Sentimen
Informasi Tambahan
Institusi: Universitas Indonesia
Kab/Kota: Tanah Abang
Partai Terkait
Eksklusif Amira Karin, Perjuangan Menjadi Musisi Penuh Waktu
Voi.id
Jenis Media: News

JAKARTA - Amira Karin debut di industri musik pada awal tahun 2022, lewat single dengan judul Berlalu, setelah bergabung dengan label rekaman Arseri Music. Selama lebih dari tiga tahun, ia juga sudah meluncurkan extended play (EP) dengan tajuk Things I wanted to say, but (2022) dan album penuh dengan tajuk “Things she wanted to say, but” (2023).
Tidak hanya di panggung musik, Karin – panggilan akrabnya – juga berkesempatan mencicipi panggung teater musikal. Ia memerankan karakter Euis untuk Musikal Keluarga Cemara (2024) yang diproduksi lewat kerja sama Visinema Studios, Teater Musikal Nusantara (TEMAN), dan Indonesia Kaya.
Karin mengaku bahwa dunia pertunjukan sudah menjadi minatnya sejak kecil. Dengan dukungan penuh orang tua, ia mulai kursus vokal, tampil di beberapa panggung, dan mengikuti banyak perlombaan.
Eksklusif Amira Karin (Foto: Bambang E Ros, DI: Raga/VOI)
“Dulu aku itu kelas 5 atau 6 SD, musikal pertama aku itu Musikal Laskar Pelangi, waktu itu ke Jogja. Jadi, itu sudah dilepas oleh orang tua ke Jogja untuk belajar dan merasakan dunia musikal. Dan memang dari kecil udah suka banget sama nyanyi, dari umur empat tahun,” kata Amira Karin saat mengunjungi VOI di Tanah Abang, Jakarta Pusat beberapa waktu lalu.
Karin merasa musik sudah menjadi bagian penting dari hidupnya. Selama menempuh pendidikan – bahkan saat berkuliah di Fakultas Ilmu Komunikasi, Universitas Indonesia – selalu ada aktivitas yang berkaitan dengan musik yang dijalani.
“Tapi dulu pas kecil suka performing, enggak pernah kebayang gimana rasanya di industri, gimana rasanya kita bisa punya lagu sendiri. Enggak pernah,” katanya. “Jadi, ketika aku masuk ke Arseri Music, di situ aku memang belajar banget. Jujur kayak S2 sambil kerja, sambil belajar cara nulis lagu, cara produksi lagu, dan lain-lain.”
Memutuskan untuk Jadi Musisi Penuh Waktu
Eksklusif Amira Karin (Foto: Bambang E Ros, DI: Raga/VOI)Karin menyebut keputusan untuk menjadi seorang musisi penuh waktu (full time musician) bukan tanpa pertimbangan. Ada ketakutan yang dirasa pada awalnya, hingga akhirnya keputusan besar diambil.
“Pas aku lulus kuliah, aku dan orang tuaku juga ada takut-takutnya, kayak tadinya kuliah di ilmu komunikasi di UI, terus tiba-tiba jadi penyanyi,” katanya. “Cuma memang sepertinya sudah di sini aja. Jadi, memang setiap hari yang aku pengen lakukan adalah mencoba untuk memanfaatkan sebaik-baiknya apa yang sudah dititipkan ke aku.”
Ia menambahkan, “Aku diberikan suara ini ya aku harus bisa memaksimalkannya dengan sebaik mungkin.”
Setelah tiga tahun memutuskan menjadi musisi penuh waktu, Karin mendapat banyak pelajaran yang memungkinkannya untuk terus berkembang. Namun proses yang dilalui sama sekali tidak mudah.
“Menurut aku, menjadi musisi itu enggak ada yang ngasih tau kita harus ngapain. Jadi, setiap hari kita yang harus bikin jadwalnya sendiri.. Jadi sebenarnya, kesulitannya adalah untuk memposisikan diri aku, aku ini lagi kerja atau aku lagi sedang menjalani hobi aku aja. Karena yang aku lakukan sebagai pekerjaan Itu ya hobi aku juga,” ujar Karin.
“Jadi kalau aku lagi bosan, aku lagi jenuh, atau lagi enggak termotivasi, aku bingung mau ngapain, karena kesannya kayak pekerjaanku sudah menjadi kehidupanku,” sambungnya.
Caption
Terlebih untuk menjadi seorang musisi dewasa ini, Karin juga merasa dituntut untuk menjadi seorang kreator konten. Beruntung ia berada di dalam label yang bisa membantu. Namun dari pengamatannya, banyak musisi yang kesepian dalam menjalani kesehariannya.
“Banyak sekali teman-teman aku musisi indie, yang menurut aku ini adalah pekerjaan yang cukup lonely (sunyi). Tapi enaknya adalah kita melakukan apa yang kita suka. Jadi ya ada plus dan minus-nya sih,” katanya.
