguruan tinggi seperti Universitas Diponegoro (Undip), komunitas lokal, dan startup teknologi hijau. Pendekatan ini mendorong keterlibatan generasi muda dalam ekosistem inovasi lingkungan.

Menurut Kepala ESDM Jateng, Agus Sugiharto, meski pemanfaatan energi baru terbarukan (EBT) untuk kebencanaan masih terbatas, namun arah pengembangannya kini diarahkan untuk memperkuat ketahanan pangan dan ekonomi masyarakat. PLTS skala kecil bahkan mulai digunakan untuk mendukung UMKM dan program eco-pesantren.

Namun di balik keberhasilan ini, tantangan besar masih mengintai. Pembukaan lahan ilegal dan eksploitasi sumber daya masih terjadi. “Perlu pemahaman kolektif. Kita harus menjaga kebersamaan untuk keberlangsungan alam,” tegas Sujarwanto. 

Sentimen: neutral (0%)