Sentimen
Undefined (0%)
11 Jul 2025 : 15.49
Informasi Tambahan

Kab/Kota: Gunung, Ngawi

Tokoh Terkait

Tradisi Ganti Langse, Warisan Budaya Suci di Alas Ketonggo Ngawi

11 Jul 2025 : 15.49 Views 17

Espos.id Espos.id Jenis Media: Jatim

Tradisi Ganti Langse, Warisan Budaya Suci di Alas Ketonggo Ngawi

Esposin, NGAWI – Setiap tanggal 15 bulan Suro/Muharram, ratusan orang memadati kompleks Palereman Agung Srigati, kawasan Alas Ketonggo, Desa Babadan, Kecamatan Paron, Kabupaten Ngawi, Jawa Timur untuk menyaksikan rangkaian upacara “Ganti Langse”.

Dalam prosesi ini, acara yang paling ditunggu adalah proses mengganti kain mori putih yang membungkus area suci Palereman Agung dengan yang baru.

Anggota Dewan Kebudayaan dan Kesenian Kabupaten Ngawi Divisi Penelitian dan Pelestari Seni, Imam Joko Sulistyo menyampaikan kain mori putih tersebut dipercaya sebagai simbol kesucian dan perlindungan spiritual di kawasan yang dikenal keramat dan bersejarah ini.

Dalam prakteknya, penggantian langse dilakukan oleh para juru kunci dan tokoh adat dengan penuh kekhidmatan, diiringi doa-doa serta laku tirakat.

“Dahulu tempat ini digunakan Prabu Brawijaya V, Raja Kerajaan Majapahit untuk singgah sejenak sebelum naik ke Gunung Lawu dan konon ceritanya Moksa disana,” ujarnya saat ditemui di komplek Palereman Agung Srigati, Jumat (11/7/2025) pagi.

Dalma sejarahnya, Salah satu budayawan Ngawi itu menceritakan di lokasi tersebut Prabu Brawijaya V melepaskan atribut kerajaannya dan menyucikan diri di Kali Tempur sebelum bersemedi di punden yang kini dikenal sebagai Punden Srigati atau Palenggahan Agung Srigati.

Setelah bersemedi, salah satu Raja Kerajaan Majapahit tersebut melanjutkan perjalanan ke puncak Gunung Lawu dan Moksa.

Oleh karena itu, lokasi tersebut hingga kini masih eksis di kalangan pegiat budaya dan masyarakat luas sebagai tempat untuk bersemedi maupun laku spiritual.

“Pada tanggal-tanggal tertentu lokasi ini ramai dikunjungi warga dengan berbagai tujuan, dan ritual ganti langsenya itu waktunya antara magrib sampai isya,” jelasnya.

Tak hanya warga lokal, ritual ini juga menarik perhatian peziarah dari luar daerah yang datang untuk ngalap berkah dan menyaksikan langsung kekayaan budaya lokal.

Rangkaian prosesi Ganti Langse ini, diawali dengan Laku Tirakatan dan selamatan yang dilakukan warga dan juru kunci setempat.

Lalu dilanjutkan dengan kirab budaya berupa gunungan sebagai bentuk rasa syukur. Pada malam harinya dilangsungkan upacara penggantian Langse baru yang diiringi Tari Bedhaya Srigati oleh 9 gadis. Dan ditutup dengan pertunjukan wayang kulit semalam suntuk.

“Prosesi ini tetap dilestarikan untuk meneladani laku dari Raja Brawijaya V yang menanggalkan atribut kerajaannya saat akan Moksa. Yang melambangkan kerendahan hati dan kesederhanaan dalam menjalani hidup di dunia,” ungkapnya.

Sentimen: neutral (0%)