Esposin, SOLO — Soloraya Great Sale (SGS) 2025 yang akan berjalan selama sebulan penuh pada Juli 2025 diharapkan bisa mendorong pertumbuhan ekonomi dan daya beli masyarakat Soloraya di tengah kondisi ekonomi yang penuh tantangan.

Nilai transaksi yang diharapkan bisa mencapai triliunan rupiah pun disebut potensial asalkan kolaborasi lintas sektor bisa terjalin dengan baik. 

Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Solo, Ferry Septha Indrianto, mengatakan SGS ditujukan untuk mendorong daya beli masyarakat dan memperkuat integrasi ekonomi di tujuh wilayah Soloraya. Dengan berbagai aktivitas dan transaksi diharapkan ada perputaran ekonomi yang besar di event tersebut. Bahkan dia berharap nilai transaksi pada Soloraya Great Sale tahun ini bisa mencapai Rp7 triliun. 

"Sinkronisasi kebijakan daerah sangat diperlukan untuk meningkatkan konsumsi dan daya beli masyarakat. SGS bisa menjadi pentahelix dukungan pemerintah daerah untuk menstimulasi ekonomi bisnis Soloraya," ujar Ferry saat berkunjung ke kantor Redaksi Solopos, Senin (23/6/2025). 

Ferry juga berharap SGS 2025 akan menjadi benchmark penguatan aglomerasi khususnya di sektor ekonomi menyusul transportasi yang telah mulai dibangun. 

"Semestinya pemerintah tak harus menunggu [untuk kolaborasi] tapi harus mulai bergerak sendiri. Kami sudah bertemu dengan para kepala daerah di Soloraya dan tanggapan mereka sangat bagus," ujarnya. 

Sementara itu Plh Kepala Perwakilan Bank Indonesia Solo, Aries Purnomohadi, saat ditemui di Jakarta, Jumat (20/6/2025), optimistis Soloraya Great Sale akan menjadi event yang memberikan dampak positif untuk perekonomian. 

"Secara kegiatan, kami sangat mendukung. Kalau dilihat 10 tahun terakhir merupakan Solo Great Sale, kemudian tahun ini mulai Soloraya Great Sale, menurut saya ini merupakan terobosan. Bagaimanapun aktivitas di Solo dan sekitarnya ini tidak ada batas. Orang Wonogiri bisa beraktivitas di Solo, orang Solo bisa beli beras di Klaten, artinya aktivitasnya sangat cair. Jadi ketika event tersebut digelar dengan lingkup Soloraya akan sangat bagus," kata dia. 

Terlebih jika bicara mengenai potensi pariwisata. Mungkin para wisatawan yang memilih menginap di Solo juga ingin mengunjungi destinasi wisata yang ada di luar Solo. Dengan begitu secara dampak dirinya optimistis akan lebih besar. Ketika transaksi diharapkan bisa menembus angka Rp5 triliun-Rp7 triliun, tidak menutup kemungkinan hal itu akan tercapai. 

"Kalau kerja sama dengan hotel, tempat wisata, transportasi, kuliner dan lainnya berjalan baik, mestinya bisa. Jadi sepanjang ada dukungan dari berbagai pihak," lanjut dia.  

Dikatakan pada momen tersebut dari Bank Indonesia Solo juga akan melakukan sinergi program kerja. Salah satunya dengan mengadakan event-event yang mendukung.