Sentimen
Jenderal Senior Israel: Pasukan IDF Kalah Telak di Gaza, Metode Perang Tak Ampuh Capai Target - Halaman all
Tribunnews.com
Jenis Media: Internasional

Jenderal Senior Israel: Pasukan IDF Kalah Telak di Gaza, Metode Perang Tak Ampuh
TRIBUNNEWS.COM - Seorang jenderal senior (Purn) divisi cadangan tentara Israel (IDF), Itzhak Brik, mengakui kalau pasukan Israel, kalah di Jalur Gaza.
Selain itu, IDF juga tidak mampu membentuk pemerintahan militer pengganti Hamas di Gaza.
Itzhak Brik, Senin (21/4/2025) seperti dikutip stasiun televisi Al Jazeera, mengatakan, klaim kalau pasukan Israel, telah meraih prestasi besar di Jalur Gaza, tidak benar.
Pada kenyataan di lapangan, kata dia, pasukan Israel, menelan kekalahan telak dari Hamas.
Kekalahan telak yang dimaksud Itzhak Brik tersebut merujuk pada target perang yang ditetapkan sebelumnya oleh Israel dalam agresi militer yang kembali berlanjut setelah mereka sendiri yang melanggar kesepakatan itu pada Januari 2025 silam.
Menurutnya, pasukan Israel, tidak berhasil mencapai satu pun dari target yang ditetapkan dalam perang Gaza, baik itu mengalahkan Hamas, atau membebaskan tawanan Israel.
Itzhak Brik menambahkan, "Metode perang pasukan Israel, di Jalur Gaza, tidak menyebabkan kerusakan ratusan kilometer terowongan-terowongan Hamas."
Jenderal Rezim Zionis itu menegaskan, "Pasukan Israel, tidak mampu membentuk pemerintahan militer untuk menggantikan Hamas, di Jalur Gaza."
Belum lama ini, lembaga publik penyiaran Israel, KAN, dalam salah satu laporannya mengumumkan bahwa pasukan Israel, menghadapai masalah kekurangan personel.
Media-media Israel, sebelumnya telah melaporkan kondisi sulit yang dialami oleh pasukan Israel, dan penolakan mereka untuk kembali diterjunkan ke dalam perang Gaza.
Surat kabar Haaretz menulis, pasukan cadangan Israel, terus mengalami penurunan semangat setelah pelanggaran gencatan senjata oleh Israel, dan dimulainya kembali perang di Jalur Gaza.
SAYAP MILITER HAMAS - Seorang petempur Brigade Al Qassam, sayap militer Hamas, dalam sebuah parade militer beberapa waktu lalu di Jalur Gaza. Hamas menyatakan siap kembali berunding dengan Israel dalam negosiasi yang tidak setengah-setengah, mau bebaskan semua sandera Israel asalkan pasukan IDF berhenti melancarkan perang dan mundur total dari Gaza. (Anews/File) Hamas Simpan Puluhan Ribu Petempur
Di sisi lain, gerakan perlawanan Palestina, Hamas saat ini diklaim sedang mengamankan 20.000 petempurnya di Jalur Gaza.
Media Israel bernama Yedioth Ahronoth menyebut Hamas kini mengubah strateginya. Para pejuang Hamas itu disimpan dulu demi menghadapi potensi serangan darat Israel selanjutnya.
Meski menyimpan para pejuangnya agar tetap utuh, Hamas terus mencari peluang untuk menyerang pasukan Israel ketika aset strategisnya berada dalam bahaya.
Sabtu kemarin, (19/4/2025), Hamas menyerang patroli pasukan Israel di perbatasan Gaza. Satu tentara Pasukan Pertahanan Israel (IDF) tewas dan tiga lainnya terluka.
Tewasnya tentara itu merupakan kasus pertama tewasnya anggota IDF dalam tiga bulan terakhir.
Terakhir kalinya tentara IDF tewas ialah pada bulan Januari lalu. Saat itu ada lima tentara Brigade Nahal yang tewas karena ledakan di sebuah bangunan di Beit Hanoun.
Menurut penyelidikan IDF, para pejuang Hamas yang terlibat serangan itu muncul dari pintu terowongan yang tidak terdeteksi. Terowongan itu sebenarnya sudah ditandai agar nanti dihancurkan IDF.
