Sentimen
Positif (100%)
23 Apr 2025 : 12.44
Informasi Tambahan

Grup Musik: APRIL

Tokoh Terkait
Arifin

Arifin

Pegiat Lingkungan Sebut Perempuan Punya Peran Besar dalam Penanganan Krisis Iklim Megapolitan 23 April 2025

23 Apr 2025 : 12.44 Views 29

Kompas.com Kompas.com Jenis Media: Metropolitan

Pegiat Lingkungan Sebut Perempuan Punya Peran Besar dalam Penanganan Krisis Iklim
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        23 April 2025

Pegiat Lingkungan Sebut Perempuan Punya Peran Besar dalam Penanganan Krisis Iklim Tim Redaksi JAKARTA, KOMPAS.com - Secara umum, seluruh makhluk hidup merasakan dampak dari perubahan iklim . Namun, perempuan dianggap sebagai kelompok yang paling terdampak oleh krisis ini. Dampak besar tersebut juga berhubungan dengan peran yang dipegang perempuan dalam penanganan perubahan iklim, terutama peran ibu dalam keluarga. “Kalau udah ngomongin perubahan iklim, berarti nanti akan kesulitan bahan pangan, di mana itu perempuan yang sebenarnya mikirin kasih keluarga kayak gimana gitu kan, mau ngasih makan apa, harga beras mahal. Jadi, menurut aku perempuan sangat amat yang paling terdampak, menurut aku yang paling berisiko kena dampak dari krisis iklim ,” terang pegiat lingkungan dan hidup ramah lingkungan, Nada Arini, saat diwawancara secara daring, Sabtu (19/4/2025). Nada berujar, perempuan yang memikirkan mekanisme rumah tangga memiliki peran dominan, mulai dari keputusan membeli sesuatu, termasuk bahan makanan, hingga pengelolaan sampah yang dihasilkan. Dominasi perempuan ini juga disebutkan oleh pegiat lingkungan lainnya yang sering menyuarakan bijak berkonsumsi melalui platform media sosial Instagram dan TikTok, Novia Arifin. “Jadi dari segi mulai kita makan sampai kita buang sampah, sebenarnya wanita tuh punya peranan lebih besar, lebih dominan di rumah dalam me- manage , mulai dari sayur dibeli sampai sayur ini dimasak dan dibuang,” kata Novia atau akrab disapa Nupi oleh warganet. Tidak hanya berbicara tentang makanan, perempuan juga dianggap dominan dalam pengambilan keputusan saat membeli barang untuk digunakan di rumah. Tak heran, aktivis lingkungan di tingkat perumahan banyak datang dari kalangan ibu-ibu. Bahkan, suami Novia, Yobel, pun berpendapat bahwa perempuan adalah pemegang kunci sentral dalam peradaban manusia. “Karena memang wanita itu perannya sentral dalam peradaban. Nah ini yang kayaknya jadi pesan kuncinya ya, bahwa semua masyarakat apalagi wanita itu tuh suaranya berharga sekali,” kata Yobel. Menurut Yobel, peran ibu rumah tangga memiliki makna lebih mendalam daripada yang terlihat. Sementara itu, Novia menilai, ibu-ibu punya peran penting untuk keberlangsungan masa depan keluarga. “Banyak ibu-ibu yang kalau kita ngomong, ‘saya mah cuma ibu-ibu rumah tangga'. Harusnya enggak ngomong gitu. Justru karena Anda ibu-ibu, dan Anda memegang masa depan generasi selanjutnya, suara Anda itu paling penting sebenarnya,” jelas Yobel. Novia menyampaikan, perempuan dan perubahan iklim erat kaitannya dengan ketahanan pangan. Meskipun perempuan masa kini sudah memiliki kebebasan untuk bekerja menafkahi keluarga, peran perempuan dalam mengatur segala sesuatu dalam rumah tangga tidak pernah lepas. “Sebagai seorang wanita, pasti itu jadi efek yang besar karena kita yang membawa makanan ke rumah. Jadi, ketika ada krisis iklim, pasti harga bahan makanan jadi mahal. Itu juga jadi masalah lagi, kualitasnya juga jadi masalah. Dari perubahan iklim itu udah efek pasti ke sayur, ke makanan-makanan yang kita beli,” jelas Novia. Pemberdayaan perempuan dianggap sebagai salah satu langkah penting untuk mengatasi masalah ketahanan pangan, krisis iklim, bahkan kemajuan bangsa Indonesia. “Kalau misalnya pemerintah itu memperhatikan masa depan, apa ya, kayak memberdayakan ibu-ibu, aku yakin Indonesia ini bisa hebat banget gitu, kita bisa maju bareng-bareng dan bisa bener-bener memajukan dan menjaga Indonesia,” jelas Nada. Dengan kekuatan yang dimiliki perempuan, Novia mengajak perempuan dan masyarakat secara umum untuk terus menyuarakan dan menggerakkan gaya hidup berkelanjutan ( sustainable lifestyle ) sehingga dapat mendesak pihak berwenang untuk mengambil langkah yang tepat dalam penanganan krisis iklim. Menurut Novia dan Yobel, aktivis lingkungan tidak selamanya harus ikut turun melakukan berbagai aksi di lapangan. Di era digitalisasi saat ini, platform digital bisa menjadi opsi untuk menyuarakan pentingnya penanganan krisis iklim secara kolektif, mulai dari perorangan, komunitas, hingga pemerintahan. Copyright 2008 - 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

Sentimen: positif (100%)