Sentimen
Informasi Tambahan
Kab/Kota: Kediri, Kudus, Solo, Surabaya, Taman Sari
Kirab 1 Sura, Ribuan Abdi Dalem Berbagai Daerah Berdatangan ke Keraton Solo
Espos.id
Jenis Media: Solopos

Esposin, SOLO -- Alunan musik gamelan yang mengalun merdu ditambah semerbak aroma kemenyan menyelimuti di area Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat atau Keraton Solo, Kamis (26/6/2025) malam, menjelang kirab 1 Sura.
Ribuan abdi dalem dan sentana dalem dari berbagai daerah di Indonesia berkumpul di halaman dan bagian dalam keraton untuk bersiap mengikuti kirab. Para abdi dalem dan sentana dalem pria mengenakan beskap komplet berwarna hitam lengkap dengan keris di belakangnya.
Sedangkan abdi dalem wanita mengenakan kebaya hitam dengan bawahan jarit batik berwarna cokelat. Mereka semua kompak tidak memakai alas kaki. Bagi sebagian abdi dalem dan sentana dalem, Kirab Malam 1 Sura adalah momen yang sakral.
Mereka mewajibkan diri mereka untuk datang dan ikut agenda rutin tahunan ini. Di samping itu kehadiran mereka ada wujud bakti mereka kepada Keraton Solo dan upaya melestarikan budaya dan tradisi Jawa.
Hal itulah yang dilakukan salah satu anggota Pakasa Paguyuban Kawula Keraton Surakarta (Pakasa) Kudus, Kusmanto Hadi Prasetyo, 60. Manto, sapaannya, mengaku tidak pernah absen mengikuti kirab malam 1 Sura di Keraton Solo sesibuk apa pun dia.
Termasuk pada Kamis malam itu, dia bersama 50 orang anggota Pakasa Kudus datang ke Solo dengan mencarter satu unit bus. Dia berangkat dari Kota Kretek pukul 13.00 WIB dan tiba di Solo pada pukul 16.00 WIB.
"Saya kirab ini selalu ikut sesibuk apa pun itu, selain sebagai tanda bakti kepada Keraton Solo khususnya PB XIII, keikutsertaan saya adalah urun serta nguri-uri budaya," kata dia kepada Espos.
Manto memaknai malam 1 Sura sebagai momen terbaik untuk refleksi. Menurutnya refleksi terbaik adalah ketika ikut rombongan kirab melakukan tapa bisu bersama dengan para abdi dalem lainnya.
"Kirab ini bagi saya memang spesial. Karena menjadi momen refleksi selama satu tahun terakhir. Rasanya itu beda dan lebih mengena karena bisa ikut berdoa bareng-bareng di sini dan ikut kirab dan tapa bisu," ungkap dia.
Dia berharap di tahun yang baru bisa menjadi pribadi yang lebih baik. Selain itu tidak mengulangi kesalahan-kesalahan sebelumnya. Sementara itu, abdi dalem asal Kediri, Bagus Hadipura, 29, juga mengatakan hal yang sama. Tujuan utamanya ikut kirab adalah untuk turut serta melestarikan tradisi Jawa.
Momen Introspeksi Diri
"Saya kebetulan adalah MC Jawa di mantenan dan itu erat kaitannya dengan seni dan budaya. Makanya saya rela naik bus dari Surabaya [tempat kerjanya] untuk ke Solo siang tadi semata-mata untuk ikut serta melestarikan budaya Jawa. Ini sudah saya lakukan berkali-kali tiap 1 Sura," kata dia.
Bagus memaknai 1 Sura sebagai momen untuk introspeksi diri. Bukan untuk foya-foya atau bergembira seperti saat datangnya tahun baru Masehi. "Malam ini adalah waktu yang tepat untuk memperbanyak doa dan meneguhkan komitmen pada diri untuk bisa menjadi pribadi yang lebih baik ke depannya," ungkap dia.
Bagus berharap tradisi kirab dan budaya Jawa secara umum agar bisa terus eksis dan digemari anak muda. Dia ingin anggapan bahwa budaya Jawa yang dianggap selalu identik dengan klenik dan perdukunan bisa perlahan hilang karena bagaimanapun ini adalah warisan para leluhur banga.
Sebelumnya, Kerabat Keraton Solo KGPH Adipati Dipokusumo menjelaskan jumlah peserta kirab 1 Sura tahun ini sekitar 5.000 orang. Kirab berlangsung mulai Kamis pukul 24.00 WIB sampai Jumat (27/6/2025) pukul 03.00 WIB.
“Itu kirab pusaka yang cucuk lampahnya kan biasanya kerbau [keturunan] Kyai Slamet. Jadi harapannya juga memberikan keselamatan, doa, keselamatan negeri, dan sebagainya,” jelas dia kepada wartawan di Keraton Solo, Jumat (20/6/2025) petang.
Dia menjelaskan pada Kirab Malam 1 Sura tahun ini kerbau atau mahesa yang disiapkan antara lima sampai tujuh ekor. Rute kirab mulai dari Keraton Solo, Alun-alun Utara, Benteng Vastenburg, perempatan Lojiwetan, perempatan Pasar Kliwon, perempatan Baturono, perempatan Gemblegan, perempatan Nonongan, Bundaran Gladag.
“Kirab mulai pukul 24.00 WIB sampai pukul 03.00 WIB atau 03.30 WIB, sesuai dengan cucuk lampah. Kalau jalannya lancar, kirab pasti lancar,” kata dia.
Gusti Dipo menjelaskan lima tradisi yang dijalankan pada Malam 1 Sura, berupa doa bersama, kirab pusaka atau Kirab Malam 1 Sura, salat hajat kagungan dalem di masjid di dalam Keraton Solo, semedi atau meditasi di Kawasan Taman Sari Bandengan, dan Salat Subuh.
Sentimen: neutral (0%)