Sentimen
Informasi Tambahan
Kab/Kota: Solo
Kasus: PHK
Dampak Efisiensi, Hotel Terus Coba Cari Pasar Baru Meskipun Sulit
Espos.id
Jenis Media: Bisnis

Esposin, SOLO — Bergeser atau shifting dari market lama yang selama ini menjadi andalan bukanlah hal mudah bagi pengelola hotel. Namun jika shifting tidak dicoba, hotel pun akan susah keluar dari kesulitan.
Di tengah situasi yang menantang saat ini, hotel harus mampu menggeser market lama yang tidak menguntungkan, ke market yang lebih potensial.
Market lama yang dimaksud adalah pasar pemerintah. Di mana saat ini pemerintah menerapkan kebijakan efisiensi anggaran, salah satunya mengurangi perjalanan dinas pegawai, pengurangan uang saku, dan lain-lain. Hal ini berdampak terhadap hotel-hotel yang selama ini mengandalkan pendapatan dari okupansi maupun kegiatan dari unsur pemerintah tersebut.
Menyikapi hal ini, CEO dan Founder Azana Hospitality, Dr Dicky Sumarsono, MM CHA, tidak menampik tentang kondisi yang menantang tersebut. Namun menurutnya, salah satu cara jitu yang harus dilakukan adalah menggeser pasar pemerintah tersebut ke pasar lainnya.
Hal itu dikatakannya pada Rakerda Indonesia Hotel General Manager Association (IHGMA) DPD Jawa Tengah di Hotel Solia Zigna Kampung Batik, Solo, Rabu (25/6/2025).
“Kita harus melakukan adaptasi, shifting ke market yang baru. Ini tidak mudah, tapi coba dulu aja. Kalau tidak dicoba, akan sulit terus. Coba lalu perbaiki, coba lagi lalu perbaiki lagi, sampai ketemu. Ini butuh effort (usaha), harus mau repot,” ujar Dicky dalam talk show yang dipandu GM The Sunan Hotel Solo Retno Wulandari tersebut.
Hal tersebut juga harus dibarengi dengan efisiensi internal. Namun efisiensi ini tidak dimaksudkan dengan cara pengurangan jumlah karyawan atau PHK (pemutusan hubungan kerja). “Kita pun juga harus efisiensi tapi enggak boleh yang berlebihan sampai PHK. Di Azana tidak ada yang PHK,” imbuh CEO yang mengelola 86 hotel tersebut.
Hotel juga harus melakukan introspeksi terhadap produknya sendiri. Hal ini penting untuk menyesuaikan dengan kebutuhan pasar. “Tidak semuanya diselesaikan dengan marketing. Jangan-jangan produk kita yang ketinggalan,” ujarnya.
Di sisi lain, Dicky menambahkan bahwa bisnis hotel masih tetap seksi. Namun hal ini tergantung kepada para pengelola yang melakukan kurasi, meskipun hal ini pun harus dilakukan lebih ekstra.
Oleh sebab itu, para general manager hotel juga harus memiliki ilmu atau kemampuan mengamati, antisipasi, dan monetisasi.
Bahkan, dalam 2025 ini pihaknya akan membangun lagi 13 hotel di berbagai daerah, serta beberapa lagi di 2026.
“Kalau saya tetap yakin. Selama kita mengurasinya tepat, bisnis hotel masih tetap bagus. Makanya di sisa 2025, Juli-Desember kami buka 13 lagi hotel baru. Pada 2026 masih terus bertambah,” ujarnya.
Sentimen: neutral (0%)