Sentimen
Informasi Tambahan
Kab/Kota: Tiongkok, Tokyo
Kasus: Praktik prostitusi
Tahapan Pembelajaran Relasi Dewasa di Jepang untuk Pemula - Halaman all
Tribunnews.com
Jenis Media: Internasional

Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Jepang
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO – Jepang dikenal sebagai negara yang memiliki struktur sosial yang kompleks dan terorganisir, bahkan dalam hal yang berkaitan dengan pembelajaran relasi dewasa.
Di tengah masyarakat yang menjunjung tinggi keteraturan, terdapat pola bertahap yang tidak tertulis namun cukup sistematis dalam memperkenalkan individu, terutama pria muda atau pemula, pada dunia relasi antar lawan jenis.
Seorang narasumber yang telah lama mengenal industri malam di Jepang membagikan wawasannya kepada Tribunnews.com mengenai bagaimana negara ini secara tidak langsung menyediakan 'jenjang pembelajaran' bagi individu yang belum memiliki pengalaman dalam menjalin kedekatan dengan perempuan.
“Berbeda dengan negara seperti Tiongkok atau Amerika, Jepang memiliki struktur yang lebih sistematis dan aman untuk orang-orang yang baru mulai mengenal dunia relasi dewasa,” ujarnya.
Tahap Awal: Girls Bar (GB)
Langkah pertama yang umum dikenalkan adalah Girls Bar (GB), tempat hiburan ringan yang lebih menyerupai restoran bar.
Di sini, pelanggan dilayani oleh bartender wanita dari balik konter, tanpa ada kontak fisik atau interaksi intensif.
Suasananya kasual, cocok untuk pemula yang ingin mulai memahami cara berinteraksi dengan lawan jenis secara santai.
Girls Bar mulai populer sejak awal 2000-an dan kini tersebar luas di berbagai kota besar Jepang.
Kehadirannya menjadi titik masuk yang ringan dan tidak mengintimidasi bagi individu yang baru mengeksplorasi sisi sosial ini.
Tahap Menengah: Klub Kabaret (Kyabakura)
Setelah merasa nyaman, banyak yang kemudian mencoba mengunjungi Kyabakura, yaitu klub kabaret di mana para staf perempuan duduk menemani pelanggan sambil menghibur, berbincang, atau menyajikan minuman.
Aktivitasnya tetap berada dalam batas yang sopan dan tidak bersifat seksual.
Tempat ini lebih menekankan pada seni komunikasi dan kehangatan interaksi.
Beberapa Kyabakura bahkan menggelar pertunjukan musik dan tarian, menambah nuansa hiburan tersendiri yang menarik bagi pengunjung.
Tahap Lanjut: Pink Salon (PS)
Pink Salon merupakan tahap lanjutan di mana interaksi lebih bersifat intim.
Tempat ini menyediakan layanan relaksasi dengan suasana yang lebih pribadi dan bersifat sensual, namun tetap berada dalam ruang yang terkontrol.
PS biasanya berada di kawasan pusat kota dan telah menjadi bagian dari industri hiburan dewasa sejak tahun 1960-an.
Tahap Tertinggi: Soapland
Sebagai puncak dari struktur bertahap ini, terdapat Soapland, tempat di mana layanan personal melibatkan hubungan yang lebih dekat dan intim.
Menariknya, Soapland berdiri berdasarkan celah hukum yang memperbolehkan hubungan antara dua individu yang sudah saling mengenal, sehingga tidak dikategorikan sebagai prostitusi dalam definisi hukum Jepang.
Soapland menjadi simbol kompleksitas regulasi serta budaya yang mencoba mengatur kenyataan sosial dengan cara yang unik.
Tempat ini tersebar di berbagai daerah, terutama di kawasan hiburan seperti Yoshiwara (Tokyo) dan Susukino (Sapporo).
Fenomena Sosial: Antara Edukasi dan Kebutuhan
Struktur bertahap ini tidak hanya berlaku bagi warga asing, tetapi juga banyak dimanfaatkan oleh generasi muda Jepang sendiri.
Berdasarkan data, sekitar 25 persen anak muda di Jepang masih berstatus doutei (perjaka/perawan) hingga usia dewasa.
Banyak dari mereka bahkan merasa canggung atau takut menjalin kedekatan dengan lawan jenis.
Fenomena ini menunjukkan bahwa Jepang, secara sosial, menyediakan ruang bagi mereka yang ingin memahami dunia relasi dewasa secara perlahan dan terstruktur.
Hal ini menjadi menarik untuk didiskusikan, khususnya bagi para pemerhati budaya Jepang.
Bagi yang ingin bergabung dalam diskusi budaya dan sosial Jepang, dapat menghubungi komunitas pencinta Jepang melalui email [email protected] dengan mencantumkan nama, alamat, dan nomor WhatsApp.
Sentimen: positif (100%)