Sentimen
Informasi Tambahan
BUMN: Perum BULOG
Grup Musik: APRIL
Tokoh Terkait
Optimisme Menkeu Sri Mulyani Terhadap Perekonomian, Kinerja Produksi Bagus!
Espos.id
Jenis Media: Ekonomi

Espos.id, JAKARTA - Menteri Keuangan Sri Mulyani menyatakan optimismenya terhadap perekonomian Indonesia. Yang menjadi alasannya adalah kinerja sektor utama dari sisi produksi.
“Industri pengolahan yang menjelaskan 19,25% dari total PDB [Produk Domestik Bruto] nasional masih mampu tumbuh sehat di 4,55% year on year pada triwulan I 2025, terutama didukung oleh manufaktur sektor hilirisasi,” ucapnya dalam Sidang Paripurna DPR ke-21 Masa Persidangan IV Tahun Sidang 2024-2025 di Jakarta, Selasa (1/7/2025).
Selain itu, sektor perdagangan berkontribusi 13,22% terhadap total PDB tumbuh 5,03%. Sektor pertanian yang menjadi tulang punggung bagi ketahanan pangan tumbuh sangat tinggi sebesar 10,52%. Kinerja sektor pertanian didukung peningkatan produktivitas seiring adanya langkah penyederhanaan aturan distribusi pupuk bersubsidi. Melalui deregulasi tersebut, lanjutnya, pemerintah menjamin petani untuk mendapatkan pupuk sesuai dengan periode tanam.
Produksi beras melonjak tinggi ke level 19,09 juta ton pada periode Januari-Juni 2025, lebih tinggi secara tahunan dibandingkan tahun lalu yang sebanyak 16,86 juta ton. Hal itu berarti produk beras meningkat 13,2%. Lebih lanjut, produksi beras nasional tercatat sebagai tertinggi dalam tujuh tahun terakhir, sehingga menempatkan Indonesia sebagai negara produktif di kawasan ASEAN.
Pada tahun 2024, Indonesia harus melakukan langkah pengamanan melalui impor beras dalam menghadapi El Nino. Dengan peningkatan produksi stok beras Perum Bulog per pekan ketiga Juni 2025 telah, kata Menkeu, mencapai 4,17 juta ton beras, atau yang tertinggi sejak Bulog didirikan pada lima dekade yang lalu.
“Capaian ini memperkuat optimisme bahwa swasembada beras sebagai bagian penting dari program ketahanan pangan telah berjalan sesuai dengan harapan,” ungkap Sri Mulyani.
Dalam kesempatan tersebut, dia turut mendorong peningkatan perekonomian domestik. Momentum tren perbaikan hingga akhir semester 2025 harus terus dijaga, mulai dari inflasi tercatat 1,9% pada Juni atau yang terendah di antara G20 dan ASEAN, nilai tukar rupiah membaik signifikan pasar sempat menyentuh angka Rp16.943 per dollar Amerika Serikat (AS) pada 10 April 2025 dan kembali ke kisaran Rp16.200 per dolar AS di akhir semester I.
Menurut dia, kinerja ekonomi domestik tetap kondusif dan harus terus dijaga melalui kebijakan dan sinergi yang kuat antar otoritas fiskal, moneter, dan sektor keuangan baik di pusat dan daerah. Kebijakan harus tetap responsif karena kondisi situasi yang dihadapi akan terus dinamis dan tidak predictable.
"Pemerintah berupaya agar tingkat pertumbuhan ekonomi Indonesia mampu terus dijaga hingga akhir tahun 2025,” kata Menkeu.
Di sisi lain, Sri Mulyani menerangkan pula bahwa pemerintah terus mewaspadai perkembangan perekonomian global pada tahun 2025 yang masih terus dihantui ketidakpastian. Saat ini, tatanan dunia bergeser dinyatakan memasuki era multi polar. Fragmentasi geopolitik dan peningkatan rivalitas antarnegara mengikis semangat globalisasi dan kerja sama multilateral, digantikan dengan semangat proteksionisme serta orientasi nasionalistik yang mengedepankan My Country First.
Eskalasi konflik geopolitik juga telah pecah menjadi peperangan militer, sehingga menjadi penghalang utama dari pemulihan aktivitas ekonomi, menghambat arus perdagangan dan investasi, serta meningkatkan volatilitas pasar keuangan.
Pertumbuhan global telah direvisi dan makin melemah, seperti proyeksi Bank Dunia pada Juni 2025 hanya 2,3%, dan perkiraan International Monetary Fund (IMF) pada April 2025 sebesar 2,8%. Ekonomi terbesar seperti Amerika Serikat, China, Jepang, hingga Eropa turut mengalami revisi pertumbuhan ke bawah.
Tekanan global diperburuk dengan volatilitas harga komoditas, nilai tukar, dan suku bunga yang tetap tertahan tinggi. Situasi perekonomian global yang terus mengalami tekanan berimbas pula terhadap perekonomian dalam negeri.
Tercatat, ekonomi Indonesia di triwulan I-2025 mengalami pertumbuhan 4,87% secara tahunan berkat topangan kontribusi konsumsi rumah tangga yang tumbuh 4,89%, dan ekspor 6,78% karena dukungan ekspor produk hilirisasi.
Konsumsi pemerintah di kuartal I terkontraksi 1,38% akibat pengaruh belanja pemerintah pada triwulan I 2024 yang sangat tinggi untuk memitigasi El Nino maupun mendukung pelaksanaan Pemilu.
Pemerintah baru juga mengalami langkah-langkah penyesuaian melalui langkah efisiensi dan keberadaan kementerian/lembaga baru terbentuk.
“Dari sisi investasi, triwulan I Indonesia hanya tumbuh 2,12% year on year. Hal ini merupakan pertumbuhan yang cukup rendah mencerminkan ketidakpastian global dan juga ketidakpastian dari sisi confidence pelaku ekonomi untuk bisa melakukan tindakan investasi,” ujar Sri Mulyani.
Sentimen: neutral (0%)