Sentimen
Undefined (0%)
30 Jun 2025 : 17.42
Informasi Tambahan

Kab/Kota: Kartini, Solo, Surabaya

Tokoh Terkait

Cuma Rp5.000, Petolo Mayang Tawarkan Cita Rasa Jajanan Lawas Khas Solo

30 Jun 2025 : 17.42 Views 10

Espos.id Espos.id Jenis Media: Solopos

Cuma Rp5.000, Petolo Mayang Tawarkan Cita Rasa Jajanan Lawas Khas Solo

Esposin, SOLO — Tepat di perempatan Toko Atria Solo, Jl Kartini No 33 Mangkunegaran, Kota Solo, seorang pria yang akrab disapa Pak Petolo menunggu pelanggan membeli jajanan lawas khas Solo yang ia jual, Senin (30/6/2025).

Mengendarai kendaraan roda dua yang dimodifikasi dengan gerobak sederhana, dia menjajakan jajanan tradisional yang kini jarang ditemui, yakni Petolo Mayang. Selama belasan tahun, Pak Petolo terus menjaga warisan kuliner yang ia sebut berasal dari resep turun-temurun keluarganya.

Petolo Mayang racikan pria berusia 40 tahun ini memiliki keunikan tersendiri dan punya kemiripan dengan Putu Mayang. Bahkan nama tersebut adalah modifikasi dari jajanan "Putu Mayang" yang lebih umum dikenal dan ditambah dengan nama panggilannya.

"Ini aslinya Putu Mayang. Dulu Putu Mayang kan pakai gula kental. Kalau ini, saya pakai kuah santan gurih, mirip kuah serabi. Makanya saya namai Petolo Mayang," jelasnya saat diwawancarai Espos, Senin (30/6/2025).

Dalam satu porsi, pembeli akan mendapatkan tiga komponen utama yang semuanya dibuat sendiri oleh Pak Petolo yakni serabi kuah yang terbuat dari beras dan terigu, ketan putih yang pulen, serta putu mayang. 

Semua bahan tersebut kemudian disiram dengan kuah santan hangat yang gurih dan sedikit manis. Rasa kuah itu persis seperti Wedang Asle yang mudah ditemui di Kota Solo.

Ia mengaku tidak begitu mengetahui awal mula jajanan yang dijualnya bisa mencampur putu mayang, ketan, serabi, dan kuah santan. Ia hanya meneruskan resep dari keluarganya.

Pak Petolo mengklaim resep ini adalah warisan dari nenek buyutnya. Setahunya, jajanan itu merupakan makanan khas dari lingkungan Keraton Solo yang nyaris punah. Ia bercerita dulu masih banyak yang menjajakan makanan ini di sekitar Keraton.

Satu porsi Petolo Mayang yang dijual di perempatan Toko Atria Solo, Jl. Kartini 33 Mangkunegaran, Kota Solo. (Solopos/Dhima Wahyu Sejati)
Satu porsi Petolo Mayang yang dijual di perempatan Toko Atria Solo, Jl. Kartini 33 Mangkunegaran, Kota Solo. (Solopos/Dhima Wahyu Sejati)

 

"Ini sebetulnya makanan Solo, dari Keraton. Cuma sekarang sudah jarang," ujarnya. Uniknya, resep ini justru sempat lebih berkembang di Jawa Timur. Petolo mengaku bersama keluarganya pernah berjualan di Surabaya. Menurutnya, jajanan serupa lebih mudah ditemui. 

Resep Komplet

Kini, Petolo bisi dibilang menjadi salah satu dari sedikit penjual jajanan tradisional di Solo yang masih mempertahankan resep komplet ini. "Di sini [Solo] jarang banget. Di Pasar Gede ada, tapi cuma Putu Mayang saja pakai kuah dingin. Kalau yang komplet begini, mungkin cuma ini," tuturnya.

Menjadi penjual makanan tradisional di era modern memiliki tantangannya sendiri. Petolo mengaku penjualannya naik turun meski per porsi hanya dipatok dengan harga Rp5.000. Sudah 13 tahun ia tidak menaikkan harga. "Namanya jualan, ada ramai ada sepi. Kalau ramai senang, kalau sepi ya malas," katanya.

Pada akhir pekan, ia bisa menjual hingga 200 porsi lebih, sementara pada hari biasa berkisar antara 100-160 porsi. Peminatnya pun beragam, namun yang paling banyak adalah anak-anak dan orang tua.

Ia juga harus berpindah-pindah lokasi. Pada pagi hari sekitar pukul 11.30 WIB, ia biasa mangkal di depan gedung Mejelis Tafsir Al-Quran (MTA) yang lebih ramai dan nyaman bagi pembeli. 

Namun, karena dilarang, pada siang hari sekitar pukul 12.30 WIB ia harus bergeser ke perempatan Toko Atria Solo. Ia mengatakan pelanggan sebetulnya lebih banyak di depan MTA.

"Mungkin karena di sana [depan MTA] lebih enak, parkiran luas. Di sini parkirnya sulit, kalau panas pembeli juga susah mau makan di tempat," ujarnya.

Setiap hari, Petolo mulai berjualan sekitar pukul 11.30 WIB dan baru pulang setelah dagangannya habis, terkadang hingga pukul 20.30 WIB malam. Namun, saat ramai, pukul 15.00 WIB dagangannya sudah ludes terjual.

Sentimen: neutral (0%)