Sentimen
Informasi Tambahan
Grup Musik: APRIL
Kab/Kota: Kepulauan Seribu, Pulau Kelapa
Kisah Jungkir Balik Zaenal Ajak Warga Pulau Kelapa Peduli Sampah Megapolitan 28 April 2025
Kompas.com
Jenis Media: Metropolitan
/data/photo/2025/04/28/680ef442bdd1d.jpg?w=400&resize=400,225&ssl=1)
Kisah Jungkir Balik Zaenal Ajak Warga Pulau Kelapa Peduli Sampah Tim Redaksi JAKARTA, KOMPAS.com - Menjadi petugas bank sampah sekaligus Penyedia Jasa Lainnya Perorangan (PJLP) Suku Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kepulauan Seribu membuat Zaenal Abidin (36) terus berupaya mengajak warga peduli terhadap sampah. Zaenal bercerita, saat pertama kali bekerja sebagai PJLP DLH tahun 2018, Pulau Kelapa masih dipenuhi sampah, baik di laut maupun permukiman warga. Saat itu, bank sampah belum didirikan. "Jadi, sebelum ada bank sampah, sampah organik dan non-organik dibuang aja gitu, enggak ada yang pilah. Sebelumnya banyak yang buang ke laut," jelas Zaenal saat diwawancarai Kompas.com di lokasi, Kamis (24/4/2025). Namun, pada 2019, Zaenal bersama salah satu warga bernama Nuryanah (34) mendirikan bank sampah. Saat itu, ada tuntutan dari Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jakarta agar setiap lingkungan RW memiliki bank sampah. Ingin lingkungannya bersih dari sampah, Zaenal dan Nuryanah gencar melakukan sosialisasi ke warga mengenai bank sampah yang mereka dirikan. Namun, pada tahun itu, bank sampah yang dikelola Zaenal dan Nuryanah terpaksa vakum. Sebab, keduanya belum punya cukup ilmu untuk menjalankan bank sampah, sekaligus pendanaan masih terbatas. Akan tetapi, memasuki awal 2020, Zaenal dan Nuryanah mengaktifkan kembali bank sampah di Pulau Kelapa, yang didukung Dinas Lingkungan Hidup. Sejak saat itu, keduanya semakin gencar melakukan sosialisasi ke warga. "Sosialisasi sejak tahun 2020, sosialisasi ke warga," jelas Zaenal. Namun, proses sosialisasi ke warga pun tak semudah yang dibayangkan. Banyak warga yang awalnya menolak saat diminta memilah sampah dari rumah. Bahkan, tak jarang Zaenal kena marah. Namun, Zaenal tak menyerah. Ia terus mencari cara agar warga mau diedukasi tentang betapa pentingnya memilah sampah. Zaenal juga memperluas jangkauannya. Ia tak hanya melakukan sosialisasi dari rumah ke rumah, tapi juga di tempat ia berkumpul bersama teman-teman. "Makin ke sini kan kita sosialisasi, kadang sosialisasi juga enggak harus nyamper ke rumah, bisa pas lagi nongkrong kita bilangin aja 'Mending sampah lo dipilah, dibawa ke bank sampah, lo tabung. Daripada dibuang cuma-cuma doang, enggak ada duitnya'," beber Zaenal. Lambat laun, warga pun mengerti dan mau memilah sampah dari rumah. Bukan hanya anak muda, Zaenal juga berusaha mengajak para lansia peduli dan berpenghasilan lewat sampah. "Justru itu ibu-ibu lansia, saya bilangin 'Ibu, daripada enggak ada kerjaannya mending bersihin biar punya kesibukan'," ucap Zaenal. Sampah-sampah non-organik yang sudah dibersihkan dan dipilah warga pun bisa dijual ke bank sampah. Sementara, sampah organik dikumpulkan untuk kemudian Zaenal olah menjadi kompos tanaman. Kini, hampir sebagian besar warga di Pulau Kelapa menjadi anggota bank sampah. Ada sekitar 106 warga dari 166 kartu keluarga (KK) yang rutin memilah sampah. Hal itu membuat kondisi Pulau Kelapa jauh lebih bersih dibandingkan pada 2018. Sampah hampir tak terlihat di setiap sudut Pulau Kelapa. Air laut yang semula tercemar sampah juga tampak jernih dan bersih. Bahkan saking jernihnya, ikan hingga terumbu karang terlihat jelas di perairan tersebut. Copyright 2008 - 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.
Sentimen: negatif (99.9%)