Kisah Haru Paramedis Gaza: Selamat Dari Pembantaian, Dibebaskan Setelah 37 Hari Dalam Penjara Israel - Halaman all
Tribunnews.com
Jenis Media: Internasional

TRIBUNNEWS.COM, GAZA - Sepuluh tahanan Palestina dibebaskan dan dikembalikan pihak Israel ke Jalur Gaza.
Assaad al-Nassasra termasuk dalam rombongan sepuluh orang yang dibebaskan itu.
Ia merupakan seorang paramedis Palestina yang selamat dari serangan Israel terhadap tim medis di Gaza.
Al-Nassasra akhirnya menghirup udara bebas setelah 37 hari mendekam dalam tahanan Israel.
Konfirmasi pembebasan ini disampaikan langsung oleh the Palestine Red Crescent Society (PRCS), organisasi kemanusiaan yang aktif memberikan layanan kesehatan di wilayah Tepi Barat dan Jalur Gaza.
Seperti dikutip dari laporan Al-Jazeera pada (29/4/2025), momen haru saat ia bertemu kembali dengan rekan-rekannya terekam dalam unggahan media sosial PRCS.
Dalam video tersebut, al-Nassasra terlihat mengenakan jaket merah kebanggaan PRCS dan memeluk erat rekan-rekannya setelah melewati masa sulit di tahanan.
Penangkapan al-Nassasra terjadi setelah serangan brutal militer Israel pada 23 Maret yang menyasar petugas medis di wilayah Rafah, Gaza Selatan.
Serangan tersebut merenggut nyawa 15 tenaga medis dan memicu kecaman keras dari komunitas internasional, mereka juga menuntut adanya penyelidikan independen.
"Dia ditangkap saat menjalankan tugas kemanusiaannya selama pembantaian tim medis di wilayah Tel Al-Sultan di Kegubernuran Rafah," kata PRCS, dikutip dari Al-Jazeera.
Sebelumnya, PRCS melaporkan bahwa pasukan Israel secara sengaja menembaki petugas medis yang sedang berupaya mengevakuasi korban luka akibat serangan Israel sebelumnya.
Tragisnya, PRCS kehilangan kontak dengan timnya, dan pasukan Israel menghalangi akses ke wilayah Tel Al-Sultan di Kegubernuran Rafah.
Seminggu kemudian, ketika pejabat PBB dan Palestina berhasil mendatangi area tersebut, mereka menemukan kuburan massal dan ambulans yang hancur.
Delapan pekerja PRCS, enam anggota tim Pertahanan Sipil Palestina, dan seorang staf PBB tewas dalam tragedi tersebut.
"Pembantaian tim kami ini adalah tragedi tidak hanya bagi kami di PRCS Palestina, tetapi juga bagi kerja kemanusiaan universal,’’ tegas PRCS.
Militer Israel, di tengah kecaman global, mengumumkan penyelidikan atas insiden tersebut.
Namun, pekan lalu mereka menyatakan bahwa dari hasil penyelidikan internal mengidentifikasi adanya "kesalahan profesional’’.
Mereka bersikeras tidak melanggar kode etik militer, dan hanya seorang tentara yang dikenai sanksi pemberhentian.
PRCS dengan tegas menolak pernyataan tersebut dan menyerukan penyelidikan independen dan imparsial oleh badan PBB.
Sebagai informasi, Al-Nassasra, seorang ayah berusia 47 tahun, adalah salah satu dari dua orang yang selamat dari serangan Israel terhadap Paramedis Palestina.
Korban selamat lainnya, Munther Abed, mengatakan bahwa saat itu ia menyaksikan langsung penangkapan al-Nassasra, ia melihatnya diikat dan dibawa pergi.
Putra al-Nassasra, Mohamed, mengungkapkan bahwa ayahnya terakhir kali berkomunikasi dengan keluarga pada malam serangan, memberitahukan bahwa ia sedang menuju markas PRCS untuk berbuka puasa Ramadan bersama rekan-rekannya.
Kekhawatiran keluarga memuncak ketika panggilan telepon mereka keesokan harinya tidak dijawab, dan PRCS mengonfirmasi bahwa mereka juga kehilangan kontak dengan al-Nassasra dan petugas darurat lainnya.
Mohamed mengenang bahwa ayahnya selalu mengingatkan keluarga bahwa ia mungkin tak akan kembali.
Namun keluarga berusaha untuk tidak memikirkan hal itu karena al-Nassasra terus bekerja selama 18 bulan dalam perang Israel-Palestina.
Rekan Al-Nassasra, Ibrahim Abu al-Kass, menambahkan bahwa Al-Nassasra dikenal selalu membawa permen untuk dibagikan kepada anak-anak, menyuruh mereka untuk bermain di tempat yang aman.
Israel telah melakukan penangkapan yang intensif selama perang.
Menurut Palestinian prisoner support network Addameer, setidaknya 9.900 warga Palestina, termasuk 400 anak-anak, saat ini mendekam di penjara-penjara Israel.
Lebih dari 3.400 di antaranya ditahan tanpa dakwaan atau pengadilan di bawah kebijakan "penahanan administratif" yang dapat diperpanjang tanpa batas waktu.
Al-Nassasra akhirnya dibebaskan ke Gaza melalui pos pemeriksaan Kissufim bersama dengan sepuluh tahanan lainnya.
Setibanya, mereka segera dilarikan ke rumah sakit di Deir el-Balah, Gaza tengah, untuk menjalani pemeriksaan medis.
Tareq Abu Azzoum dari Al Jazeera melaporkan dari kota tersebut bahwa para tahanan yang dibebaskan mengaku mengalami penyiksaan "dengan cara yang mengerikan" dan berada dalam kondisi fisik dan psikologis yang sangat memprihatinkan.
Serangan terhadap petugas pertolongan pertama, pekerja kemanusiaan, dan jurnalis oleh pasukan Israel selama pemboman Gaza telah menjadi perhatian serius.
Lebih dari 52.300 warga Palestina telah kehilangan nyawa sejak perang berkecamuk pada 7 Oktober 2023, sementara setidaknya 117.905 lainnya mengalami luka-luka, menurut data dari Kementerian Kesehatan Gaza. (Tribunnews.com/ Grace Sanny Vania)
Sentimen: negatif (98.5%)