Sentimen
Negatif (100%)
5 Mei 2025 : 21.33
Informasi Tambahan

Kab/Kota: Moskow

Kasus: kekerasan seksual, pembunuhan

Partai Terkait
Tokoh Terkait

Tentara Bayaran Inggris yang Bertempur untuk Ukraina Pilih Tewas Ketimbang Tertangkap Rusia - Halaman all

5 Mei 2025 : 21.33 Views 5

Tribunnews.com Tribunnews.com Jenis Media: Internasional

Tentara Bayaran Inggris yang Bertempur untuk Ukraina Pilih Tewas Ketimbang Tertangkap Rusia - Halaman all

Tentara Bayaran Inggris yang Bertempur Bela Ukraina Lebih Pilih Tewas Ketimbang Tertangkap Rusia

TRIBUNNEWS.COM - Seorang tentara bayaran asal Inggris yang bertempur di Ukraina memberi pengakuan kalau personel Angkatan Bersenjata Rusia memiliki reputasi yang sangat brutal.

Saking brutalnya pasukan Rusia, sampai-sampai unit tentara bayaran itu setuju untuk tidak pernah ditangkap hidup-hidup.

Pasukan Rusia adalah "orang-orang yang sangat berbahaya, seringkali fanatik atau putus asa yang akan menyiksa dan membunuh Anda jika mereka menangkap Anda," kata Macer Gifford.

Gifford dilansir BI, memiliki nama asli Harry Rowe yang sebelumnya berprofesi sebagai  pedagang di Inggris.

Gifford, yang sebelumnya menjadi sukarelawan untuk bertempur di Suriah, disebutkan bertempur di lokasi-lokasi penting di Ukraina, termasuk di Kherson dan Lyman.

Dalam lansira BI, mantan tentara bayaran ini berbicara tentang realitas perang melawan Rusia, dan keputusan sulit yang harus diambil unitnya.

Tentara Rusia di garis depan (TASS) Aksi-Aksi Brutal, Diminta Gali Lubang Kubur Sendiri Lalu Ditembak

Ulasan BI itu menggambarkan, laporan tindak penyiksaan oleh personel dari kedua kubu sebenarnya bermunculan.

Namun, menurut penyelidikan PBB tahun lalu, laporan adanya penyiksaan oleh tentara Ukraina terhadap personel Rusia yang tertangkap "berhenti ketika para tahanan tiba di tempat penahanan resmi".

"Tidak demikian halnya dengan Rusia. Investigasi tersebut menyatakan bahwa ada "penyiksaan dan perlakuan buruk yang meluas dan sistematis" terhadap tawanan perang di seluruh sistem penahanan Rusia," kata laporan itu.

Aksi-aksi brutal itu termasuk pemukulan, sengatan listrik, kekerasan seksual, pencekikan, perampasan tidur, dan eksekusi pura-pura, katanya.

"Terjadi pula pembunuhan, satu di antara yang terkenal adalah tentara Ukraina Oleksandr Matsievsky. Dia dipaksa menggali kuburnya sendiri sebelum ditembak di tahanan," BBC melaporkan .

"Rusia telah melakukan segala macam kejahatan yang dapat Anda bayangkan," kata Gifford.

Itulah sebabnya unitnya mengadakan perjanjian — bahkan mengeluarkan satu anggota yang mencoba menyerah saat baku tembak, katanya.

Ada kesepakatan bahwa "tidak seorang pun di unit itu boleh ditangkap hidup-hidup," katanya.

Mengakui bahwa semua perang bersifat kekerasan, Gifford mengatakan ia tetap "benar-benar terkejut" dengan apa yang ia lihat dalam pertempuran melawan Rusia.

Rusia Belajar dari ISIS

Gifford yakin bahwa pasukan Rusia mempelajari banyak taktik brutal mereka di Suriah.

Seperti diketahui, Presiden Rusia Vladimir Putin memberikan dukungan militer kepada presiden Suriah saat itu, Bashar Assad, mulai tahun 2015, dengan memasok peralatan militer dan serangan udara untuk memukul mundur kelompok pemberontak, termasuk ISIS.

Namun, kelompok itulah yang tampaknya telah memberikan model bagi pasukan Rusia di Ukraina, kata Gifford.

"Tingkat dan cakupan" kebiadaban Rusia terhadap warga sipil, katanya, mengingatkannya "pada taktik yang sama yang digunakan ISIS."

Gifford mengenang bagaimana, selama ia bertempur di Suriah, ia menemukan sangkar, alat penyiksaan, dan kasur dengan rantai di sampingnya untuk menahan tawanan wanita di wilayah yang dikuasai ISIS.

"Saya pikir ISIS adalah kelompok pinggiran, bahwa mereka adalah kelompok yang unik," katanya, tetapi menurutnya, "banyak praktik brutal mereka telah diadopsi oleh Rusia — terutama, saya kira, karena mereka sangat efektif di Suriah," tambahnya.

Rusia berhasil menghancurkan sebagian besar pasukan dan peralatan Ukraina yang memasuki wilayah Kursk, menurut klaim Komandan Pasukan Khusus Rusia, Akhmat Alaudinov. Situasi di wilayah Kursk telah terkendali. (Sputnik) Mesin Perang Rusia

Gifford menggambarkan mesin perang Rusia sebagai "sangat besar dan sangat berbahaya."

Namun, meski Rusia memimpin dalam hal skala jumah — di mana pasukan tumbuh hingga mencapai 1,5 juta tentara aktif — pasukan Moskow telah "dihancurkan" di Ukraina, katanya.

 Pendekatan Rusia terhadap perang adalah tentang skala dan serangan "meat grinder" yang mana jumlah korban yang sangat besar ditoleransi, kata Gifford.

"Perbedaan yang nyata" antara kedua negara itu bermuara pada "cara mereka menghargai kehidupan," tambahnya.

"Ukraina berjuang untuk hidup mereka. Rusia hanya berjuang untuk mendapatkan lebih banyak wilayah, dan itulah perbedaannya."

Namun Gifford menekankan bahwa sekutu Ukraina perlu berhenti melihat perang sebagai "konflik di pinggiran Eropa," dan bagi Putin hal ini berarti lebih dari itu.

Baginya, ini adalah "perang pemusnahan," kata Gifford. Ini adalah "perang untuk mengakhiri semua perang di mata Vladimir Putin."

"Rusia secara rutin membantah tuduhan kejahatan perang. Kementerian Pertahanan Rusia tidak menanggapi permintaan komentar," tulis disclaimer laporan BI tersebut.

(oln/BI/*)
 
 
 
 
 

Sentimen: negatif (100%)