Sentimen
Informasi Tambahan
Kab/Kota: Solo
Kasus: covid-19
Partai Terkait
Tokoh Terkait

Lisa
Bahaya Doomscrolling untuk Kesehatan Mental Anak
Espos.id
Jenis Media: Bugar

Esposin, SOLO — Pada era saat ini, berselancar di dunia maya sangat dimudahkan. Bukan hanya untuk orang dewasa, anak-ana kini sudah terbiasa mengakses internet. Lalu bagaimana mengatasi doomscrolling pada anak?
Psikolog Rumah Sakit (RS) JIH Solo, Lisa Adziani Hapsari, S.Psi., M.Si,Psikolog., menyampaikan doomscrolling merupakan fenomena menghabiskan banyak waktu untuk scroll atau berselancar di media sosial. Biasanya hal itu dilakukan untuk mencari informasi-informasi di Internet.
Fenomena tersebut berkembang, di awali di era pandemi Covid-19. Sebab saat itu aktivitas masyarakat terbatas, maka banyak orang kemudian menghabiskan waktu dengan berselancar di dunia maya. Namun setelah pandemi selesai, kebiasaan itu masih melekat di masyarajat. Bahkan doomscroling ini ternyata juga terjadi pada anak. Mudahnya mencari informasi dan hal-hal menarik bagi anak di internet, menjadikan anak juga betah berlama-lama menatap monitor gadget.
Hal yang menjadi persoalan, dalam usia yang belum dewasa, anak terkadang belum bisa menyaring informasi dengan baik. Akhirnya anak mudah terpapar dengan cerita-cerita seram atau berita-berita buruk yang berdampak buruk untuk mentalnya.
Berikut ini beberapa faktor yang menjadikan anak betah berselancar di dunia maya.
1. Kebanggaan
Merasa tidak ingin ketinggalan informasi. Sekarang dengan mengetahui cerita horor, cerita buruk kadang, kadang menjadi kebanggaan anak di hadapan teman-temannya. Sebab dengan begitu mereka merasa tidak ketinggalan dengan teman yang lain.
2. Ingin Tahu
Anak memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. Namun ketika mengonsumsi informasi yang tidak sesuai dengan usianya, hal itu juga tidak baik. Otak anak belum berkembang secara maksimal sehingga keterampilan untuk berpikir, menganalisis, memilah informasi juga belum optimal.
Dampak buruk pada anak ketika sudah terpuruk pada kebiasaan doomscrolling.
1. Mengembangkan pola berpikir katastropik, yakni berpikir yang berorientasi pada hasil terburuk. Hal itu terjadi karena mereka selalu terpapar hal negatif, mereka selalu membayangkan hal buruk. Hal itu membentuk pribadi yang pesimistis.
2. Merusak kesehatan mental. Informasi buruk pasti akan memunculkan perasaan cemas, sedih, dan lainnya. Sementara usia anak belum memiliki kemampuan untuk mengelolanya.
3. Memengaruhi kemampuan berpikir mereka jadi menurun. Doomscrolling bisa menimbulkan kecanduan. Ketika hal itu dilakukan dalam waktu lama, akan menjadi kebiasaan dan bisa mempengaruhi memorinya, kehilangan konsentrasi, dan lainnya.
4. Memengaruhi kemampuan berinteraksi sosial. Awalnya doomscrolling muncul karena anak ingin mendapat pengakuan. Tapi saat mereka memiliki kebiasaan itu, akan membuatnya malah terlalu banyak menghabiskan waktu di depan layar. Dengan begitu interaksi dengan orang lain di sekitar juga berkurang. Lebih buruknya lagi, informasi buruk yang didapatkannya kemudian menurun pada perilakunya.
5. Mempengaruhi pola hidup. Ketika terpapar cerita buruk, akan akan berpotensi bermimpi buruk, sehingga mengganggu kualitas tidur. Selanjutnya akan mempengaruhi nafsu makan, tidak fokus belajar dan lainnya.
Cara Mengatasi Doomscrolling
Peran orang tua sangat penting dalam mengantisipasi atau meminimalisir aktivitas gadget anak agar tidak terjadi doomscroling. Berikut ini beberapa langkah yang dapat dilakukan orang tua.
- Batasi penggunaan gadget pada anak, hal itu berkaitan dengan kedisiplinan.
- Gunakan aplikasi pengaman untuk anak.
- Lakukan kebiasaan berkomunikasi atau diskusi tentang apa saja yang dilihat atau dibaca anak.
Hal ini untuk mengantisipasi informasi yang didapatkan anak adalah informasi yang tidak sesuai untuknya.
- Ajari regulasi emosi, mengelola emosi dan mengekspresikan emosi secara positif. Berikan nilai-nilai yang positif untuk membicarakan tentang konten yang mereka lihat. Jadi pendampingan orang tua sangat penting.
- Ajari cara berselancar atau melihat konten-konten yang positif. Misalnya yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan, tentang alam, binatang, dunia laut dan sebagainya.
- Untuk mengurangi aktivitas gadget, tambahkan aktivitas produktif untuk anak, misalnya bermain dengan temannya, berkegiatan seni, olahraga, musik dan lainnya.
Sentimen: neutral (0%)