Sentimen
Informasi Tambahan
BUMN: PT Pertamina
Event: Pemilu 2014
Kab/Kota: Moskow
Kasus: korupsi
Tokoh Terkait
Siapa Riza Chalid, Pengusaha yang Jadi Tersangka Kasus Korupsi Pertamina?
Espos.id
Jenis Media: News

Espos.id, JAKARTA — Kejaksaan Agung (Kejagung) menetapkan pengusaha minyak Mohammad Riza Chalid (MRC) sebagai tersangka dalam kasus dugaan korupsi tata kelola minyak mentah dan produk kilang Pertamina-KKKS periode 2018-2023.
Direktur Penyidikan (Dirdik) Jampidsus Kejagung, Abdul Qohar, mengatakan pihaknya telah mengumpulkan barang bukti yang cukup untuk menetapkan Riza Chalid sebagai tersangka. “Tersangka MRC [M. Riza Chalid] selaku Beneficial Owner PT Orbit Terminal Merak," ujar Qohar di Kejagung, Kamis (10/7/2025) malam. "[Tersangka] Melakukan intervensi kebijakan tata kelola Pertamina berupa memasukkan rencana kerja sama penyewaan terminal BBM Merak yang pada saat itu PT Pertamina belum memerlukan penambahan penyimpanan stok BBM," kata Qohar
Pada intinya, kasus ini melibatkan penyelenggara negara dengan perantara. Kedua belah pihak diduga bekerja sama dalam pengaturan proses pengadaan impor minyak mentah dan impor produk kilang periode 2018-2023. Akibat adanya beberapa perbuatan melawan hukum tersebut, Kejagung mengungkap bahwa negara dirugikan sekitar Rp285 triliun.
Mohammad Riza Chalid atau dikenal juga dengan Reza Chalid adalah pengusaha asal Indonesia dengan berbagai bidang usaha dari ritel mode, kebun sawit, jus, hingga minyak bumi. Dia dijuluki sebagai Saudagar Minyak atau The Gasoline Godfather karena dianggap mendominasi bisnis impor minyak. Dia bahkan kerap dianggap sebagai penguasa abadi bisnis minyak di Indonesia.
Dikutip dari Wikipedia, Selasa (25/2/2025), namanya menjadi kontroversial karena terkait dengan bisnis perminyakan di Indonesia yang melibatkan Petral, perusahaan milik Pertamina berbasis di Singapura yang bertanggung jawab dalam memasok minyak mentah dan BBM dengan harga yang tidak kompetitif.
Nilai bisnisnya diperkirakan mencapai US$30 miliar per tahun. Dengan total kekayaan yang diperkirakan mencapai US$415 juta, Riza Chalid merupakan orang terkaya ke-88 dalam daftar 150 orang terkaya versi Globe Asia 2015.
Riza Chalid merupakan anak dari pasangan Chalid Rachmat bin Abdat dan Siti Hindun binti Ali Alkatiri. Riza Chalid menikah dengan Roestriana Adrianti yang kerap disapa dengan Uchu Riza pada 1985 dan bercerai pada 2012. Pertemuan mereka berlangsung singkat, pada acara ulang tahun Uchu, lalu langsung menikah tiga bulan kemudian. Dari pernikahan itu, Riza dan Uchu memiliki dua anak, Muhammad Kerry Adrianto (lahir tahun 1985) dan Kenesa Ilona Rina (lahir tahun 1989).
Anak pertama Riza, Kerry Adrianto, sudah ditetapkan Kejaksaan Agung sebagai tersangka kasus pengadaan minyak mentah PT Pertamina (persero) dengan peran sebagai makelar.
Pada Agustus 1997 Riza tercatat mewakili PT Dwipangga Sakti Prima, perusahaan milik dua anak Presiden ke-2 Indonesia, Siti Hutami Endang Adiningsih (dikenal juga sebagai Mamiek Soeharto) dan Bambang Trihatmodjo, untuk membeli pesawat Sukhoi di Moskow, Rusia. PT Dwipanga tercatat melakukan penaikan harga tidak wajar (mark up) pada tahun 1996 untuk pembelian pesawat Hercules dengan harga $30 juta dolar AS, padahal nilainya hanya $25 juta dolar AS.
Saat itu di Moskow juga hadir Ginandjar Kartasasmita (Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Ketua Bappenas 1997) dan Jenderal Wiranto (Kepala Staf Angkatan Darat) yang berencana untuk membeli sistem pertahanan lainnya dari Rusia.
Nama Riza Chalid mulai mencuat sehubungan dengan kasus yang melibatkan Setya Novanto, ketua DPR dalam kontroversi perpanjangan izin operasi PT Freeport Indonesia, sebuah perusahaan tambang emas yang besar di Provinsi Papua yang sudah berdiri sejak 1966.
Riza Chalid diketahui memiliki sejumlah perusahaan seperti Supreme Energy, Paramount Petroleum, Straits Oil dan Cosmic Petroleum. Semua perusahaan Riza yang berbasis di Singapura didaftarkan di Kepulauan Virgin, sebuah wilayah yang dikenal di seluruh dunia sebagai surga pajak orang-orang kaya.
Nama Riza Chalid juga ditengarai ikut bermain dalam Pemilu 2014 di Indonesia, sebagai salah seorang pendukung dan penyandang dana Prabowo Subianto kala itu. Dia juga disebut membiayai tabloid Obor Rakyat dan membeli Rumah Polonia yang menjadi markas tim sukses Prabowo-Hatta.
Sentimen: neutral (0%)