Sentimen
Undefined (0%)
12 Jul 2025 : 19.36
Informasi Tambahan

Kab/Kota: Solo

Tokoh Terkait

Bukan Aphelion, Ini Penyebab Suhu Dingin di Solo dan Sekitarnya pada Juli 2025

12 Jul 2025 : 19.36 Views 34

Espos.id Espos.id Jenis Media: Solopos

Bukan Aphelion, Ini Penyebab Suhu Dingin di Solo dan Sekitarnya pada Juli 2025

Esposin, SOLO -- Suhu udara di wilayah Kota Solo dan sekitarnya terasa lebih dingin daripada biasanya dalam beberapa hari terakhir, awal hingga pertengahan Juli 2025, khususnya pada malam hari. Banyak yang menduga ini disebabkan efek Aphelion.

Namun, menurut Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika atau BMKG itu bukanlah penyebabnya. Berdasarkan pantauan Espos di laman Accu Weather, Sabtu (12/7/2025), suhu malam hari hingga pagi hari di Solo berkisar di angka 22-24 derajat Celcius dalam satu pekan terakhir. Sedangkan saat siang suhu rata-rata berada di kisaran 32-33 derajat Celcius.

Kondisi ini membuat masyarakat berasumsi penyebabnya adanya efek Aphelion, yaitu fenomena astronomi yang terjadi ketika Bumi berada pada titik terjauh dari Matahari dalam orbit elipsnya. Ini terjadi sekitar bulan Juli setiap tahun. 

Mengutip unggahan akun Instagram BMKG, @infobmkg, cuaca dingin ini dirasakan masyarakat Indonesia, khususnya di wilayah selatan khatulistiwa seperti Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara. Menurut BMKG, ini adalah hal yang wajar karena kerap terjadi menjelang musim kemarau sekitar bulan Juli hingga September.

Data BMKG menunjukkan rata-rata suhu minimum di Indonesia mulai tanggal 1-8 Juli berkisar di angka 11-15 derajat Celcius. BMKG menyebut  suhu udara terasa lebih dingin dari biasanya bukanlah efek Aphelion, melainkan ada tiga faktor.

Pertama, mulai memasuki musim kemarau, yang ditandai dengan dominasi angin timuran Monsoon Australia yang bersifat kering dan dingin. Kedua, langit cerah yang mempercepat pelepasan panas dari permukaan bumi ke atmosfer saat malam hari.

Ketiga, hujan yang masih terjadi di beberapa wilayah turut menambah suhu dingin karena membawa massa udara dingin dari awan ke permukaan dan menghalangi pemanasan sinar matahari.

Menghadapi banyaknya informasi cuaca yang simpang siur, BMKG mengimbau masyarakat untuk: "Jangan langsung percaya pada informasi yang viral di media sosial, terutama yang tidak mencantumkan sumber resmi. Bagikan informasi yang sudah terverifikasi, agar tidak ikut menyebarkan kepanikan. Cek kebenaran informasi cuaca melalui kanal resmi BMKG, seperti situs web www.bmkg.go.id, media sosial _@infobmkg, atau aplikasi infoBMKG," tulis dalam unggahan akun tersebut.

Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menyampaikan hujan akan tetap turun selama musim kemarau mendatang. Dia menyebut anomali curah hujan sudah terjadi sejak 30 Mei dan diprediksi akan terus berlangsung hingga 30 Oktober 2025 di sebagian besar wilayah Indonesia.

“Melemahnya Monsun Australia yang berasosiasi dengan musim kemarau turut menyebabkan suhu muka laut di selatan Indonesia tetap hangat dan hal ini berkontribusi terhadap terjadinya anomali curah hujan tersebut,” kata Dwikorita dalam laman resmi BMKG, Senin (7/7/2025).

Hasil pantauan BMKG hingga akhir Juni 2025 menunjukkan baru sekitar 30 persen zona musim yang telah memasuki musim kemarau. Angka ini, kata dia, hanya setengah dari kondisi normal, di mana secara klimatologis sekitar 64 persen zona musim biasanya telah mengalami musim kemarau pada akhir Juni.

Sentimen: neutral (0%)