Sentimen
Informasi Tambahan
Agama: Katolik
Kab/Kota: Roma
Tokoh Terkait

Paus Benediktus
Proses, Aturan, dan Tokoh Penting dalam Konklaf Kepausan
Pikiran-Rakyat.com
Jenis Media: Internasional

PIKIRAN RAKYAT - Kematian Paus Fransiskus pada usia 88 tahun memicu dimulainya salah satu proses paling sakral dan penuh tradisi dalam Gereja Katolik: konklaf kepausan. Proses ini bukan hanya ritual spiritual, tetapi juga penentu arah Gereja Katolik dan pengaruhnya terhadap 1,3 miliar umat di seluruh dunia.
Mengapa Pemilihan Paus Penting?
Paus bukan hanya pemimpin tertinggi spiritual umat Katolik, tetapi juga pemimpin politik Vatikan, tokoh penting dalam diplomasi internasional, serta suara moral dalam isu-isu global seperti kemiskinan, perang, imigrasi, dan perubahan iklim.
Dengan wafatnya Paus Fransiskus, yang dikenal karena gaya hidup sederhana dan pendekatannya yang progresif, Gereja dihadapkan pada pertanyaan penting: siapa yang akan menjadi pemimpin selanjutnya, dan ke arah mana Gereja akan melangkah?
Apa Itu Konklaf?
Konklaf adalah pertemuan rahasia Dewan Kardinal di Kapel Sistina untuk memilih Paus baru. Kata “konklaf” berasal dari bahasa Latin cum clave, yang berarti “dengan kunci”, menandakan isolasi total selama proses berlangsung.
Seluruh proses diselimuti kerahasiaan ketat. Para kardinal yang mengikuti konklaf dilarang membawa alat komunikasi, dan siapa pun yang membocorkan informasi dari dalam konklaf menghadapi ekskomunikasi otomatis, sebagaimana ditegaskan oleh Paus Benediktus XVI.
Siapa yang Memilih Paus?
Hanya kardinal di bawah usia 80 tahun yang berhak memilih. Saat ini, menurut data terbaru dari Vatikan, terdapat 135 kardinal pemilih yang memenuhi syarat. Meskipun dalam sejarah siapa pun yang dibaptis sebagai pria Katolik Roma dapat dipilih sebagai Paus, sejak 1378 hanya kardinal yang terpilih.
Kardinal yang telah berusia lebih dari 80 tahun masih bisa menghadiri pertemuan pra-konklaf yang dikenal sebagai jemaat umum, namun tidak ikut memilih. Dalam pertemuan inilah, pada tahun 2013, Kardinal Jorge Mario Bergoglio memberikan pidato bersejarah tentang Gereja yang harus hadir di “pinggiran eksistensial,” yang membantu mendorongnya menjadi Paus Fransiskus.
Langkah-Langkah Pemilihan Paus
1. Sede Vacante dan Peran Camerlengo
Setelah Paus meninggal, periode “sede vacante” atau “tahta kosong” dimulai. Camerlengo, saat ini dijabat Kardinal Kevin Farrell, bertugas memverifikasi kematian dan menyegel apartemen kepausan. Ia juga mengatur administrasi Takhta Suci hingga Paus baru terpilih.
2. Pemakaman dan Masa Berkabung
Pemakaman dilakukan antara hari ke-4 hingga ke-6 setelah wafatnya Paus. Setelah itu, Gereja memasuki masa berkabung sembilan hari yang disebut novendiali.
3. Pemanggilan Konklaf
Dekan Dewan Kardinal, kini dijabat Kardinal Giovanni Battista Re, memimpin pemanggilan kardinal ke Roma. Konklaf dimulai 15 hingga 20 hari setelah wafatnya Paus, tergantung kesiapan para kardinal.
4. Pemungutan Suara
Para kardinal berkumpul di Kapel Sistina dan memulai proses pemungutan suara secara tertutup. Surat suara bertuliskan “Eligo in Summum Pontificem” (“Saya memilih sebagai paus tertinggi”) dilipat, diserahkan secara sakral, dan dihitung oleh tiga pengawas.
Jika tidak ada kandidat yang mendapat dua pertiga suara, surat suara ditusuk dengan jarum dan benang lalu dibakar. Asap hitam keluar dari cerobong sebagai tanda belum terpilihnya Paus. Jika suara cukup, surat dibakar dengan bahan kimia yang menghasilkan asap putih—tanda dunia bahwa Paus baru telah terpilih.
“Saya memanggil sebagai saksi saya Kristus Tuhan... bahwa suara saya diberikan kepada Dia yang saya pikir harus dipilih di hadapan Allah,” ucap seorang kardinal saat memberikan suara.
Paus Benediktus XVI telah mempertegas bahwa dua pertiga suara harus dipenuhi, tanpa pengecualian, untuk menghindari kompromi politik dan tekanan dari mayoritas sederhana.
5. Habemus Papam
Setelah pemilihan berhasil, Paus baru memilih nama kepausannya dan tampil di balkon Basilika Santo Petrus untuk menyampaikan berkat pertama dengan pengumuman: “Habemus Papam!” (“Kita memiliki Paus!”)
Lonceng gereja dibunyikan untuk memperkuat sinyal kepada dunia bahwa pemimpin Gereja Katolik yang baru telah lahir.
Kandidat Potensial
Beberapa nama yang disebut sebagai kandidat kuat antara lain:
Kardinal Pietro Parolin (Italia, 70 tahun): Sekretaris Negara Vatikan dan diplomat senior. Kardinal Luis Antonio Tagle (Filipina, 67 tahun): Dikenal progresif dan dekat dengan umat akar rumput. Kardinal Matteo Zuppi (Italia, 69 tahun): Anak didik Paus Fransiskus, aktif dalam diplomasi perdamaian. Kardinal Marc Ouellet (Kanada, 80 tahun) dan Kardinal Christoph Schoenborn (Austria, 80 tahun): Kedua tokoh ini memiliki daya tarik kuat di kalangan konservatif, namun usia mereka bisa menjadi pertimbangan. Di Mana Paus Baru Akan Tinggal?
Secara tradisional, Paus tinggal di Istana Apostolik Vatikan. Namun, Paus Fransiskus pernah memilih hidup di penginapan sederhana Casa Santa Marta. Pilihan tempat tinggal Paus baru akan mencerminkan karakternya.
Apakah Paus Digaji?
Tidak. Paus tidak menerima gaji pribadi. Semua kebutuhannya—dari tempat tinggal hingga perjalanan—ditanggung oleh Vatikan.
Simbolisme yang Penuh Arti
Dari surat suara yang ditusuk jarum hingga asap putih dari cerobong Kapel Sistina, seluruh proses pemilihan Paus sarat simbolisme, disiplin, dan spiritualitas. Dalam dunia yang semakin sekuler, konklaf kepausan tetap menjadi ritual yang penuh makna dan menegaskan kontinuitas Gereja Katolik sebagai institusi yang telah berdiri selama lebih dari dua milenium.
“Habemus Papam!” bukan sekadar deklarasi. Ia adalah momen ketika dunia menatap langit Vatikan, menunggu arah baru yang akan ditempuh oleh salah satu institusi keagamaan tertua dan paling berpengaruh di muka bumi.***
Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News
Sentimen: positif (99.8%)