Sentimen
Informasi Tambahan
Kab/Kota: Purwakarta
Partai Terkait
Tokoh Terkait
Makna Filosofi Dedi Mulyadi Naik Mobil Selalu Duduk di Depan Ogah di Tengah, Ada yang Bikin Tertawa
Tribunnews.com
Jenis Media: News

TRIBUNJAKARTA.COM - Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi selalu duduk di kursi depan saat menaiki mobil.
Dedi Mulyadi kerap memperlihatkan duduk di samping sopir saat berada di dalam mobil.
Ternyata ada makna filosofi di balik alasan Dedi Mulyadi duduk di kursi depan.
"Karena saya pemimpin, kalau pemimpin harus di depan," kata Dedi Mulyadi dikutip TribunJakarta.com dari akun instagram @alnatha, Sabtu (3/5/2025).
Dedi sempat membuat tertawa para hadirin saat mengungkapkan alasan pertama.
Ia mengungkit dirinya yang berstatus duda.
"Apa sebabnya, karena mata saya tidak bisa diam, yang pertama karena duda," kata Dedi disambut tawa.
"Kalau di tengah yang cantik keduluan terlihat sama sopir," sambungnya.
Dedi lalu mengungkapkan alasan kedua. Politikus Gerindra itu menyebutkan dirinya selalu melihat ke berbagai arah saat berada di kursi bagian depan.
"Lihat ke kiri ada apa, ke kanan ada apa, di depan ada apa, ngelirik ke sopir siapa tahu ngantuk, kalau saya begitu," imbuhnya.
Dedi akan meminta sopir untuk menghentikan kendaraannya bila terlihat mengantuk.
Hal itu, kata Dedi, tidak bisa dilakukannya bila dirinya duduk di kursi tengah.
"Kalau di tengah saya tidur, sopir tak terkendali, ajudan tak terkendali, saya tidak bisa memeriksa semua keadaan, pemimpin," imbuhnya.
Tinjau Pendidikan Karakter
Sementara itu, Sabtu (3/5/2025), kegiatan Dedi Mulyadi pada hari ini yakni meninjau langsung kegiatan pendidikan karakter 39 pelajar SMP yang saat ini menjalani pembinaan di Resimen Artileri Medan 1 Sthira Yudha, Batalyon Artileri Medan 9, Kabupaten Purwakarta.
Dengan penuh semangat, Dedi berjalan menyusuri barisan anak-anak yang tengah berlatih baris-berbaris. Suara lantang penuh keceriaan menggema di halaman markas.
"Saya lihat mereka gembira, makan pun saya cek. Gizi harus cukup. Ini soal masa depan," ucap Dedi Mulyadi.
Pendidikan berkarakter yang berlangsung di barak militer kerap dianggap negatif oleh sejumlah orang. Dedi Mulyadi pun menanggapi munculnya kontroversi seputar program tersebut dengan santai.
“Saya dari dulu sudah terbiasa dengan tuduhan, nyinyiran, kebencian. Tapi kalau niat kita demi bangsa, jangan pernah menyerah,” ujarnya.
Lebih lanjut, ia menyinggung banyaknya orang tua yang kewalahan menghadapi kenakalan anak.
“Kalau sudah engga sanggup, ya harus ada yang menangani. Kami siapkan itu dan bekerja sama dengan TNI. Jangan salah, TNI ini sudah lama melahirkan generasi hebat," ujarnya.
Ia mengatakan, program pendidikan ini bukan soal militerisasi. Namun, kata dia, ini tentang membangun karakter, seperti bangun pagi, mandi, shalat Subuh, sarapan, olahraga, dan belajar disiplin hidup.
Bahkan, lanjut Dedi Mulyadi, cara makan pun diajarkan dengan detail.
“Cara pegang sendok, cara duduk, tidak makan sambil ngobrol, itu semua diajarkan oleh tentara. Ini bukan sekadar makan, ini pendidikan etika,” ucap Dedi.
“Kalau mereka besar nanti, duduk di meja makan, engga ada yang bilang ‘itu anak bekas nakal.’ Yang ada, orang akan bilang, ‘itu anak berkarakter," tambahnya.
Langkah Dedi Mulyadi ini mendapat dukungan luas dari para bupati dan wali kota di Jawa Barat. Menurutnya, pendidikan karakter berbasis disiplin TNI diyakini dapat menjadi solusi atas krisis moral dan kenakalan remaja yang tak tertangani lewat jalur hukum formal.
“Ini bukan hanya soal anak-anak hari ini. Ini tentang arah bangsa ke depan,” ucapnya. (TribunJakarta.com/TribunJabar)
Akses TribunJakarta.com di Google News atau WhatsApp Channel TribunJakarta.com. Pastikan Tribunners sudah install aplikasi WhatsApp ya
Sentimen: negatif (88.9%)