Hamas menembakkan sebuah RPG ke satu kendaraan yang membawa satuan pengintaian. Lalu, ada bom yang menghantam tim penyelamat yang tiba di tempat kejadian.
Seorang tentara yang bernama G’haleb Sliman Alnasasara (35) yang berasal dari Kota Rahat tewas.
Serangan seperti itu merupakan yang kedua kalinya dalam seminggu terakhir di zona penyangga atau buffer zone.
Dalam serangan sebelumnya, pejuang Hamas muncul dari terowongan dan menargetkan Brigade Lapis Baja Ke-401 yang sedang memperluas zona keamanan di Kota Daraj dan Tuffah. Israel mengaku berhasil melenyapkan pejuang Hamas itu.
Yedioth Ahronoth mengklaim Hamas baru-baru ini memindahkan sebagian besar pasukannya guna menyimpan kekuatan demi menghadapi kemungkinan serangan darat besar-besaran oleh Israel.
Pada waktu yang sama, Hamas berupaya menyerang pasukan Israel, terutama jika infrastruktur terowongannya terancam oleh IDF.
TAWARAN HAMAS DITOLAK - Hamas mengatakan pada Jumat (14/3/2025) bahwa pihaknya telah menerima usulan dari para mediator untuk membebaskan tawanan Amerika-Israel terakhir yang masih hidup dan jenazah empat tawanan berkewarganegaraan ganda. (Telegram Quds News Network)
Di sisi lain, IDF sudah mengurangi pengerahan tentara cadangan di pemukiman Israel dekat perbatasan.
Israel belum menambah satuan reguler dari Divisi Ke-36 yang beroperasi di sepanjang Koridor Morag, di antara Kota Khan Yunis dan Kota Rafah.
Dalam dua serangan Hamas yang telah disebutkan di atas, pejuang Hamas memanfaatkan terowongan di dekat perbatasan Gaza yang baru saja terdeteksi oleh IDF.
IDF belum mengetahui lokasi pejuang Hamas yang melancarkan serangan itu. Pejabat militer Israel meyakini tindakan IDF menghancurkan terowongan belakangan ini telah memicu Hamas untuk melakukan aksi balasan.
Perundingan gencatan senjata berjalan lamban
Sudah sebulan Israel melanjutkan serangan di Gaza. Namun, perundingan-perundingan gencatan antara Hamas dan Israel masih menemui kebuntuan.
Qatar yang menjadi salah satu juru penengah mengaku tidak puas dengan lambannya perundingan itu.
“Kami pastinya frustrasi karena lambannya proses negosiasi. Ini persoalan sangat penting. Ada nyawa-nyawa yang dipertaruhkan di sini jika operasi militer berlanjut dari hari ke hari,” kata Mohammed Al-Khulaifi pekan lalu, dikutip dari First Post.
Sebelumnya, Qatar bersama dengan AS dan Mesir berhasil memediasi gencatan senjata yang berlaku mulai 19 Januari.
Hamas rekrut banyak pejuang baru
Hamas dilaporkan melakukan rekrutmen anggota besar-besaran.
Media Arab Saudi yang bernama Al-Hadath mengklaim Brigade Al-Qassam milik Hamas kini membutuhkan 30.000 pejuang baru. Klaim itu didasarkan pada keterangan narasumber Palestina secara anonim.
Menurut media tersebut, rekrutmen ini merupakan bagian dari strategi militer baru yang mengenalkan taktik gerilya. Kebanyakan pejuang baru ini kurang pelatihan dalam pertempuran konvensional.
Sebagian besar pejuang baru itu sudah menerima pelatihan di kamp yang digelar setiap tahun secara rahasia oleh Brigade Al-Qassam.
Disebutkan bahwa mereka sudah menjalani pelatihan perang gerilya, penggunaan rudal antitank, dan penanaman bom.
Di samping itu, narasumber yang didapatkan Al-Hadath menyatakan Brigade Al-Qassam kehilangan banyak senjata, terutama drone atau pesawat nirawak dan rudal jarak jauh.
Hal tersebut membuat Hamas memutuskan untuk “mendaur ulang” sampah rudal dan menggunakannya untuk membuat bom.
(oln/pt/*)
Sentimen: negatif (100%)