Sentimen
Undefined (0%)
14 Jul 2025 : 17.55
Informasi Tambahan

Grup Musik: APRIL

Kab/Kota: Beijing, Washington

Tokoh Terkait

Perdagangan China Catat Rekor Surplus Meski Diancam Bea Masuk Tinggi dari AS

14 Jul 2025 : 17.55 Views 22

Espos.id Espos.id Jenis Media: Dunia

Perdagangan China Catat Rekor Surplus Meski Diancam Bea Masuk Tinggi dari AS

Espos.id, JAKARTA — China mencatat surplus perdagangan tertinggi sepanjang sejarah sebesar US$586 miliar pada paruh pertama 2025. Rekor ini dicapai meski ada pengenaan bea masuk tinggi dari Amerika Serikat. Diversifikasi pasar ekspor menjadi kunci dari pencapaian ini. 

Berdasarkan data Administrasi Umum Kepabeanan China yang dirilis Senin (14/7/2025), nilai ekspor Negeri Tirai Bambu pada Juni naik 5,8% secara tahunan menjadi US$325 miliar. Angka tersebut melampaui estimasi median dalam survei analis Bloomberg. Sementara itu, impor tumbuh 1,1% dan menjadi peningkatan pertama sejak Februari lalu.

Meski demikian, surplus dagang ini diraih saat pengiriman ke Amerika Serikat turun 16,1% dibandingkan Juni tahun lalu, meskipun angka tersebut membaik dari penurunan lebih dari 34% pada Mei. Perusahaan China berhasil mengalihkan ekspor ke pasar lain, dengan pengiriman ke seluruh negara anggota ASEAN melonjak 17% secara tahunan.

Kepala Administrasi Kepabeanan Wang Lingjun dalam konferensi pers mengatakan, perdagangan luar negeri China tetap tangguh dan mencatat kemajuan sepanjang paruh pertama 2025. “Namun, kita juga harus mencermati meningkatnya unilateralisme dan proteksionisme global yang membuat lingkungan eksternal semakin kompleks dan penuh ketidakpastian," jelasnya seperti dikutip bisnis.com dari Bloomberg.

Diversifikasi pasar ekspor turut menopang aktivitas pabrik China, memberikan bantalan terhadap perlambatan permintaan domestik di tengah tekanan global yang belum mereda. Namun, keberlanjutan tren positif ini masih menjadi tanda tanya, terutama karena pemerintahan Presiden Donald Trump terus menekan praktik transshipment barang menuju AS melalui negara ketiga.

 Pekan lalu, AS mengumumkan serangkaian bea masuk baru yang akan mulai berlaku pada 1 Agustus. Termasuk di dalamnya adalah bea masuk 50% terhadap impor tembaga dan rencana pengenaan tarif sektoral lainnya. Meski tarif AS terhadap produk China kini telah dipangkas menjadi sekitar 55%—dari puncaknya 145% pada April—Beijing tetap menghadapi risiko besar dari strategi dagang baru Washington.

Sebagai contoh, kesepakatan dagang baru AS-Vietnam mencakup tarif 20% atas ekspor Vietnam dan tarif lebih tinggi sebesar 40% atas barang yang dianggap sebagai hasil transshipment—praktik yang selama ini kerap digunakan eksportir China untuk menghindari bea masuk AS. Langkah tersebut berpotensi menekan permintaan terhadap produk China baik yang diekspor langsung ke AS maupun yang menjadi bagian dari rantai pasok lintas negara.

Menteri Keuangan AS Scott Bessent menyatakan bahwa dirinya dijadwalkan bertemu dengan mitranya dari China dalam beberapa pekan ke depan untuk melanjutkan pembahasan kebijakan perdagangan. Zhiwei Zhang, Kepala Ekonom Pinpoint Asset Management menuturkan, sinyal front-loading ekspor ke AS tampaknya belum sepenuhnya berakhir . “Kinerja ekspor yang kuat ini turut mengimbangi lemahnya permintaan domestik dan kemungkinan menjaga pertumbuhan PDB tetap mendekati target pemerintah sebesar 5% pada kuartal II/2025," katanya.

Sentimen: neutral (0%)