Karin mengaku belum puas dengan hasil dari apa yang dilakukannya sejauh ini. Terlebih dengan kondisi industri musik saat ini, yang sering kali menuntut keviralan sebagai syarat kesuksesan suatu karya musik.
“Enggak bisa dipungkiri, aku pengin banget lagu-lagu aku bisa semakin banyak lagi yang viral. Kalau ditanya mau viral, tentunya mau, karena memang itu sangat membukakan banyak pintu peluang untuk ke depannya,” tutur Karin.
“Cuman sekarang banyak banget aku dapetin, biasanya orang tau lagunya tapi enggak tau musisinya siapa. Itu ada PR (pekerjaan rumah) baru lagi. Itu sisi lain juga yang perlu diasah lagi,” imbuhnya.
Berjuang untuk Tetap Jadi Musisi Penuh Waktu
Eksklusif Amira Karin (Foto: Bambang E Ros, DI: Raga/VOI)Namun di balik kesulitan yang dialami selama berproses, Karin mengaku senang dengan apa yang dilalui sebagai seorang musisi penuh waktu. Pasalnya, ia sudah merasakan mimpinya sejak kecil untuk tampil di atas panggung.
“Sebenarnya sehari-hari aku sudah menjalani kehidupan yang selalu aku impikan sih. Aku sudah bisa nyanyi setiap hari, bisa manggung juga walaupun banyak step yang harus aku lakukan untuk mendapatkan panggung itu,” tuturnya. “Selain itu, aku kenal lebih banyak lagi sama Teman baru, teman-teman pendengar aku yang sekarang malah jadi dekat banget.”
Bagi Karin, menjadi seorang musisi juga berarti bertumbuh setiap hari. Targetnya pun selalu berubah, mengingat dirinya yang semakin dewasa, lebih banyak melakukan eksplorasi, hingga terus melakukan riset.
Karin meyakini bahwa tugasnya sebagai seorang musisi adalah berkarya. Meski tetap memiliki rencana dan target, ia merasa pendengar punya caranya sendiri untuk melihat karya-karyanya.
“Yang penting sih sebenarnya jujur aja dalam apa yang pengin aku sampaikan, sisanya sih menurutku semua orang punya waktunya masing-masingnya. Dan kalau memang sekarang belum waktuku, aku enggak apa-apa banget, Aku akan terus jalan, yang penting aku terus jalan,” ujarnya. “Dan aku yakin pasti enggak aku doang yang ngerasa kayak gini. Memang jadi musisi tuh harus sabar.”
Sekali lagi, Karin menyebut Arseri Music sangat membantunya untuk menjalani seluruh proses. Sebagai label yang menangani musisi-musisi independen, ia merasa terbantu untuk menjalani bisnis musik dengan tetap mempertahankan idealisme.
“Di Arseri Music, yang paling penting adalah senimannya harus suka dulu. Karena apapun yang enggak berasal dari hati, menurut aku sih enggak akan berhasil dengan baik. Kayaknya kita harus suka dulu, baru nanti dari situ kita rencanakan, kita programkan cara menyampaikan yang terbaik gimana, secara kreatif dan bisnisnya,” katanya.
Eksklusif Amira Karin (Foto: Bambang E Ros, DI: Raga/VOI)
Di samping itu, Karin juga optimis melihat ekosistem musik Indonesia saat ini, yang sangat mendukung banyak musisi independen untuk muncul ke permukaan. Meski tidak mencoba untuk menggeneralisasi, ia yakin bahwa industri musik dapat menghidupi para musisinya.
“Ekosistemnya sih sudah sangat berkembang. Mau ngomongin ideal atau enggak, menghidupi atau enggak, kayaknya itu tergantung masing-masing. Tapi industrinya sih sudah sangat maju,” katanya. “Kita nih ada – industri musik dan industri musikal – ada orang-orang yang memang hidup dari situ. Itu ada banget.”
Karin menambahkan, “Kita bersama dengan teman-teman Arseri pengin banget kita sebagai artis-artisnya bisa hidup dari karya kita sendiri. Dan menurut aku harus terus dijalani, tapi harus sabar, dan yakin, dan berani. Seperti tadi aku bilang, lurusin dulu niatnya, kita sebagai musisi mau ke mana, apa yang kita cari dari sini.”
Pada akhirnya, Karin meyakini bahwa pilihan menjadi musisi penuh waktu adalah keputusan tepat. Di balik seluruh proses yang sulit, ia tetap menjalaninya dengan banyak hal menyenangkan. Dan satu hal penting yang ia yakini, menjadi seorang musisi adalah melakukan sesuatu yang penting bagi kehidupan.
“Sebagai musisi, kita tuh matters, musisi-musisi di Indonesia tuh matters, dan keberadaan kita matters,” pungkas Amira Karin.
Sentimen: positif (100%)